Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Siluman Pemburu Perawan - 26

$
0
0
Cerita Silat | Siluman Pemburu Perawan | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Siluman Pemburu Perawan | Cersil Sakti | Siluman Pemburu Perawan pdf

Gento Guyon ~ Makhluk Kutukan Neraka Pendekar Rajawali Sakti - 173. Teror Topeng Merah Roro Centil ~ Rahasia Kitab Ular Siluman Ular Putih ~ Lukisan Darah Pendekar Rajawali Sakti - 175. Manusia Lumpur

jawali Sakti berkelebat cepat sambil melepaskan tendangan terbang dua kali berturut-turut.
  Duk! Des!
  "Aaakh...!"
  Dua tendangan berturut-turut menghantam dada Bernawa. Disertai pekikan, tubuhnya terjungkal roboh bagai selembar daun kering tertiup angin dalam keadaan telentang. Dari mulutnya menyembur darah segar.
  "Hup!"
  Kesempatan itu tidak disia-siakan Suti Raswati. Dengan mengerahkan seluruh tenaga yang dimiliki, wanita bertopeng itu melompat ke arah Siluman Pemburu Perawan. Dan...
  Begkh! Des!
  "Aaa...! "
  Keras sekali kedua telapak kaki wanita itu tepat menghantam dada serta perut Bernawa yang kontan memekik kesakitan.
 
  ***
 
  Sepasang mata Siluman Pemburu Perawan melotot dengan mulutnya terbuka lebar. Dari situ meleleh darah kental kemerahan bercampur warna hitam. Tubuhnya menggelepar sesaat, sebelum akhirnya diam tidak berkutik. Mati!
  Sementara Suti Raswati yang telah berpindah tempat, hanya memandangi mayat yang sebenar-nya masih pamannya.
  "Ohhh...!"
  Mendadak wanita bertopeng itu mengeluh tertahan, lalu duduk bersila dengan tubuh gemetar. Dia telah mengeluarkan tenaga cukup banyak dalam keadaan terluka dalam. Jelas, ini amat membahayakan, karena akan membuat luka dalamnya semakin parah.
  "Biar kubantu…" kata Rangga, seraya membimbing wanita itu duduk bersandar di bawah po-hon.
  "Terima kasih. Tidak usah merepotkan. Aku bisa mengurus diriku sendiri," tolak Suti Raswati lemah.
  "Kau terluka dalam...," Rangga bersikeras.
  "Tidak apa. Percayalah.... Aku bisa membantu diriku sendiri," sahut wanita bertopeng itu me-yakinkan.
  Rangga merasa tidak enak hati. Dan dia diam saja memperhatikan apa yang dilakukan wanita itu. Dia percaya kalau apa yang dikatakan wanita itu benar. Soalnya, Rangga juga melihat kalau wanita itu menelan obat pulung seperti yang pemah ditelannya. Dan dia merasa tak ada masalah dengan luka yang diderita wanita bertopeng itu.
  "Hoeeekh...! "
  Wanita itu membuka bagian bawah topengnya sedikit, sehingga muntahnya bisa keluar tanpa hambatan.
  "Kau tak apa-apa?! " tanya Rangga sedikit cemas.
  Suti Raswati tersenyum. Tapi jelas, Rangga tak bisa melihatnya karena terhalang topeng. Namun bisa dirasakan dari pancaran sinar mata wanita itu, lewat lubang topeng.
  "Tidak," sahut Suti Raswati, pendek.
  "Biar kubantu agar tenagamu cepat pulih!"
  "Tidak usah. Terlalu merepotkan. Aku sudah terbiasa mengalami keadaan seperti ini. Jangan khawatir. Sebentar lagi pun akan beres."
  Rangga memandang wanita itu sebentar, lalu bangkit berdiri. Kepalanya langsung menengadah memandang langit hitam yang diselingi bintang-bintang. Malam telah semakin larut. Mungkin sebentar lagi, pagi akan tiba. Udara dingin baru terasa kini. Dan hal itu membuat Rangga tergerak untuk mengumpulkan ranting, membuat api unggun. Sementara, wanita itu duduk bersila mengatur pernapasannya.
 
  ***
 
  Beberapa saat setelah api menyala, Suti Raswati menghentikan pengobatannya. Dari cahaya jilatan api terlihat pancaran matanya agak segar.
  "Kau masih marah padaku?" tanya wanita itu lirih.
  Rangga diam saja tak menjawab. Pandangan matanya lurus pada nyala api. Sebenarnya dalam hati, Pendekar Rajawali Sakti yakin kalau wanita di dekatnya ini adalah Suti Raswati alias Bidadari Penakluk. Tapi entah kenapa, hatinya tak tergerak untuk menangkapnya. Mungkin karena jasa wanita itu yang telah mengobatinya, ketika terluka dalam setelah bertarung melawan Siluman Pemburu Perawan sebelumnya. Atau juga Rangga merasa yakin kalau tindakan Bidadari Penakluk di hadapannya beberapa waktu yang lalu di luar kesadaran wanita itu sendiri.
  Diam-diam Pendekar Rajawali Sakti berusaha menyingkirkan kemarahannya pada Bidadari Penakluk. Yang jelas justru saat ini di hatinya timbul rasa kasihan pada wanita itu.
  "Kau penasaran sebelum melihat wajahku, bukan? Kenapa tidak kau buka topengku? Padahal, kesempatan untuk itu ada," usik Suti Raswati.
  "Aku ingin kau membukanya sendiri. Tapi kalau kau keberatan, sebaiknya tidak usah. Karena, aku pun kini bisa mendengar suara aslimu...."
  Wanita itu terdiam. Rangga pun demikian. Untuk sesaat mereka memandang nyala api di depannya.
  "Kenapa kau begitu membenciku?" tanya Suti Raswati kembali. Suaranya lirih, nyaris tak terdengar.
  "Entahlah. Kejadian itu tidak bisa kulupakan begitu saja...."
  "Maaf.... Aku tidak bermaksud..., ah! Sungguh itu di luar kesadaranku sebagai seorang wanita Mungkin pengaruh kitab yang kupelajari, ini memang salahku sendiri. Jangankan dirimu. Bahkan kakekku saja nyaris jadi sasaranku. Baru setelah diobati, aku sadar. Aku benar-benar amat menyesal...!" keluh Suti Raswati.
  "Sudahlah.... Toh waktu itu kita tak sempat berbuat, karena aku mendengar suara burung rajawali yang amat keras...," ujar Rangga, mendesah.
  Mereka kembali terdiam. Percakapan i

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>