Cerita Silat | Cheng Hoa Kiam | By Kho Ping Hoo | Cheng Hoa Kiam | Cersil Sakti | Cheng Hoa Kiam pdf
kindo - Pedang Darah Biru Si Teratai Merah Bag II - Asmaraman S. Kho Ping Hoo Pendekar Rajawali Sakti - 180. Penghianatan di Bukit Kera Tara Zagita ~ Ratu Peri Dari Selat Sunda Pendekar Rajawali Sakti - 181. Lima Golok Setan
ngkan Kwee Sun Tek dikeroyok oleh lima orang pengawal lain. Akan tetapi karena
para pengeroyok pemuda ini kurang tinggi kepandaiannya maka dalam duapuluh jurus saja Kwee Sun Tek
sudah berhasil merobohkan tiga orang pengeroyok. Pengawal-pengawal lain datang menggantikan mereka
yaag roboh dan pertempuran berjalan lapi lebih rsme.
Sementara itu Thio Houw dan isterinya biarpun dikepung oleh tiga orang jago istana bersama tiga orang
pengawal iain berhasil merobohkan dua orang pengeroyok dan mengamuk terus biarpun mereka kini dikepung
sampai rapat betul.
Pada saat itu terdengar suara keras berpengaruh.
"Semua orang berhenti bertempur!"
Hekmo Sai ong dan kawan-kawannya mengenal suara koksu, juga tiga orang pendekar itu mengenal suara
suhu mereka maka otomatis mereka menarik senjata masing-masing dan melangkah mundur.
Beng Kun Cinjin muncul, tubuhnya makin gagah, mukanya nampak berseri dan muda, pakaiannya mewah dan
kepalanya yang dulu gundul pelontos itu mulai ditumbuhi rambut. Thio Houw, Kwee Goat dan Kwee Sun Tek
hampir tidak mengenal suhu mereka. Akan tetapi begitu Beng Kun Cinjin membuka suara, mereka segera
mengenal dan kini mereka menjatuhkan diri berlutut di depan Beng Kun Cinjin.
"Suhu.....!"' kata mereka hampir berbareng.
Keadaan sunyi sekali. Para pengawal berdiri seperti patung, dengan hati tegang, hendak melihat apa yang
selanjutnya akan terjadi antara guru dan tiga orang muridnya itu. Para korban sudah diangkat pergi.
"Thio Houw, apa maksudmu membawa isteri dan adikmu datang membikin ribut di sini?" terdengar Beng Kun
Cinjin berkata dengan nada suara tak senang.
"Suhu, teecu bertiga bermaksud menghadap dan menemui suhu, akan tetapi para srigala utara ini menghalangi
maksud teecu sehingga terjadi pertempuran:" jawab Thio Houw dengan terus terang dan sengaja menyebut
para pengawal istana itu "srigala utara" untuk mengingatkan suhunya bahwa mereka itu semua adalah
penjajah yang harus mereka musuhi.
Merah wajah Beng Kun Cinjin, bukan merah karena malu atau merasakan sindiran, melainkan merah karena
marah.
"Thio Houw, kau sungguh tidak tahu aturan! Mau menghadap pinceng mengapa datang di tengah malam buta
dan membikin kacau? Mengapa tidak di siang hari dan menghadap secara baik-baik? Benar-benar memalukan
pinceng yang menjadi gurunya!"
"Suhu!" Kwee Goat berseru penasaran, "Bagaimana suhu berkata demikian? Teecu bertiga datang untuk
mengajak suhu pergi dari sini, dan mari kita basmi srigala-srigala ini sebelum suhu pergi bersama teecu bertiga.
Suhu, mereka ini adalah musuh-musuh kita, bukan?"
Beng Kun Cinjin memandang kepada murid perempuannya, murid yang dulu amat disayangnya seperti kepada
anak sendiri.
"Goat-ji. aku mendengar kau sudah menjadi ibu. Mengapa kau tidak tinggal di rumah menjaga anakmu?
Pulanglah kau bersama suamimu dan adikmu dan jangan mencampuri urusanku."
"Suhu, tak mungkin teecu bertiga pulang tanpa suhu ikut dengan kami!" kata Kwee Sun Tek bernafsu. "Suhu
adalah junjungan kami dan setiap perbuatan suhu langsung ditanggung oleh kami, seperti juga semua
perbuatan kami adalah tanggung jawab suhu. Lebih baik kami mati dari pada melihat suhu menjadi kaki
tangan penjajah laknat!" Memang Kwee Sun Tek orangnya berdarah panas, maka ia tak dapat menahan
kemarahannya melihat sikap suhunya yang memalukan itu.
Beng Kun Cinjin mendelikkan matanya, dan Kwee Goat yang merasa bahwa adiknya bicara keterlaluan, cepat
berkata kepada suhunya dengan suara membujuk, "Suhu. kalau yang mengikat suhu di sini itu adalah puteri
yang menjadi isteri suhu. mari kita mengajaknya pergi dari sarang musuh ini. Apa sukarnya?”
"Tidak bisa......... tidak bisa....... pinceng sudah banyak menerima budi hong-siang dan pinceng berada di sini
hanya untuk melindungi keselamatannya. Sama sekali pinceng tidak memusuhi bangsa sendiri."
"Suhu. betul-betulkah suhu tidak mau insyaf dan tetap hendak membela kepentingan musuh? Suhu, semua
orang gagah di dunia kang-ouw akan mengutuk perbuatan suhu ini dan kami sendiri akan menjadi bahan
makian di mana-mana sebagai murid-murid seorang penghianat bangsa!" kata Thio Houw.
kindo - Pedang Darah Biru Si Teratai Merah Bag II - Asmaraman S. Kho Ping Hoo Pendekar Rajawali Sakti - 180. Penghianatan di Bukit Kera Tara Zagita ~ Ratu Peri Dari Selat Sunda Pendekar Rajawali Sakti - 181. Lima Golok Setan
ngkan Kwee Sun Tek dikeroyok oleh lima orang pengawal lain. Akan tetapi karena
para pengeroyok pemuda ini kurang tinggi kepandaiannya maka dalam duapuluh jurus saja Kwee Sun Tek
sudah berhasil merobohkan tiga orang pengeroyok. Pengawal-pengawal lain datang menggantikan mereka
yaag roboh dan pertempuran berjalan lapi lebih rsme.
Sementara itu Thio Houw dan isterinya biarpun dikepung oleh tiga orang jago istana bersama tiga orang
pengawal iain berhasil merobohkan dua orang pengeroyok dan mengamuk terus biarpun mereka kini dikepung
sampai rapat betul.
Pada saat itu terdengar suara keras berpengaruh.
"Semua orang berhenti bertempur!"
Hekmo Sai ong dan kawan-kawannya mengenal suara koksu, juga tiga orang pendekar itu mengenal suara
suhu mereka maka otomatis mereka menarik senjata masing-masing dan melangkah mundur.
Beng Kun Cinjin muncul, tubuhnya makin gagah, mukanya nampak berseri dan muda, pakaiannya mewah dan
kepalanya yang dulu gundul pelontos itu mulai ditumbuhi rambut. Thio Houw, Kwee Goat dan Kwee Sun Tek
hampir tidak mengenal suhu mereka. Akan tetapi begitu Beng Kun Cinjin membuka suara, mereka segera
mengenal dan kini mereka menjatuhkan diri berlutut di depan Beng Kun Cinjin.
"Suhu.....!"' kata mereka hampir berbareng.
Keadaan sunyi sekali. Para pengawal berdiri seperti patung, dengan hati tegang, hendak melihat apa yang
selanjutnya akan terjadi antara guru dan tiga orang muridnya itu. Para korban sudah diangkat pergi.
"Thio Houw, apa maksudmu membawa isteri dan adikmu datang membikin ribut di sini?" terdengar Beng Kun
Cinjin berkata dengan nada suara tak senang.
"Suhu, teecu bertiga bermaksud menghadap dan menemui suhu, akan tetapi para srigala utara ini menghalangi
maksud teecu sehingga terjadi pertempuran:" jawab Thio Houw dengan terus terang dan sengaja menyebut
para pengawal istana itu "srigala utara" untuk mengingatkan suhunya bahwa mereka itu semua adalah
penjajah yang harus mereka musuhi.
Merah wajah Beng Kun Cinjin, bukan merah karena malu atau merasakan sindiran, melainkan merah karena
marah.
"Thio Houw, kau sungguh tidak tahu aturan! Mau menghadap pinceng mengapa datang di tengah malam buta
dan membikin kacau? Mengapa tidak di siang hari dan menghadap secara baik-baik? Benar-benar memalukan
pinceng yang menjadi gurunya!"
"Suhu!" Kwee Goat berseru penasaran, "Bagaimana suhu berkata demikian? Teecu bertiga datang untuk
mengajak suhu pergi dari sini, dan mari kita basmi srigala-srigala ini sebelum suhu pergi bersama teecu bertiga.
Suhu, mereka ini adalah musuh-musuh kita, bukan?"
Beng Kun Cinjin memandang kepada murid perempuannya, murid yang dulu amat disayangnya seperti kepada
anak sendiri.
"Goat-ji. aku mendengar kau sudah menjadi ibu. Mengapa kau tidak tinggal di rumah menjaga anakmu?
Pulanglah kau bersama suamimu dan adikmu dan jangan mencampuri urusanku."
"Suhu, tak mungkin teecu bertiga pulang tanpa suhu ikut dengan kami!" kata Kwee Sun Tek bernafsu. "Suhu
adalah junjungan kami dan setiap perbuatan suhu langsung ditanggung oleh kami, seperti juga semua
perbuatan kami adalah tanggung jawab suhu. Lebih baik kami mati dari pada melihat suhu menjadi kaki
tangan penjajah laknat!" Memang Kwee Sun Tek orangnya berdarah panas, maka ia tak dapat menahan
kemarahannya melihat sikap suhunya yang memalukan itu.
Beng Kun Cinjin mendelikkan matanya, dan Kwee Goat yang merasa bahwa adiknya bicara keterlaluan, cepat
berkata kepada suhunya dengan suara membujuk, "Suhu. kalau yang mengikat suhu di sini itu adalah puteri
yang menjadi isteri suhu. mari kita mengajaknya pergi dari sarang musuh ini. Apa sukarnya?”
"Tidak bisa......... tidak bisa....... pinceng sudah banyak menerima budi hong-siang dan pinceng berada di sini
hanya untuk melindungi keselamatannya. Sama sekali pinceng tidak memusuhi bangsa sendiri."
"Suhu. betul-betulkah suhu tidak mau insyaf dan tetap hendak membela kepentingan musuh? Suhu, semua
orang gagah di dunia kang-ouw akan mengutuk perbuatan suhu ini dan kami sendiri akan menjadi bahan
makian di mana-mana sebagai murid-murid seorang penghianat bangsa!" kata Thio Houw.