Cerita Silat | Misteri Mayat Darah | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Misteri Mayat Darah | Cersil Sakti | Misteri Mayat Darah pdf
Pendekar Rajawali Sakti - 152. Istana Goa Darah Wiro Sableng 6 - Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga Wiro Sableng 21 - Neraka Puncak Lawu Pendekar Rajawali Sakti - 153. Pemuas Nafsu Iblis Wiro Sableng 36 - Dewi Dalam Pasungan
8
Ketika suara tawa yang menyeramkan lenyap dihembus angin, kini mata Setan Perenggut Nyawa yang tinggal sebelah itu memandang tajam penuh dendam ke arah Adipati Danu Tirta.
"Masih kenalkah kau dengan aku, Danu Tirta?" bentak laki-laki berjubah hitam ini kasar.
Tiga Pendekar Golok Terbang tentu saja menjadi marah, karena laki-laki bermata satu bertam-pang rusak ini dengan berani menyebut begitu saja nama sang adipati.
"Manusia hina! Kuharap mulutmu bisa sopan bicara dengan Kakang Adipati!" teriak Wisesa.
Laki-laki bertampang rusak tiba-tiba kembali tertawa. Sungguh aneh. Suara tawanya tidak seperti tawa laki-laki, sebagaimana pertama tadi. Tapi, sekarang telah berubah seperti tawa perempuan.
"Eee... siapakah kau...?!" tanya Adipati Danu Tirta, bergetar.
"Hi hi hi...! Sebelas tahun yang lalu, kau hampir membuat aku mati, Danu Tirta! Masih ingatkah kau dengan gadis yang bernama Kunti Arimbi?" kata orang berbadan langsing.
Sekejap kemudian, Setan Perenggut Nyawa telah menanggalkan penyamarannya. Dan, tam-paklah jelas di balik rambut yang acak-acakan terdapat rambut asli yang panjang tergerai. Ketika topeng wajahnya ditanggalkan, maka wajah yang mengerikan itu serta merta lenyap. Kini, berganti wajah seorang perempuan dengan luka memanjang di pipi. Wajahnya memang masih tampak cantik. Hanya sayang, memang memiliki sebelah mata. Sedangkan mata yang lain tampak lowong, membentuk sebuah lubang menganga yang terus menerus meneteskan darah.
Kemarahan Adipati Danu Tirta serta merta lenyap, berganti dengan rasa terkejut bukan kepalang. Wajahnya yang sempat berubah memerah, sekarang telah berubah pucat seperti kertas.
Kunti Arimbi baginya bukan nama asing dalam hidupnya. Perempuan yang masih berdiri di atas atap rumah ini adalah adik seperguruannya sendiri, yang memiliki watak ugal-ugalan dan mau menang sendiri. Segala tindakannya cenderung menjurus kesesatan. Wataknya kejam, dan bahkan selalu bertindak sewenang-wenang.
Dulu Kunti Arimbi melarikan diri dari gurunya, setelah mencuri kitab 'Pembangkit Mayat'. Dan apa yang dilakukan perempuan itu tentu saja membuat guru mereka marah. Adipati Danu Tirta, sebagai pemuda dan murid yang selalu patuh pada gurunya, segera mendapat tugas untuk mencari Kunti Arimbi yang telah melarikan kitab. Ketika mereka bertemu, ternyata Kunti Arimbi bersikeras tidak mau mengembalikan kitab 'Pembangkit Mayat 039; yang telah dilarikannya. Bahkan gadis itu mempengaruhi Adipati Danu Tirta dan mengajaknya bermesum dengan segala bujuk rayu.
Karena usaha yang dilakukan tidak membawa hasil, tidak ada jalan lain bagi Kunti Arimbi kecuali bertarung dengan kakak seperguruannya sampai titik darah terakhir.
Pertarungan seru yang menentukan hidup atau mati dari salah satu saudara seperguruan itu, berlangsung sangat seru. Tapi, ternyata Adipati Danu Tirta lebih unggul dalam berbagai hal. Kunti Arimbi dapat dirobohkan. Bahkan selain dapat melukai pipi, Adipati Danu Tirta yang menganggap saat itu Kunti Arimbi tewas, segera mencongkel mata perempuan itu.
Kejadian sebelas tahun yang lalu itu memang tidak dapat dilupakan begitu saja, walaupun sekarang ini Adipati Danu Tirta telah menjadi Adipati Blambangan.
"Danu Tirta manusia laknat! Kukira dalam sikap diammu, kau mengingat semua peristiwa yang pernah kau lakukan terhadap diriku!" teriak Kunti Arimbi.
"Hm, tentu saja aku mengingatnya. Kukira kau telah mati...!"
"Memang semua orang mengira aku telah mati, Danu Tirta! Tapi rupanya, nyawaku begitu alot dan tidak mau meninggalkan ragaku yang rusak!" potong Kunti Arimbi, berapi-api.
"Lalu, apa yang kau inginkan dariku setelah melakukan penculikan mayat-mayat itu dan membunuh orang-orang yang tidak berdosa...?" tanya Adipati Danu Tirta, yang sudah dapat menguasai dirinya kembali.
Kunti Arimbi yang selama ini dikenal berjuluk Setan Perenggut Nyawa tertawa lagi. Sungguh me- nyeramkan tawanya. Bahkan tidak lama setelah itu, tubuhnya tampak melesat turun dari atas atap rumah.
Begitu Setan Perenggut Nyawa menjejakkan kedua kakinya di atas permukaan tanah, secara serentak Tiga Pendekar Golok Terbang langsung mengurung!
"Hm... Kalian monyet-monyet berbaju merah! Lebih baik jangan campuri urusan pribadi kami, jika tidak ingin mencari penyakit!" bentak Kunti Arimbi, meludah ke tanah.
"Bangsat! Manusia setan. Bagaimanapun, kami tidak akan membiarkan kau bertindak seenak perutmu. Terlebih lebih, setelah mengetahui siapa kau yang sebenarnya!" geram Witara.
Rupanya laki-laki ini menyadari kalau wanita bermuka cacat yang terkurung itu memiliki kepandaian sangat tinggi. Untuk itu, Witara telah bersikap waspada menghadapi segala kemungkinan.
"Hm... Tampaknya aku harus mengirim ma-nusia-manusia usil seperti kalian ke neraka!" dengus Kunti Arimbi.
Laksana kilat Setan Perenggut Nyawa menjen- rikkan jemari tangannya yang lentik ke arah Tiga Pendekar Golok Terbang.
Adipati Danu Tirta terkesiap melihat serangan mendadak Kunti Arimbi ke arah tiga orang pem-bantu utamanya. Namun hingga sejauh itu, dia masih tetap punya keyakinan kalau Tiga Pendekar Golok Terbang mampu mengatasi.
Seleret sinar hitam tampak melesat dari ujung-ujung jemari tangan Kunti Arimbi. Melihat serangan ini Tiga Pendekar Golok Terbang secara bersamaan segera mengibaskan kedua tangan, menyongsong sinar hitam yang melesat dan ujung jemari tangan Setan Perenggut Nyawa.
Wus!
Glar!
Terjadi ledakan menggelegar berturut-turut. Debu dan pasir mengepul dan membubung tinggi ke udara. Wisesa, Witara, dan Permana tampak terhuyung-huyung sambil memegangi dadanya. Sedangkan di pihak Setan Perenggut Nyawa hanya bergetar saja.
"Hi hi hi ! Ternyata kalian memiliki kepandai-an juga! Kerahkanlah seluruh apa yang dimiliki!
Hiyaaa...!"
Diawali teriakan melengking tinggi, Kunti Arimbi langsung melo
Pendekar Rajawali Sakti - 152. Istana Goa Darah Wiro Sableng 6 - Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga Wiro Sableng 21 - Neraka Puncak Lawu Pendekar Rajawali Sakti - 153. Pemuas Nafsu Iblis Wiro Sableng 36 - Dewi Dalam Pasungan
8
Ketika suara tawa yang menyeramkan lenyap dihembus angin, kini mata Setan Perenggut Nyawa yang tinggal sebelah itu memandang tajam penuh dendam ke arah Adipati Danu Tirta.
"Masih kenalkah kau dengan aku, Danu Tirta?" bentak laki-laki berjubah hitam ini kasar.
Tiga Pendekar Golok Terbang tentu saja menjadi marah, karena laki-laki bermata satu bertam-pang rusak ini dengan berani menyebut begitu saja nama sang adipati.
"Manusia hina! Kuharap mulutmu bisa sopan bicara dengan Kakang Adipati!" teriak Wisesa.
Laki-laki bertampang rusak tiba-tiba kembali tertawa. Sungguh aneh. Suara tawanya tidak seperti tawa laki-laki, sebagaimana pertama tadi. Tapi, sekarang telah berubah seperti tawa perempuan.
"Eee... siapakah kau...?!" tanya Adipati Danu Tirta, bergetar.
"Hi hi hi...! Sebelas tahun yang lalu, kau hampir membuat aku mati, Danu Tirta! Masih ingatkah kau dengan gadis yang bernama Kunti Arimbi?" kata orang berbadan langsing.
Sekejap kemudian, Setan Perenggut Nyawa telah menanggalkan penyamarannya. Dan, tam-paklah jelas di balik rambut yang acak-acakan terdapat rambut asli yang panjang tergerai. Ketika topeng wajahnya ditanggalkan, maka wajah yang mengerikan itu serta merta lenyap. Kini, berganti wajah seorang perempuan dengan luka memanjang di pipi. Wajahnya memang masih tampak cantik. Hanya sayang, memang memiliki sebelah mata. Sedangkan mata yang lain tampak lowong, membentuk sebuah lubang menganga yang terus menerus meneteskan darah.
Kemarahan Adipati Danu Tirta serta merta lenyap, berganti dengan rasa terkejut bukan kepalang. Wajahnya yang sempat berubah memerah, sekarang telah berubah pucat seperti kertas.
Kunti Arimbi baginya bukan nama asing dalam hidupnya. Perempuan yang masih berdiri di atas atap rumah ini adalah adik seperguruannya sendiri, yang memiliki watak ugal-ugalan dan mau menang sendiri. Segala tindakannya cenderung menjurus kesesatan. Wataknya kejam, dan bahkan selalu bertindak sewenang-wenang.
Dulu Kunti Arimbi melarikan diri dari gurunya, setelah mencuri kitab 'Pembangkit Mayat'. Dan apa yang dilakukan perempuan itu tentu saja membuat guru mereka marah. Adipati Danu Tirta, sebagai pemuda dan murid yang selalu patuh pada gurunya, segera mendapat tugas untuk mencari Kunti Arimbi yang telah melarikan kitab. Ketika mereka bertemu, ternyata Kunti Arimbi bersikeras tidak mau mengembalikan kitab 'Pembangkit Mayat 039; yang telah dilarikannya. Bahkan gadis itu mempengaruhi Adipati Danu Tirta dan mengajaknya bermesum dengan segala bujuk rayu.
Karena usaha yang dilakukan tidak membawa hasil, tidak ada jalan lain bagi Kunti Arimbi kecuali bertarung dengan kakak seperguruannya sampai titik darah terakhir.
Pertarungan seru yang menentukan hidup atau mati dari salah satu saudara seperguruan itu, berlangsung sangat seru. Tapi, ternyata Adipati Danu Tirta lebih unggul dalam berbagai hal. Kunti Arimbi dapat dirobohkan. Bahkan selain dapat melukai pipi, Adipati Danu Tirta yang menganggap saat itu Kunti Arimbi tewas, segera mencongkel mata perempuan itu.
Kejadian sebelas tahun yang lalu itu memang tidak dapat dilupakan begitu saja, walaupun sekarang ini Adipati Danu Tirta telah menjadi Adipati Blambangan.
"Danu Tirta manusia laknat! Kukira dalam sikap diammu, kau mengingat semua peristiwa yang pernah kau lakukan terhadap diriku!" teriak Kunti Arimbi.
"Hm, tentu saja aku mengingatnya. Kukira kau telah mati...!"
"Memang semua orang mengira aku telah mati, Danu Tirta! Tapi rupanya, nyawaku begitu alot dan tidak mau meninggalkan ragaku yang rusak!" potong Kunti Arimbi, berapi-api.
"Lalu, apa yang kau inginkan dariku setelah melakukan penculikan mayat-mayat itu dan membunuh orang-orang yang tidak berdosa...?" tanya Adipati Danu Tirta, yang sudah dapat menguasai dirinya kembali.
Kunti Arimbi yang selama ini dikenal berjuluk Setan Perenggut Nyawa tertawa lagi. Sungguh me- nyeramkan tawanya. Bahkan tidak lama setelah itu, tubuhnya tampak melesat turun dari atas atap rumah.
Begitu Setan Perenggut Nyawa menjejakkan kedua kakinya di atas permukaan tanah, secara serentak Tiga Pendekar Golok Terbang langsung mengurung!
"Hm... Kalian monyet-monyet berbaju merah! Lebih baik jangan campuri urusan pribadi kami, jika tidak ingin mencari penyakit!" bentak Kunti Arimbi, meludah ke tanah.
"Bangsat! Manusia setan. Bagaimanapun, kami tidak akan membiarkan kau bertindak seenak perutmu. Terlebih lebih, setelah mengetahui siapa kau yang sebenarnya!" geram Witara.
Rupanya laki-laki ini menyadari kalau wanita bermuka cacat yang terkurung itu memiliki kepandaian sangat tinggi. Untuk itu, Witara telah bersikap waspada menghadapi segala kemungkinan.
"Hm... Tampaknya aku harus mengirim ma-nusia-manusia usil seperti kalian ke neraka!" dengus Kunti Arimbi.
Laksana kilat Setan Perenggut Nyawa menjen- rikkan jemari tangannya yang lentik ke arah Tiga Pendekar Golok Terbang.
Adipati Danu Tirta terkesiap melihat serangan mendadak Kunti Arimbi ke arah tiga orang pem-bantu utamanya. Namun hingga sejauh itu, dia masih tetap punya keyakinan kalau Tiga Pendekar Golok Terbang mampu mengatasi.
Seleret sinar hitam tampak melesat dari ujung-ujung jemari tangan Kunti Arimbi. Melihat serangan ini Tiga Pendekar Golok Terbang secara bersamaan segera mengibaskan kedua tangan, menyongsong sinar hitam yang melesat dan ujung jemari tangan Setan Perenggut Nyawa.
Wus!
Glar!
Terjadi ledakan menggelegar berturut-turut. Debu dan pasir mengepul dan membubung tinggi ke udara. Wisesa, Witara, dan Permana tampak terhuyung-huyung sambil memegangi dadanya. Sedangkan di pihak Setan Perenggut Nyawa hanya bergetar saja.
"Hi hi hi ! Ternyata kalian memiliki kepandai-an juga! Kerahkanlah seluruh apa yang dimiliki!
Hiyaaa...!"
Diawali teriakan melengking tinggi, Kunti Arimbi langsung melo