Cerita Silat | Dendam Sepasang Gembel | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Dendam Sepasang Gembel | Cersil Sakti | Dendam Sepasang Gembel pdf
Pendekar Rajawali Sakti - 179. Patung Dewi Ratih Boma Gendeng ~ Bonek Candi Sewu Dewi Ular ~ Gadis Penyelamat Bumi Pendekar Slebor - Pembunuh Dari Jepang
Dewi Sri Tanjung ~ Si Tangan Iblis
rkan mereka memperlakukanmu dengan cara begini" bentak Ki Ardisoma.
"Aku..., aku tidak bersalah, Ayah...," sahut Bratasena lemah.
"Keparat busuk Hiih"
Retno hilang kesabarannya. Serta merta, dice-kiknya Bratasena sampai tulang- belulangnya ber-derak patah.
"Brata..."
Ki Ardisoma terkesiap. Amarahnya langsung menggelegak. Seketika tubuhnya meluruk menye- rang Retno.
Set Set
Pada saat yang hampir bersamaan, Retno merasakan dua angin sambaran dari belakang. Matanya sedikit melirik. Dan ternyata, dua buah pisau belati yang dilemparkan seseorang dari belakang telali melesat ke arahnya.
Dengan gerakan mengagumkan, Retno memu- tar tubuhnya dengan tangan bergerak.
Tap
Begitu pisau tertangkap wanita pengemis ini menjatuhkan diri untuk menghindari terjangan Ki Ardisoma.
"Hih..."
Tepat ketika bangkit, Retno melemparkan satu pisau pada soosk di depan pintu yang merupakan pemiliknya.
Crab
"Aaa..."
Tepat sekali pisau itu menancap di dada sosok gadis yang tadi melemparkan pisau pada Retno. Terdengar jerit kesakitan yang mengikuti robohnya tubuh.
"Mahadewi...?" seru Ki Ardisoma kaget.
Betapa geramnya Ki Ardisoma. Sudah serang-annya dapat dihindari, dan kini putrinya malah tewas. Otaknya jadi kacau. Dan dia tidak mampu mengatur amarah yang bergejolak di hatinya. Kembali diterjangnya perempuan pengemis itu. Dan pertarungan sengit pun kembali berlangsung.
***
"Ayo, Dewa Bayu. Mari kita pergi Tidak ada yang bisa dikerjakan di sini" ajak Rangga, ketika telah berkelebat kembali ke halamann depian rumah Ki Ardisoma.
Pendekar Rajawali Sakti langsung melompat ke punggung kudanya dan meninggalkan tempat ini perlahan-lahan. dari kejauhan, telinganya mendengar teriakan Ki Ardisoma yang marah- marah.
"He he he.. Kenapa kau telah pulang, Pendekar Rajawali Sakti. Padahal pertunjukan belum selesai?"
Mendadak terdengar teguran yang disusul berkelebatnya satu sosok berpakaian pengemis yang tak lain Pengemis Sinting.
"Aku tak ada kepentingan di sana," sahut Rangga pendek.
"He he he... Aku menyesal, karena kita tidak terlibat pertarungan langsung," kata Pengemis Sinting.
"Kalau aku dianggap takut menghadapi ga-bungan kalian bertiga, maka kau salah menilai. Aku pergi karena yakin kalau Bratasena bersalah."
"Dia memang bersalah. Dan dendam mereka telah terlaksana. Palguna putra Jaladara telah kupancing dari dalam rumahnya, dan telah dibereskan mereka. Kemudian ketika menuju ke sini, kebetulan sekali putra si Genduk Mani yang bernama Adiguna, tengah melakukan perjalanan ke sini pula.
Maka keduanya segera membereskannya. He he he... Sungguh pekerjaan yang memuaskan"
Rangga tidak begitu suka mendengar ocehan Pengemis Sinting. Tapi, dia tidak berusaha menyela.
"Pengemis Sinting Kalau tidak ada keperluan lain, aku mohon diri hendak melanjutkan per-jalanan," pamit Rangga ketika pengemis itu telah selesai bicara.
"He he he... Silakan, silakan... Tapi kujamin, kita akan bertemu lagi," ucap pengemis tua ini.
"Mudah-mudahan, pada saat itu kau dalam keadaan baik, Sobat."
"Brengsek Siapa yang menganggap kau sebagai sobatku?"
"Baiklah.... Kalau begitu, kuanggap kau mu-suhku saja."
"Sial Aku tidak punya urusan denganmu, sehingga menganggapmu sebagai musuh"
"Terserahmu sajalah...."
Setelah berkata begitu, Rangga menggebah kudanya sekencang- kencangnya.
"Heaaa..."
"Hei, tunggu Tunggu Brengsek kau, Anak Muda..." teriak Pengemis Sinting memaki-maki sambil mengejar.
Rangga menyadari kalau orang sinting itu tak akan mampu mengejar lari kuda Dewa Bayu. Benar saja. Sebentar kemudian tidak terlihat juga batang hidung Pengemis Sinting.
SELESAI
Segera terbit serial Pendekar Rajawali Sakti selanjutnya:
JAHANAM BERMUKA DUA
Scan by Clickers
Pendekar Rajawali Sakti - 179. Patung Dewi Ratih Boma Gendeng ~ Bonek Candi Sewu Dewi Ular ~ Gadis Penyelamat Bumi Pendekar Slebor - Pembunuh Dari Jepang
Dewi Sri Tanjung ~ Si Tangan Iblis
rkan mereka memperlakukanmu dengan cara begini" bentak Ki Ardisoma.
"Aku..., aku tidak bersalah, Ayah...," sahut Bratasena lemah.
"Keparat busuk Hiih"
Retno hilang kesabarannya. Serta merta, dice-kiknya Bratasena sampai tulang- belulangnya ber-derak patah.
"Brata..."
Ki Ardisoma terkesiap. Amarahnya langsung menggelegak. Seketika tubuhnya meluruk menye- rang Retno.
Set Set
Pada saat yang hampir bersamaan, Retno merasakan dua angin sambaran dari belakang. Matanya sedikit melirik. Dan ternyata, dua buah pisau belati yang dilemparkan seseorang dari belakang telali melesat ke arahnya.
Dengan gerakan mengagumkan, Retno memu- tar tubuhnya dengan tangan bergerak.
Tap
Begitu pisau tertangkap wanita pengemis ini menjatuhkan diri untuk menghindari terjangan Ki Ardisoma.
"Hih..."
Tepat ketika bangkit, Retno melemparkan satu pisau pada soosk di depan pintu yang merupakan pemiliknya.
Crab
"Aaa..."
Tepat sekali pisau itu menancap di dada sosok gadis yang tadi melemparkan pisau pada Retno. Terdengar jerit kesakitan yang mengikuti robohnya tubuh.
"Mahadewi...?" seru Ki Ardisoma kaget.
Betapa geramnya Ki Ardisoma. Sudah serang-annya dapat dihindari, dan kini putrinya malah tewas. Otaknya jadi kacau. Dan dia tidak mampu mengatur amarah yang bergejolak di hatinya. Kembali diterjangnya perempuan pengemis itu. Dan pertarungan sengit pun kembali berlangsung.
***
"Ayo, Dewa Bayu. Mari kita pergi Tidak ada yang bisa dikerjakan di sini" ajak Rangga, ketika telah berkelebat kembali ke halamann depian rumah Ki Ardisoma.
Pendekar Rajawali Sakti langsung melompat ke punggung kudanya dan meninggalkan tempat ini perlahan-lahan. dari kejauhan, telinganya mendengar teriakan Ki Ardisoma yang marah- marah.
"He he he.. Kenapa kau telah pulang, Pendekar Rajawali Sakti. Padahal pertunjukan belum selesai?"
Mendadak terdengar teguran yang disusul berkelebatnya satu sosok berpakaian pengemis yang tak lain Pengemis Sinting.
"Aku tak ada kepentingan di sana," sahut Rangga pendek.
"He he he... Aku menyesal, karena kita tidak terlibat pertarungan langsung," kata Pengemis Sinting.
"Kalau aku dianggap takut menghadapi ga-bungan kalian bertiga, maka kau salah menilai. Aku pergi karena yakin kalau Bratasena bersalah."
"Dia memang bersalah. Dan dendam mereka telah terlaksana. Palguna putra Jaladara telah kupancing dari dalam rumahnya, dan telah dibereskan mereka. Kemudian ketika menuju ke sini, kebetulan sekali putra si Genduk Mani yang bernama Adiguna, tengah melakukan perjalanan ke sini pula.
Maka keduanya segera membereskannya. He he he... Sungguh pekerjaan yang memuaskan"
Rangga tidak begitu suka mendengar ocehan Pengemis Sinting. Tapi, dia tidak berusaha menyela.
"Pengemis Sinting Kalau tidak ada keperluan lain, aku mohon diri hendak melanjutkan per-jalanan," pamit Rangga ketika pengemis itu telah selesai bicara.
"He he he... Silakan, silakan... Tapi kujamin, kita akan bertemu lagi," ucap pengemis tua ini.
"Mudah-mudahan, pada saat itu kau dalam keadaan baik, Sobat."
"Brengsek Siapa yang menganggap kau sebagai sobatku?"
"Baiklah.... Kalau begitu, kuanggap kau mu-suhku saja."
"Sial Aku tidak punya urusan denganmu, sehingga menganggapmu sebagai musuh"
"Terserahmu sajalah...."
Setelah berkata begitu, Rangga menggebah kudanya sekencang- kencangnya.
"Heaaa..."
"Hei, tunggu Tunggu Brengsek kau, Anak Muda..." teriak Pengemis Sinting memaki-maki sambil mengejar.
Rangga menyadari kalau orang sinting itu tak akan mampu mengejar lari kuda Dewa Bayu. Benar saja. Sebentar kemudian tidak terlihat juga batang hidung Pengemis Sinting.
SELESAI
Segera terbit serial Pendekar Rajawali Sakti selanjutnya:
JAHANAM BERMUKA DUA
Scan by Clickers