Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Pendekar 100 Hari - 64

$
0
0
Cerita Silat | Pendekar Seratus Hari | by S.D Liong | Pendekar 100 Hari | Cersil Sakti | Pendekar Seratus Hari pdf

Pendekar Rajawali Sakti - 168. Kitab Naga Jonggrang Pendekar Hina Kelana ~ Satria Terkutuk Berkaki Tunggal Pendekar Bloon ~ Anak Langit & Pendekar Lugu Pendekar Rajawali Sakti - 170. Siluman Bukit Tengger Pendekar Bayangan Sukma ~ Sumpah Jago-Jago Bayaran

ghela napas pelahan lalu
  melanjutkan pula: “Ketua Naga Hijau yang terdahulu,
  adalah sahabat baik Lo-ni. Semasa hidupnya ia
  banyak melakukan tindakan-tindakan yang terpuji.
  Melerai setiap perselisihan kaum persilatan,
  menegakkan keadilan, membela kebenaran dan
  membasmi kaum durjana dunia persilatan. Sungguh
  tak terkira sebelum jasa-jasanya itu terbalas, dia telah
  dibunuh orang secara mengenaskan.......”
  Rupanya paderi tua itu tampak berduka ketika
  menuturkan tentang kisah hidup sahabatnya atau
  ketua Naga Hijau yang dulu.
  Tergerak hati Siau Lo-seng, tanyanya: “Taysu siapakah
  namanya ketua Naga Hijau yang terdahulu itu?”
  Dengan wajah menampil kerut kesedihan, paderi tua
  itu menjawab: “Dia adalah tokoh yang oleh dunia
  persilatan digelari sebagai Naga sakti tanpa bayangan
  namanya Siau Han-kwan.......”
  Mendengar itu Siau Lo-seng seperti mendengar
  halilintar meletus di siang hari.
  “Hai, ternyata ayah itu ketua Naga Hijau lalu, ah!
  Sungguh tak kira, ke segenap penjuru dunia kucari
  jejak musuhku, ternyata tentang diri ayah aku sama
  sekali tak tahu……”
  Sebenarnya hampir saja Siau Lo-seng hendak
  mengatakan bahwa Siau Han-kwan itu adalah
  ayahnya. Tetapi tiba-tiba ia mendapat lain pikiran.
  Lebih baik untuk sementara ia merahasiakan dulu
  siapa dirinya.
  Adalah karena bersedih mengenangkan nasib
  sahabatnya itu maka Pek Wan Taysu tak sempat
  memperhatikan perobahan wajah Siau Lo-seng.
  Bahkan kemudian paderi Siau-lim-si itupun
  melanjutkan pula penuturannya.
  “Naga sakti tanpa bayangan Siau Han-kwan, luar
  biasa dalam ilmu kepandaian dan kecerdasan. Dalam
  melakukan setiap pekerjaan dan tindakan, ia selalu
  tak memikirkan soal cari nama atau memburu
  keuntungan. Tetapi walaupun seluruh kaum persilatan
  mendengar akan nama Siau Han-kwan yang begitu
  cemerlang tetapi hanya sedikit sekali orang yaag tahu
  tentang riwayatnya. Kematiannya itu sungguh
  mengherankan Lo-ni. Lo-ni mempunyai dugaan
  pembunuhnya itu tentulah salah seorang sahabatnya
  karib atau orang yang paling tahu keadaan
  dirinya.......”
  Mendengar keterangan paderi Siau-lim-si itu diam-
  diam Siau Lo-seng menimang dalam hati: “Menilik
  ucapan paderi ini, pembunuh ayah tentulah paman
  Siau Mo sendiri. Ya, tentu dia……”
  “Locianpwe,” tiba-tiba Siau Lo-seng berseru, “tahukah
  lo-cianpwe tentang diri Siau Mo?”
  Mendengar itu serentak paderi Siau-lim itu
  membelalakkan mata dan menatap Siau Lo-seng,
  “Siau sicu, kenalkah engkau pada orang itu?”
  Siau Lo-seng gelengkan kepala dan menghela napas:
  “Pernah kubertemu dengan dia satu kali tetapi di
  sudah meninggal.”
  “Sicu ketemu padanya waktu dia masih muda atau
  setelah tua?” tanya Pek Wan Taysu gopoh.
  Dengan kata-kata itu Siau Lo-seng dapat menduga
  bahwa paderi tua itu tentu kenal pada Siau Mo.
  “Mengapa ada yang muda dan yang tua? Apakah di
  dunia ini terdapat dua orang Pendekar Ular Emas Siau
  Mo?” tanyanya.
  Pek Wan Taysu menengadah memandang ke langit
  biru dan menghela napas panjang lalu berkata
  seorang diri.
  “Pendekar Ular Emas Siau Mo, ah, mengapa terdapat
  nama yang begitu tepat sekali……. ah, Siau sicu,
  benarkah Pendekar Ular Emas Siau Mo itu sudah
  meninggal?”
  “Benar,” sahut Siau Lo-seng, “dia memang sudah
  meninggal.”
  Kembali Pek Wan Taysu mengingau seorang diri
  “Bermula kukira dia adalah keturunannya...... tetapi itu
  tak mungkin...... Mayat yang berserakan di desa Hay-
  hong-cung, darah yang membasahi tanah, tua muda
  besar kecil semua telah dijagal habis-habisan tak ada
  yang disisakan...... “
  Mendengar itu merahlah mata Siau Lo-seng. Seolah-
  olah terbayanglah peristiwa seperti yang dilukiskan
  Pek Wan Taysu. Tubuhnyapun menggigil keras.
  Tiba-tiba Pek Wan Taysu berpaling: “Hai, Siau sicu,
  mengapa engkau ini?”
  Siau Lo-seng gelagapan dan buru-buru tenangkan
  ketegangan hatinya: “Ah, tak apa-apa taysu. Aku
  hanya teringat sebuah hal yang mengerikan. Mari
  taysu, kita lanjutkan perjalanan lagi.”
  Habis berkata ia terus berputar tubuh. Pek Wan Taysu
  terpaksa mengikutinya.
  “Siau sicu, kemanakah kita hendak pergi?” tanya
  paderi tua itu.
  “Kita menemui seseorang yalah Pena Penunjuk Langit
  Nyo Jong-ho!” sahut Siau Lo-seng.
  Ternyata Siau Lo-seng teringat akan kata-kata nona
  Hun-ing yang hendak mengajaknya menemui Nyo
  Jong-ho. Karena nona itu dan Bok-yong Kang telah
  diculik orang dan tak dapat diketahui jejaknya maka
  Siau Lo-seng memutuskan untuk mencari Nyo Jong-
  ho. Ia duga jago tua she Nyo itu tentu mempunyai
  hubungan dengan peristiwa itu.
  “Dia dimana? Lo-ni memang hendak mencarinya?”
  seru Pek Wan Taysu.
  Menunjuk pada sebuah hutan di ujung tanah kuburan,
  Siau Lo-seng berkata: “Dia berada di sana. Kalau
  terlambat, mungkin terjadi perobahan lagi.”
  Sambil bicara keduanya berlari dengan ilmu lari cepat.
  Waktu mengikuti di belakang Siau Lo-seng, diam-diam
  Pek Wan Taysu memperhatikan bahwa pemuda itu
  memiliki ilmu ginkang yang hebat sekali. Terkejutlah
  hati paderi tua itu, pikirnya: “Bilakah di dunia
  persilatan muncul seorang pemuda yang begini sakti
  kepandaiannya? Melihat ilmu ginkangnya, dia tak di
  bawah Lo-ni.......”
  Pek Wan Taysu kerahkan tenaga untuk mempercepat
  larinya agar dapat menyusul di samping pemuda itu.
 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>