Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Dendam Sepasang Gembel - 16

$
0
0
Cerita Silat | Dendam Sepasang Gembel | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Dendam Sepasang Gembel | Cersil Sakti | Dendam Sepasang Gembel pdf

Si Teratai Merah Bag II - Asmaraman S. Kho Ping Hoo Pendekar Rajawali Sakti - 180. Penghianatan di Bukit Kera Tara Zagita ~ Ratu Peri Dari Selat Sunda Pendekar Rajawali Sakti - 181. Lima Golok Setan Cheng Hoa Kiam - Kho Ping Hoo

guna setengah bergumam.
  "Pengemis Sinting?" tebak Bujana.
  Adiguna mengangguk.
  "Dua telah mampus. Dan tiga lainnya akan menyusul He he he... Manusia bejad memang mestinya mampus. Mereka yang berdiri di atas penderitaan orang lain" lanjut sosok pengemis tua yang tak lain memang Pengemis Sinting.
  Entah kenapa, Adiguna merasa kalau kata-kata laki-laki tua itu ditujukan padanya. Maka wajahnya kelihatan geram bercampur kesal. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa mengingat peristiwa yang diceritakan Wiraguna. Kalau benar pengemis ini yang diceritakannya sebagai si Pengemis Sinting, maka percuma saja mencari gara-gara.
  "Hei? Kenapa kau memandangku begitu rupa? Apa kau kesal melihatku mengoceh sendiri?"
  Tiba-tiba Adiguna yang menatap tajam ke arahnya.
  "Maafkan aku, Kisanak...," ucap Adiguna, tersentak.
  "Aku bukan sanak keluargamu, Setan Enak saja kau menganggapku sebagai sanak keluarga-mu" tukas Pengemis Sinting, membentak garang.
  "Lalu, aku mesti memanggilmu apa?" tanya Adiguna heran.
  "Kau lihat aku sebagai apa?"
  "Eh Pe..., pengemis," sahut pemuda itu ragu.
  "Nah Cukup kau memanggilku begitu"
  "Pengemis?"
  "Iya Kenapa?" tukas pengemis itu sambil melotot lebar.
  "Ah, tidak. Tidak apa-apa."
  "Jadi kenapa kau memandangiku? Apa kau kira ada yang aneh padaku?"
  "Eh, tidak. Aku..., aku hanya senang dengansyairmu...."
  "Kunyuk Siapa bilang itu syair? Aku hanya mengoceh sendirian"
  "Mengoceh? Tapi ocehanmu bagus" puji Adiguna lagi.
  "Ya Bagus karena aku mengoceh tentang dua orang bejad yang sudah mampus"
  "Siapa yang kau maksudkan?" tanya Adiguna, ingin tahu meski mengerti siapa yang dimaksudkan pengemis itu.
  "Kau sudah tahu, kenapa tanya-tanya segala?"
  "Apakah Ki Danang dan Ki Putut Denawa?"
  "Ya, mereka juga He he he... Dasar orang tua tidak tahu diri Sudah tahu anaknya bejad, ma-lah melindunginya" sahut Pengemis Sinting sambil tertawa-tawa sendirian.
  Dan ocehan pengemis itu semakin jelas tujuannya, membuat Adiguna jadi tidak enak hati. Jangan-jangan Pengemis Sinting mengetahui kelakuannya pula.
  "Orang-orang bejad akan menerima balasan atau perbuatan mereka" lanjut Pengemis Sinting.
  "Maaf, Pengemis Kami tengah mengadakan perjalanan. Harap kau tidak tersinggung bila kami berangkat lebih dulu," ucap Adiguna, buru-buru memotong.
  "He he he... Silakan Silakan saja. Tapi kau mesti hati-hati, Anak Muda" ingat Pengemis Sin-ting.
  "Apa maksudmu?"
  "Orang-orang itu mengincar pemuda-pemuda bejad Kalau merasa dirimu bejad, maka kau pun akan diincarnya Ha ha ha..."
  Setelah berkata begitu, Pengemis Sinting berkelebat cepat meninggalkan mereka.
  "Dasar pengemis gila" umpat Adiguna setelah Pengemis Sinting cukup jauh darinya.
  Tapi bagaimana pun ucapan pengemis itu membekas di hati pemuda ini. Dan itu membuatnya jadi tidak tenang
 
  ***
 
  Seekor rajawali putih keperakan menukik ke bawah dengan gerakan cepat laksana kilat. Tiba di tempat cukup luas, burung raksasa itu mendarat di atas kedua kakinya yang kokoh. Dari lehernya, tampak melompat seorang pemuda berbaju rompi putih dengan sebilah pedang bergagang kepala burung tersampir di balik punggung.
  "Kau terus saja terbang, Rajawali Putih" teriak pemuda yang tak lain Rangga yang di kalanganpersilatan terkenal sebagai si Pendekar Rajawali Sakti.
  "Kraagkh..."
  Rajawali Putih memekik pelan. Lalu dengan sekali mengepakkan kedua sayapnya, burung raksasa berbulu putih itu telah melesat tinggi ke angkasa. Maka tak urung batang- batang pohon di sekitar tempat itu bergoyang-goyang seperti dilanda angin kencang.
  "Jangan jauh- jauh dariku, Rajawali Putih" teriak Rangga sambil melambaikan tangan.
  "Kreaagkh"
  Rajawali Putih kembali menjerit pelan di ang- kasa sambil berputar-putar di sekitar tempat itu.
  "Hm.... Mudah-mudahan Dewa Bayu mengikuti aku," gumam Rangga.
  Pendekar Rajawali Sakti lantas menempelkan ujung jari tangan dan jempolnya ke ujung lidah. Dan....
  "Suiiittt..."
  Terdengar suitan keras dari mulut Rangga. Ketika tidak ada tanda-tanda ada yang datang, dia bersuit nyaring kembali.
  "Suiiittt..."
  "Hieee..."
  "Nah, itu dia" seru Rangga girang ketika mendengar ringkikan kuda dari kejauhan.
  Tidak lama muncul seekor kuda hitam dari kejauhan yang berlari kencang mendekatinya. Sesaat terdengar hewan itu meringkik kecil. Sambil mendengus kasar, diusap-usapnya dada pemuda berbaju rompi putih itu.
  "Syukurlah kau bisa mengikutiku ke sini, Dewa Bayu," kata Rangga seraya balas mengusap-usap leher kuda bernama Dewa Bayu sebelum melompat ke punggungnya.
  Begitu digebah, Dewa Bayu telah berlari kencang meninggalkan tempat itu bersama Rangga di punggung menuju desa yang tidak seberapa jauh. Sebentar saja, Rangga telah tiba di mulu

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>