Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Pasukan Alis Kuning - 7

$
0
0
Cerita Silat | Pasukan Alis Kuning | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Pasukan Alis Kuning | Cersil Sakti | Pasukan Alis Kuning pdf

Pendekar Mabuk - Gadis Buronan Pendekar Rajawali Sakti - 155. Misteri Mayat Darah Cersil Wiro Sableng 85 - Wasiat Sang Ratu Pendekar Rajawali Sakti - 157. Dendam Pendekar-Pendekar Gila Cersil Wiro Sableng 89 - Geger di Pangandaran

biasanyanya Sangkil Bawen membangunkannya. Namun ketika melirik kawan-kawannya yang lain, kecurigaannya seperti menemukan jawaban. Meskipun, masih samar.
  "Kau membangunkan yang lain, apa mau kabur dari sini?" lanjut Sangkot berbisik.
  "Kabur? Huh! Aku tidak akan kabur dari tempat ini!" dengus Sangkil Bawen geram.
  "Lalu...?" tanya Sangkot, makin heran.
  "Apakah kau tidak tahu kalau kita sekarang menjadi budak mereka?" dengus Sangkil Bawen, tetap berbisik.
  "Bukankah itu kemauanmu?"
  "Tolol! Kulakukan itu untuk menyelamatkan kalian...!"
  "Lalu apa rencanamu sekarang?"
  "Kita harus membunuh orang orang itu sekarang juga! " desis Sangkil Bawen, seraya mengepalkan buku-buku jarinya.
  "Membunuh mereka? Apakah sudah kau perhitungkan baik- buruknya?"
  "Apa maksudmu?! "
  "Coba dengarkan baik-baik! Mereka memiliki anak buah yang hebat dan tangkas. Majikannya tentu lebih hebat pula. Kita akan celaka bila mereka tahu! Lagi pula, toh tidak ada ruginya kita bekerja dengan mereka. Kita diberi gaji, dan mereka menjamin hidup kita."
  "Dasar tolol! Kau kira enak hidup di bawah perintah orang lain?!"
  "Sangkil! Kami terbiasa hidup di bawah perintahmu. Lalu, kini berpindah di bawah perintah mereka. Lantas apa bedanya?" kata Sangkot.
  Mendengar jawaban itu, Sangkil Bawen menggeram.
  "Sudahlah! Sekarang kau putuskan saja. Ikut denganku untuk membunuh keparat-keparat itu, atau hubungan di antara kita putus!"
  Sangkot menghela napas panjang. Terasa berat apa yang dirasakan saat ini. Dipandangnya sahabatnya itu lekat-Iekat.
  "Sobat! Persahabatan kita telah demikian erat. Dan rasanya, seperti saudara saja. Tapi kau membawa kami ke jurang kematian. Apakah itu masih dinamakan sahabat lagi?"
  "Bicara apa kau? Siapa yang akan membawa kalian ke jurang kematian?!" desis Sangkil.
  "Membunuh mereka adalah pekerjaan sia-sia. Bahkan sama saja bunuh diri. Kita telah melihat kehebatan mereka. Dan, masih tegakah kau membiarkan kawan-kawanmu, sementara mereka masih ingin mengecap kenikmatan hidup?" kilah Sangkot.
  "Hm.... Sekarang aku tahu keputusanmu. Baiklah. Hari ini juga hubungan kita putus! Kau boleh menentukan langkah hidupmu sendiri!" sentak Sangkil Bawen.
  Sangkot mendesah pelan.
  "Sobat! Kau terburu-buru mengambil keputusan. Tapi aku tahu, keputusanmu tidak bisa ditarik lagi. Hanya aku ingin, agar kau pun memberi kebebasan pada yang lain untuk menentukan pilihan hidup mereka...," pinta Sangkot.
  "Huh! Kurasa mereka akan mengikutiku! Bukankah begitu?!" tanya Sangkil Bawen pada yang lain.
  Sebagian mengangkat tangan tanda setuju dengan wajah bersemangat. Namun sebagian lain terdiam dengan menundukkan kepala. Sangkil Bawen mengulang pertanyaannya, namun sikap anak buahnya tetap seperti tadi.
  "Aku tidak memaksakan keputusan kalian. Siapa yang ikut denganku, maka berada di pihakku. Siapa yang tidak setuju, boleh tinggal dan memilih hidup diperbudak!" tegas Sangkil Bawen.
  Setelah berkata begitu, laki-laki bercambang bauk ini melangkah ke kanan. Sementara sekitar sepuluh orang sudah mengikutinya. Sedangkan sisanya sekitar delapan orang, tetap tegak berdiri di tempatnya. Mereka menunduk, dan tidak berani memandang pemimpinnya.
  "Nah! Sekarang, aku tahu siapa yang setia padaku dan siapa yang tidak! Itu lebih baik ketimbang kalian kelak menjadi duri dalam daging!" dengus Sangkil Bawen kesal seraya mengajak pergi anak buahnya yang setia.
  Delapan orang yang tak satu pun melirik sekilas, kemudian menghampiri Sangkot.
  "Sudahlah, tidak usah menyesal. Apa pun yang kalian putuskan, adalah benar. Kalian punya hak untuk menentukan jalan hidup sendiri...," kata Sangkot berusaha menentramkan hati mereka. Orang-orang itu mengangguk pelan.
 
 
  ***
 
 
  Beberapa sosok tubuh mengendap-endap mendekati kamar Bre Redana dengan golok dan pedang terhunus. Salah seorang memberi isyarat. Lalu dengan sigap, dua orang dari mereka menerobos masuk setelah menjebol jendela. Bersamaan dengan itu, pintu masuk pun dibobol. Kemudian secepat kilat, mereka menerjang ke arah tempat tidur sambil mengayunkan senjata.
  Bak! Crok! Crak...!
  Dalam sekejap mata, tempat tidur Bre Redana hancur berantakan. Namun mereka sangat kecewa, Tidak ada seorang pun di tempat itu. Sebaliknya mereka terkejut ketika kamar ini telah dikepung sepuluh orang bersenjata pedang.
  Tanpa banyak bicara, kesepuluh orang berseragam kuning itu langsung menghajar sosok-sosok tubuh itu.
  Trang! Bret..!
  "Aaa...!"
  Seketika terdengar denting senjata beradu serta jeritan yang saling susul-menyusul, mulai mengisi suasana malam yang semula sepi dan tenang. Beberapa sosok tubuh terlempar keluar kamar dalam keadaan mengenaskan. Mereka bersimbah darah oleh bacokan yang terlihat memenuhi sekujur tubuh.
  Ber! Ber...!
  Beberapa buah obor seketika menyala. Dan mereka yang bertarung tersentak kaget Ternyata tempat ini memang telah terkepung. Tampak Bre Redana didampingi Ayu Larasati serta Panglima Joko Dentam, mendekati kamar. Mereka pun menghampiri salah seorang yang amat dikenalinya.
  "Kau ternyata tidak dapat dipercaya, Sangkil. Aku bermurah hati memberimu kesempatan hidup. Tapi, kali ini tidak! Siapa yang mengkhianatiku harus mati!" desis Bre Redana.
  Sangkil Bawen terkejut Seketika darahnya menggelegak. Wajahnya berkerut menahan geram. Rencananya gagal, karena pemuda itu telah mengetahui rencananya. Bahkan kini sepuluh anak buah yang tadi dibawa, kini tinggal dua orang lagi.
  Tidak ada jalan selamat baginya. Apalagi, pemuda itu telah bertekad hendak membunuhnya. Maka dengan nekat, pedangnya diayunkan untuk memenggal kepala Bre Redana.
  "Keparat! Aku tidak sudi berada di bawah perintahmu! Kau harus mampus sekarang juga!" desis Sangkil Bawen, langsung menerjang.

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>