Cerita Silat | Bidadari Penakluk | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Bidadari Penakluk | Cersil Sakti | Bidadari Penakluk pdf
Pendekar Kembar ~ Goa Mulut Naga Si Teratai Merah (Ang-lian Li-hiap) - Asmaraman S. Kho Ping Hoo Pendekar Pedang Siluman Darah ~ Cinta Memendam Dendam Cersil Shugyosa ~ Samurai Pengembara 1 Mahesa Kelud ~ Menggebrak Kotaraja
ng yang bersamamu tadi?” tanya Rangga, kalem.
“Keparat! Apa yang kau lakukan terhadap mereka?!” dengus Jambika.
“Saat ini mereka tengah berenang di sungai dalam keadaan terikat,” jelas Rangga enteng.
“Gila! Kau bisa membunuh mereka!” desis Jambika.
“Kudengar kalian hendak membunuh gadis ini setelah menodainya. Kalau kalian mampus, rasanya tidak seorang pun menyalahiku,” sahut Rangga tenang, sambil melepaskan ikatan yang membelenggu Sari Dewi.
Begitu mendapatkan dirinya terbebas, gadis itu buru-buru membenahi pakaiannya. Dipandangnya pemuda yang baru muncul itu dengan perasaan takjub. Pemuda itu muncul tiba-tiba saja seperti malaikat yang khusus datang menolongnya.
“Apa yang hendak kau lakukan?!” bentak Jambika dengan nyali ciut ketika melihat pemuda itu menghampirinya dengan memegang tali.
“Apakah kau tidak ingin bergabung dengan mereka?” tanya Pendekar Rajawali Sakti dingin.
“Keparat kau! Kau tidak bisa berbuat seperti itu padaku!” dengus Jambika, seraya beringsut ke belakang.
“Aku bisa berbuat apa saja yang kusuka!” desis Rangga.
Rangga melangkah cepat. Dan Jambika yang tengah kepepet jadi nekat, bermaksud menubruk pemuda itu. Tapi begitu bergerak, Pendekar Rajawali Sakti bergeser ke samping seraya menangkap pergelangan tangannya.
Tap!
Rrrt! Bet!
“Uhh...! Setan! Keparat! Lepaskan aku...! Lepaskaaan...!” teriak Jambika ketika kedua pergelangan tangannya terkebat tali.
***
Jambika berteriak-teriak memaki. Segala sumpah serapah keluar dari mulutnya. Tapi Pendekar Rajawali Sakti tidak mempedulikannya. Dan dengan tenang, ditentengnya tubuh korbannya ke pinggir sungai.
“Mungkin mereka telah sampai di muara sungai. Dan kau akan bergabung secepatnya,” ujar Rangga.
Dan tanpa belas kasihan lagi, Rangga langsung melemparkan tubuh Jambika yang tengah terikat itu ke dalam sungai.
Byurr!
Tubuh Jambika masuk ke dalam sungai. Namun ternyata, sungai itu dangkal. Sehingga dia tak sampai tenggelam walau sempat megap-megap.
Jambika sendiri tak memikirkan, apakah benar kelima kawannya terbawa ke muara sungai. Tapi rasanya tidak mungkin, sebab sungai ini amat dangkal. Mungkin mereka melarikan diri, setelah dipecundangi sosok pemuda yang baru datang itu.
Sementara Rangga segera berbalik.
“Suiiit...!”
Pendekar Rajawali Sakti bersuit nyaring. Tak lama, seekor kuda hitam berlari- lari menghampirinya sambil meringkik halus.
“Kudamu cerdik sekali!” puji Sari Dewi yang telah mengambil kudanya di dekat pohon tempat dia termenung tadi. Sambil menuntun kudanya, dia selalu memperhatikan gerak-gerik Pendekar Rajawali Sakti.
Rangga melirik gadis ini sekilas.
“Kau bisa berkuda?” tanya Rangga yang sama sekali tak peduli dengan pujian gadis itu.
“Boleh diadu denganmu!” sahut Sari Dewi cepat seraya tersenyum lebar.
Tapi Sari Dewi mesti kecewa, ternyata pemuda itu sedikit pun tak tergoda dengan senyumnya. Padahal dia berharap banyak!
“Kalau begitu, pulanglah cepat ke rumahmu!” sahut Rangga masih tetap dingin.
Setelah berkata demikian Rangga melompat ke punggung Dewa Bayu. Segera ditinggalkannya gadis itu seorang diri.
Sari Dewi terkesiap. Belum pernah dia diabaikan seorang pemuda seperti saat ini. Maka hatinya terasa panas betul.
“Hei, tunggu! Tunggu...!” teriak Sari Dewi.
Namun Rangga tetap menjalankan kudanya pelan tanpa menoleh sedikit pun. Apalagi berhenti.
Sari Dewi mendesis kesal. Langsung gadis ini melompat ke punggung kuda putihnya. Segera dikejarnya pemuda itu.
“Heaaa...!”
Sari Dewi menggebah kudanya sekencang-kencangnya, untuk menyusul Pendekar Rajawali Sakti yang berkuda biasa saja. Cepat gadis ini merendengi langkah Dewa Bayu.
“Aku belum mengucapkan terima kasih padamu. Namaku Sari Dewi!” kata gadis itu berusaha bersikap ramah sambil memamerkan senyumnya.
Rangga sama sekali tidak berusaha melirik.
“Tidak perlu berterima kasih,” sahut Rangga kalem.
“Tapi kau telah menyelamatkan nyawaku. Dan rasanya pantas kalau aku memberimu sesuatu sebagai tanda terima kasihku,” lanjut Sari Dewi.
“Berikan saja pada orang yang membutuhkan,” tukas Rangga.
“Kurasa aku tak akan memberikan pada orang lain, kecuali pada pemuda gagah seperti....”
“Pulanglah dan urus dirimu! Jangan sampai mereka menemuimu lagi,” Rangga membelokkan arah pembicaraan.
Pendekar Kembar ~ Goa Mulut Naga Si Teratai Merah (Ang-lian Li-hiap) - Asmaraman S. Kho Ping Hoo Pendekar Pedang Siluman Darah ~ Cinta Memendam Dendam Cersil Shugyosa ~ Samurai Pengembara 1 Mahesa Kelud ~ Menggebrak Kotaraja
ng yang bersamamu tadi?” tanya Rangga, kalem.
“Keparat! Apa yang kau lakukan terhadap mereka?!” dengus Jambika.
“Saat ini mereka tengah berenang di sungai dalam keadaan terikat,” jelas Rangga enteng.
“Gila! Kau bisa membunuh mereka!” desis Jambika.
“Kudengar kalian hendak membunuh gadis ini setelah menodainya. Kalau kalian mampus, rasanya tidak seorang pun menyalahiku,” sahut Rangga tenang, sambil melepaskan ikatan yang membelenggu Sari Dewi.
Begitu mendapatkan dirinya terbebas, gadis itu buru-buru membenahi pakaiannya. Dipandangnya pemuda yang baru muncul itu dengan perasaan takjub. Pemuda itu muncul tiba-tiba saja seperti malaikat yang khusus datang menolongnya.
“Apa yang hendak kau lakukan?!” bentak Jambika dengan nyali ciut ketika melihat pemuda itu menghampirinya dengan memegang tali.
“Apakah kau tidak ingin bergabung dengan mereka?” tanya Pendekar Rajawali Sakti dingin.
“Keparat kau! Kau tidak bisa berbuat seperti itu padaku!” dengus Jambika, seraya beringsut ke belakang.
“Aku bisa berbuat apa saja yang kusuka!” desis Rangga.
Rangga melangkah cepat. Dan Jambika yang tengah kepepet jadi nekat, bermaksud menubruk pemuda itu. Tapi begitu bergerak, Pendekar Rajawali Sakti bergeser ke samping seraya menangkap pergelangan tangannya.
Tap!
Rrrt! Bet!
“Uhh...! Setan! Keparat! Lepaskan aku...! Lepaskaaan...!” teriak Jambika ketika kedua pergelangan tangannya terkebat tali.
***
Jambika berteriak-teriak memaki. Segala sumpah serapah keluar dari mulutnya. Tapi Pendekar Rajawali Sakti tidak mempedulikannya. Dan dengan tenang, ditentengnya tubuh korbannya ke pinggir sungai.
“Mungkin mereka telah sampai di muara sungai. Dan kau akan bergabung secepatnya,” ujar Rangga.
Dan tanpa belas kasihan lagi, Rangga langsung melemparkan tubuh Jambika yang tengah terikat itu ke dalam sungai.
Byurr!
Tubuh Jambika masuk ke dalam sungai. Namun ternyata, sungai itu dangkal. Sehingga dia tak sampai tenggelam walau sempat megap-megap.
Jambika sendiri tak memikirkan, apakah benar kelima kawannya terbawa ke muara sungai. Tapi rasanya tidak mungkin, sebab sungai ini amat dangkal. Mungkin mereka melarikan diri, setelah dipecundangi sosok pemuda yang baru datang itu.
Sementara Rangga segera berbalik.
“Suiiit...!”
Pendekar Rajawali Sakti bersuit nyaring. Tak lama, seekor kuda hitam berlari- lari menghampirinya sambil meringkik halus.
“Kudamu cerdik sekali!” puji Sari Dewi yang telah mengambil kudanya di dekat pohon tempat dia termenung tadi. Sambil menuntun kudanya, dia selalu memperhatikan gerak-gerik Pendekar Rajawali Sakti.
Rangga melirik gadis ini sekilas.
“Kau bisa berkuda?” tanya Rangga yang sama sekali tak peduli dengan pujian gadis itu.
“Boleh diadu denganmu!” sahut Sari Dewi cepat seraya tersenyum lebar.
Tapi Sari Dewi mesti kecewa, ternyata pemuda itu sedikit pun tak tergoda dengan senyumnya. Padahal dia berharap banyak!
“Kalau begitu, pulanglah cepat ke rumahmu!” sahut Rangga masih tetap dingin.
Setelah berkata demikian Rangga melompat ke punggung Dewa Bayu. Segera ditinggalkannya gadis itu seorang diri.
Sari Dewi terkesiap. Belum pernah dia diabaikan seorang pemuda seperti saat ini. Maka hatinya terasa panas betul.
“Hei, tunggu! Tunggu...!” teriak Sari Dewi.
Namun Rangga tetap menjalankan kudanya pelan tanpa menoleh sedikit pun. Apalagi berhenti.
Sari Dewi mendesis kesal. Langsung gadis ini melompat ke punggung kuda putihnya. Segera dikejarnya pemuda itu.
“Heaaa...!”
Sari Dewi menggebah kudanya sekencang-kencangnya, untuk menyusul Pendekar Rajawali Sakti yang berkuda biasa saja. Cepat gadis ini merendengi langkah Dewa Bayu.
“Aku belum mengucapkan terima kasih padamu. Namaku Sari Dewi!” kata gadis itu berusaha bersikap ramah sambil memamerkan senyumnya.
Rangga sama sekali tidak berusaha melirik.
“Tidak perlu berterima kasih,” sahut Rangga kalem.
“Tapi kau telah menyelamatkan nyawaku. Dan rasanya pantas kalau aku memberimu sesuatu sebagai tanda terima kasihku,” lanjut Sari Dewi.
“Berikan saja pada orang yang membutuhkan,” tukas Rangga.
“Kurasa aku tak akan memberikan pada orang lain, kecuali pada pemuda gagah seperti....”
“Pulanglah dan urus dirimu! Jangan sampai mereka menemuimu lagi,” Rangga membelokkan arah pembicaraan.