Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Satria Pondok Ungu - 22

$
0
0
Cerita Silat | Satria Pondok Ungu | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Satria Pondok Ungu | Cersil Sakti | Satria Pondok Ungu pdf

Cersil Shugyosa ~ Samurai Pengembara 1 Mahesa Kelud ~ Menggebrak Kotaraja Pendekar Rajawali Sakti - 176. Bidadari Penakluk Joko Sableng ~ Tumbal Pusar Merah kindo - Pedang Darah Biru


  Keadaan Puspita Dewi memang kelihatan ter-jepit. Dan itu tak lepas dari perhatian Ki Demong yang masih sempat melirik sambil bertarung.
  "Nisanak, sebaiknya cepat pergi dari tempat ini. Rasanya, kita tak akan mampu menandingi orang-orang telengas ini...! "
  Sambil berusaha menghindari serangan, Puspita Dewi melirik ke arah si Pemabuk dari Gunung Kidul. Dia yakin, laki-laki tua itu yang mengirimi suara jarak jauh. Buktinya ketika melirik tadi, Ki Demong sempat menganggukkan kepala.
  Kemudian dengan cepat gadis bisu itu melirik Bima Sena yang juga terdesak. Nyatanya, kepala pemuda ini mengangguk. Berarti, Bima Sena juga mendapat kiriman suara jarak jauh. Juga, pemuda itu tampaknya menyetujui usul si Pemabuk dari Gunung Kidul.
  Maka mendadak saja, seperti mendapat aba-aba mereka melenting ke arah yang sama. Lalu secepat itu pula mereka berkelebat cepat, mengerahkan ilmu meringankan tubuh yang sudah sangat tinggi. Sebentar saja, mereka telah lenyap dari pandangan.
  "Bangsat... Mereka akhirnya dapat lolos juga...!" maki Kuntarawang sambil memukul-mukulkan tongkatnya.
  "Bocah-bocah itu kelak akan menjadi batu sandungan bagi kita!" potong Sakurang sambil mengepalkan tinjunya.
  "Biarkan sajalah.... Bukankah kalian juga mendapat luka dalam? Lebih baik sembuhkan luka kalian dulu! " ujar Cakra Dana sambil mengambil obat pulung dari balik bajunya.
 
  ***
 
  Rupanya, kedatangan Cakra Dana, Sakurang, dan Kuritarawang telah ditunggu beberapa orang murid Perguruan Pondok Ungu yang kembali dibangun oleh Bima Sena.
  "Berhenti...! Mau apa kalian datang kemari?!" bentak seorang murid.
  "Ha ha ha....! Segala kutu busuk mau banyak tingkah didepanku. Mampuslah kau...!" hardik Sakurang sambil melemparkan binatang- binatang beracun yang mematikan.
  Ser! Ser!
  Tap! Tap!
  Binatang berbisa mematikan itu berhasil menempel pada leher dan tubuh murid- murid Perguruan Pondok Ungu yang masih tersisa, dan kebe-tulan pulang kampung sewaktu pembantaian dulu. Jumlah mereka sekarang hanya sekitar dua puluhan.
  Mendapat serangan tidak terduga, para murid tidak berdaya. Bagai daun kering, mereka berja-tuhan terkena racun binatang berbisa. Yang lainnya segera mencabut senjata, sambil membunyikan kentongan tanda bahaya. Maka dalam waktu singkat, halaman perguruan telah ramai oleh para murid.
  Sementara itu, tiba- tiba Cakra Dana menghen-takkan tangannya. Langsung digunakannya ilmu 'Tangan Api 039;. Maka saat itu juga meluncur beberapa bola api ke arah atap perguruan yang kebetulan terbuat dari rumbia. Tak ayal lagi, atap itu kontan terbakar.
  Tidak lama kemudian, api pun berkobar dengan jilatannya yang melalap seluruh bangunan perguruan. Malam yang semula gelap jadi terang benderang oleh nyala api.
  "Api.... Api.... Lekas padamkan api celaka itu...! Para pengacau keparat itu telah membakar perguruan kita. Lekas ambil air!" teriak murid-murid Perguruan Pondok Ungu.
  Ketika mereka sibuk, para tokoh sesat itu sibuk pula menyebar maut ke sana kemari. Murid-murid berkepandaian rendah, berjatuhan dengan jiwa melayang. Teriakan kematian menggema berkali-kali. Sedangkan api semakin membesar saja dan melalap bangunan di sekitarnya.
  "Ha ha ha...! Ayo bikin habis mereka!" seru Kuntarawang.
  Namun pada saat yang sama melesat satu ba-yangan ke arah Setan Bungkuk. Begitu cepat ge-rakannya, sehingga dia tak dapat menghindari lagi. Dan....
  Des!
  'Waakh...!"
  "Heh?!"
 
  ***
 
 
 
  8
 
  Betapa murkanya Setan Bungkuk menyadari dirinya terlontar dan jatuh berdebuk di tanah, ketika sebuah tendangan menghantam punggungnya. Begitu bersalto bangkit, dia menatap tajam sosok penyerangnya yang tak lain si Pemabuk dari Gunung Kidul.
  Disertai teriakan membahana, Kuntarawang menerjang orang tua pemabukan yang berkepan-daian tinggi itu. Maka pertarungan sengit terjadi kembali. Kini dalam keadaan sama-sama segar dan mempunyai tenaga penuh. Dan mereka kelihatan tetap seimbang dan sulit ditentukan siapa yang bakal keluar sebagai pemenang.
  "Chiaaat!"
  Sementara itu, Sakurang kembali dihadang gadis gagu bernama Puspita Dewi yang memiliki ilmu pedang luar biasa. Kini gadis itu mengamuk bagaikan orang kemasukan setan. Pedangnya bergulung-gulung laksana gelombang lautan yang selalu datang tak ada henti.
  Dan yang paling seru adalah pertarungan antara Bima Sena melawan Cakra Dana. Kedua orang ini saling serang, menggunakan ilmu silat tingkat tinggi. Namun di pihak Bima Sena, keadaannya malah mencemaskan. Jurus-jurus andalan telah terkuras habis. Dan lambat laun tetapi pasti, Bima Sena mulai jatuh di bawah angin.
  Zeb! Zeb!

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>