Cerita Silat | Jahanam Bermuka Dua | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Jahanam Bermuka Dua | Cersil Sakti | Jahanam Bermuka Dua pdf
Pendekar Slebor - Pembunuh Dari Jepang
Dewi Sri Tanjung ~ Si Tangan Iblis Pendekar Rajawali Sakti - 182. Dendam Sepasang Gembel Joko Sableng ~ Rahasia Kampung Setan Joko Sableng ~ Misteri Tengkorak Berdarah
telah siap dengan cambuk. Dan Ki Dawala dengan tongkatnya.
"Kenapa kau tidak mengeluarkan senjatamu seperti mereka?" tanya Gardika, pada PendekarRajawali Sakti.
"Nanti akan kuperhitungkan, apakah senjataku perlu untuk dikeluarkan" sahut Rangga pendek.
"Ha ha ha... Sayang sekali Padahal aku lebih suka bertarung denganmu. Kulihat, kau hebat ketika bertarung dengan nenek peot itu"
"Akan kita lihat, apakah keinginanmu ter-penuhi," sambung Rangga, kalem.
"Anak muda Kenapa banyak mulut segala? Sebaiknya kita serang saja dia sekarang" teriak Ki Sugala.
"Ya, silakan dimulai. Biar aku mendapat giliran belakangan saja," jawab Rangga enteng.
"Huh"
Ki Sugala mendengus geram. Dia memang tidak begitu suka pada Pendekar Rajawali Sakti. Maka begitu mendengar jawabannya," hatinya semakin sebal saja melihat tampang pemuda itu. Tapi dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dan untuk menumpahkan kekesalannya, dia sudah langsung menyerang Gardika.
"Yeaaa..."
Gardika hanya bergeser ke samping. Tiba-tiba satu tangannya menangkap batang pedang Ki Sugala. Lalu, dibetotnya keras.
"Hiih"
"Ohh..."
Karuan saja, Ki Sugala jadi gelagapan. Buru-buru pedangnya dilepas kalau tak ingin kepalan Gardika menghancurkan batok kepalanya.
"Yeaaa..."
Namun sebelum Gardika kembali menyerang, Ki Aswatama dan Ki Dawala telah ikut menyerang dengan gencar mengancam ke segala arah. Dan....
Ctar
Cambuk Nyi Pacet mulai ikut merepotkan Gardika. Tapi, pemuda berwajah mengerikan itu bukannya kerepotan. Bahkan ketawa kegirangan.
"Ha ha ha... Kenapa tidak sejak tadi saja? Dengan begini terasa lebih seru dan hebat" teriak Gardika, sombong.
"Huh Kalau sudah mampus, baru terasa lebih hebat lagi" dengus Ki Aswatama.
"Ha ha ha... Orang-orang seperti kalian tidak membuatku gentar. Tapi, malah menggelikan" ejek Gardika.
"Kurang ajar"
Ki Aswatama menggeram. Golok besarnya bergerak semakin cepat, menyambar-nyambar ke mana saja makhluk aneh ini bergerak.
Tapi, Gardika memang tidak kerepotan. Bahkan sesekali terlihat dia berusaha menangkap senjata.
Kini justru Ki Aswatama yang terpaksa menghindar, karena tahu kalau goloknya tidak mampu melukai Gardika. Dan sekali-sekali laki-laki bertubuh gemuk itu terpaksa melompat mundur, ketika pedang Ki Sugala yang berhasil dirampas mulai mengancam keselamatannya.
"Kraaagkh"
***
Gardika menggeram tatkala tongkat Ki Dawala mengincarnya dari belakang. Pedang di salah satu tangannya berkelebat menangkis, sekaligus mematahkan senjata laki-laki berhidung panjang itu. Tubuhnya bergerak cepat mengirimkan tendangan kilat. Sama sekali tidak dipedulikannya cambuk Nyi Pacet yang mengancam.
Des
"Aaa..."
Ki Dawala terpekik kesakitan. Tubuhnya kontan terjungkal ke belakang dengan beberapa tulang rusuk patah akibat tendangan Gardika. Sementara cambuk Nyi Pacet sama sekali tidak berarti di tubuhnya.
"Yeaaa..."
Saat itu juga, Ki Aswatama menyerbu dari samping dengan bemafsu.
Trang Wut
Dengan cepat Gardika mengibaskan pedang, membabat satu golok yang dipegang Ki Aswatama hingga terpental. Namun tanpa menghiraukan telapak tangannya yang lecet akibat benturan tadi, Ki Aswatama memutar golok yang satu lagi. Kembali dicobanya menebas leher Gardika.
Gardika cepat menekuk pedangnya untuk menangkis serangan.
Trang
Lalu secepat kilat senjata di tangan makhluk aneh ini bergerak memapas pangkal tangan kiri Ki Aswatama.
Crasss
Karuan saja laki-laki gemuk dengan wajah dipenuhi brewok itu menjerit kesakitan. Dan sebelum dia menguasai diri, perutnya telah mendapat tendangan kuat dari Gardika hingga membuatnya jungkir balik muntah darah.
"Sekarang giliranmu, Tua Bangka Peot" desis Gardika,
Meski Nyi Pacet kelihatan garang, tapi melihat sepak terjang makhluk aneh itu mau tak mau jadi takut juga, Sesekali matanya melirik Pendekar Rajawali Sakti sambil mengutuk habis-habisan, Pemuda itu terlihat tenang-tenang saja menonton pertarungan, Dan celakanya, Gardika malah belum mau mengusiknya
"Ayo, cepat Kenapa diam saja? Apa kau takut mati?" teriak Gardika mengejek.
"Bangsat Kau kira aku takut denganmu, he? Rasakan seranganku" dengus Lintah Penghisap Darah,
Perempuan tua itu langsung mencelat menerjang dengan mengerahkan seluruh tenaga dan ke-cepatan yang dikuasainya. Namun dengan empat tangan serta empat kaki yang bergerak selaras, Gardika agaknya sulit ditanggulangi.
Plak Plak
Gardika menyarnbut serangan Nyi Pacet dengan enteng. Kemudian tubuhnya berbalik, seraya mengibaskan pedang.
Nyi Pacet terkejut. Terpaksa dia mencelat ke belakang untuk menyelamatkan diri. Tapi pada saat itu, Gardika justru mengejamya dengan cepat seraya mengirim tendangan beruntun.
Duk Des
"Aaakh..."
Lintah Penghis
Pendekar Slebor - Pembunuh Dari Jepang
Dewi Sri Tanjung ~ Si Tangan Iblis Pendekar Rajawali Sakti - 182. Dendam Sepasang Gembel Joko Sableng ~ Rahasia Kampung Setan Joko Sableng ~ Misteri Tengkorak Berdarah
telah siap dengan cambuk. Dan Ki Dawala dengan tongkatnya.
"Kenapa kau tidak mengeluarkan senjatamu seperti mereka?" tanya Gardika, pada PendekarRajawali Sakti.
"Nanti akan kuperhitungkan, apakah senjataku perlu untuk dikeluarkan" sahut Rangga pendek.
"Ha ha ha... Sayang sekali Padahal aku lebih suka bertarung denganmu. Kulihat, kau hebat ketika bertarung dengan nenek peot itu"
"Akan kita lihat, apakah keinginanmu ter-penuhi," sambung Rangga, kalem.
"Anak muda Kenapa banyak mulut segala? Sebaiknya kita serang saja dia sekarang" teriak Ki Sugala.
"Ya, silakan dimulai. Biar aku mendapat giliran belakangan saja," jawab Rangga enteng.
"Huh"
Ki Sugala mendengus geram. Dia memang tidak begitu suka pada Pendekar Rajawali Sakti. Maka begitu mendengar jawabannya," hatinya semakin sebal saja melihat tampang pemuda itu. Tapi dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dan untuk menumpahkan kekesalannya, dia sudah langsung menyerang Gardika.
"Yeaaa..."
Gardika hanya bergeser ke samping. Tiba-tiba satu tangannya menangkap batang pedang Ki Sugala. Lalu, dibetotnya keras.
"Hiih"
"Ohh..."
Karuan saja, Ki Sugala jadi gelagapan. Buru-buru pedangnya dilepas kalau tak ingin kepalan Gardika menghancurkan batok kepalanya.
"Yeaaa..."
Namun sebelum Gardika kembali menyerang, Ki Aswatama dan Ki Dawala telah ikut menyerang dengan gencar mengancam ke segala arah. Dan....
Ctar
Cambuk Nyi Pacet mulai ikut merepotkan Gardika. Tapi, pemuda berwajah mengerikan itu bukannya kerepotan. Bahkan ketawa kegirangan.
"Ha ha ha... Kenapa tidak sejak tadi saja? Dengan begini terasa lebih seru dan hebat" teriak Gardika, sombong.
"Huh Kalau sudah mampus, baru terasa lebih hebat lagi" dengus Ki Aswatama.
"Ha ha ha... Orang-orang seperti kalian tidak membuatku gentar. Tapi, malah menggelikan" ejek Gardika.
"Kurang ajar"
Ki Aswatama menggeram. Golok besarnya bergerak semakin cepat, menyambar-nyambar ke mana saja makhluk aneh ini bergerak.
Tapi, Gardika memang tidak kerepotan. Bahkan sesekali terlihat dia berusaha menangkap senjata.
Kini justru Ki Aswatama yang terpaksa menghindar, karena tahu kalau goloknya tidak mampu melukai Gardika. Dan sekali-sekali laki-laki bertubuh gemuk itu terpaksa melompat mundur, ketika pedang Ki Sugala yang berhasil dirampas mulai mengancam keselamatannya.
"Kraaagkh"
***
Gardika menggeram tatkala tongkat Ki Dawala mengincarnya dari belakang. Pedang di salah satu tangannya berkelebat menangkis, sekaligus mematahkan senjata laki-laki berhidung panjang itu. Tubuhnya bergerak cepat mengirimkan tendangan kilat. Sama sekali tidak dipedulikannya cambuk Nyi Pacet yang mengancam.
Des
"Aaa..."
Ki Dawala terpekik kesakitan. Tubuhnya kontan terjungkal ke belakang dengan beberapa tulang rusuk patah akibat tendangan Gardika. Sementara cambuk Nyi Pacet sama sekali tidak berarti di tubuhnya.
"Yeaaa..."
Saat itu juga, Ki Aswatama menyerbu dari samping dengan bemafsu.
Trang Wut
Dengan cepat Gardika mengibaskan pedang, membabat satu golok yang dipegang Ki Aswatama hingga terpental. Namun tanpa menghiraukan telapak tangannya yang lecet akibat benturan tadi, Ki Aswatama memutar golok yang satu lagi. Kembali dicobanya menebas leher Gardika.
Gardika cepat menekuk pedangnya untuk menangkis serangan.
Trang
Lalu secepat kilat senjata di tangan makhluk aneh ini bergerak memapas pangkal tangan kiri Ki Aswatama.
Crasss
Karuan saja laki-laki gemuk dengan wajah dipenuhi brewok itu menjerit kesakitan. Dan sebelum dia menguasai diri, perutnya telah mendapat tendangan kuat dari Gardika hingga membuatnya jungkir balik muntah darah.
"Sekarang giliranmu, Tua Bangka Peot" desis Gardika,
Meski Nyi Pacet kelihatan garang, tapi melihat sepak terjang makhluk aneh itu mau tak mau jadi takut juga, Sesekali matanya melirik Pendekar Rajawali Sakti sambil mengutuk habis-habisan, Pemuda itu terlihat tenang-tenang saja menonton pertarungan, Dan celakanya, Gardika malah belum mau mengusiknya
"Ayo, cepat Kenapa diam saja? Apa kau takut mati?" teriak Gardika mengejek.
"Bangsat Kau kira aku takut denganmu, he? Rasakan seranganku" dengus Lintah Penghisap Darah,
Perempuan tua itu langsung mencelat menerjang dengan mengerahkan seluruh tenaga dan ke-cepatan yang dikuasainya. Namun dengan empat tangan serta empat kaki yang bergerak selaras, Gardika agaknya sulit ditanggulangi.
Plak Plak
Gardika menyarnbut serangan Nyi Pacet dengan enteng. Kemudian tubuhnya berbalik, seraya mengibaskan pedang.
Nyi Pacet terkejut. Terpaksa dia mencelat ke belakang untuk menyelamatkan diri. Tapi pada saat itu, Gardika justru mengejamya dengan cepat seraya mengirim tendangan beruntun.
Duk Des
"Aaakh..."
Lintah Penghis