Cerita Silat | Jahanam Bermuka Dua | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Jahanam Bermuka Dua | Cersil Sakti | Jahanam Bermuka Dua pdf
Tara Zagita ~ Ratu Peri Dari Selat Sunda Pendekar Rajawali Sakti - 181. Lima Golok Setan Cheng Hoa Kiam - Kho Ping Hoo Mahesa Kelud ~ Mencari Mati Di Banten Cersil Mustika Lidah Naga 1
ap Darah memekik kesakitan ketika tubuhnya terlempar beberapa langkah. Dari mulutnya muncrat darah segar. Tulang dadanya patah. Dan sesaat dia hanya menggelepar-gelepar, lalu diam tak berkutik. Entah hidup atau mati.
"Ha ha ha... Mereka sudah beres, kini giliranmu" tunjuk Gardika pada Pendekar Rajawali Sakti.
"Kisanak... Apa sebenarnya yang kau cari dengan membunuh orang- orang yang tak berdosa?" tanya Rangga.
"Eh, apa ini? Kenapa malah kau mengajak bercakap- cakap? Aku tidak butuh itu Ayo, seranglah aku seperti yang mereka lakukan"
Rangga tersenyum.
"Kelakuanmu sungguh kejam. Tapi semua orang punya alasan untuk melakukan itu. Sayang alasan yang kau miliki kelihatan sederhana. Hanya untuk memuaskan hawa nafsumu belaka. Bahkan hewan buas sekalipun hanya membunuh bila lapar atau terganggu. Tapi kau lebih kotor dari hewan buas mana pun" desis Rangga.
"Kurang ajar Tidak usah banyak bicara Ayo, cabut pedangmu"
"Karena kau bersenjata, maka biarlah kupinjam senjata kawanku ini" sahut Rangga seraya meminjam gglok besar di tangan Ki Aswatama yang saat itu masih meringis menahan rasa sakit hebat.
"Huh Dengan senjata apa pun, kau boleh menghadapiku"
"Silakan" lanjut Pendekar Rajawali Sakti seraya tegak berdiri ntienantang.
"Yeaaa…"
Gardika bergerak cepat, menerkam. Tapi Pendekar Rajawali Sakti langsung mengibaskan golok besar di tangannya.
Tak
Trang
"Uhh"
Gardika yang merasa kulitnya tidak mempansenjata tajam, tidak begitu menghiraukan tebasan golok. Padahal saat itu Rangga bukannya tidak mengetahui kalau Gardika kebal senjata tajam. Tapi meski sekebal apa pun, toh dia pasti akan merasa sakit kalau benda tajam itu membentur tubuhnya dengan keras. Dan itu yang dilakukannya saat ini.
Takkk..
Mata golok itu menghantam pergelangan tangan Gardika. Namun makhluk aneh ini masih sempat mengibaskan pedang. Rangga cepat menangkisnya.
Trang
Terasa pedang di tangan Gardika bergetar ketika merasakan tenaga dahsyat membenturnya. Dan belum juga makhluk aneh itu berbuat sesuatu, Rangga telah melepaskan tendangan keras.
Buk
"Uhh…"
Seketika makhluk aneh itu terhuyung-huyung ke belakang sambil mengeluh kesakitan. Dua tangannya memegangi dadanya yang terhantam tendangan Rangga.
***
7
Gardika memandang Pendekar Rajawali Sakti dengan sorot mata tajam, geram bercampur heran. Dalam waktu singkat dia berhasil dihajar. Dan kalau saja pemuda itu terus mengejarnya, dia akan sedikit kerepotan. Tapi, pemuda itu tegak berdiri mengatur jarak sambil mengawasinya.
"Masih ingin dilanjutkan?" tantang Rangga, dingin.
"Hm.... Kau memang lebih hebat dibanding mereka. Tapi itu hanya permulaan. Selanjutnya kau akan kubuat tidak berkutik" dengus Gardika.
"Kenapa banyak omong?"
"Hup"
Bukan main panasnya Gardika melihat pemuda berbaju rompi putih ini mulai bertingkah. Maka secepat kilat dia kembali menyerang. Pedang di tangannya berkelebat menyambar-nyambar. Dan bersamaan dengan itu, tiga tangannya yang lain serta keempat kakinya silih berganti ikut menyerang.
"Hiyaaa...'"
Rangga meningkatkan kecepatannya ketika menggunakan jurus-jurus dari lima rangkaian jurus 'Rajawali Sakti' untuk mengimbangi serangan. Goloknya berkali-kali menangkis kelebatan pedang yang di pegang Gardika.
Trang Trang
Buk...
"Aaakh..."
Beberapa kali senjata mereka saling berbenturan. Dan beberapa kali pula Rangga berhasil menyarangkan goloknya. Gardika mengeluh ter-tahan. Tulangnya terasa ngilu meski kulitnya tidak terluka.
Memang, seperti itu yang diinginkan Rangga. Membuat lawan kesakitan serta penasaran. Kalau sudah mengamuk hebat, maka saat itu dia akan semakin mempermainkannya.
'Yeaaa..."
Dengan membentak garang, Gardika kembali menerjang. Namun, Rangga telah siap menyambut. Golok di tangannya berkelebat secepat kilat menerobos pertahanan, membabat leher, lalu pindah ke pangkal lengan.
Trang
Ketika baru saja terjadi benturan senjata, Gardika segera jumpalitan. Dicobanya menghajar Pendekar Rajawali Sakti lewat dua telapak kakinya.
"Hup"
Tapi Rangga cepat melejit gesit. Goloknya cepat menikam ke jantung Gardika. Terpaksa makhluk aneh ini bergulir ke kiri. Namun, Pendekar Rajawali Sakti telah mengayunkan sebelah kakinya menghantam pinggang.
Duk
"Aaakh..."
Tendangan yang dilepaskan Rangga keras bukan main laksana hantaman bandul besi yang be- ratnya puluhan kati. Gardika menjerit kesakitan. Tubuhnya kontan terlempar ke samping.
"Hiyaaa"
Rangga tidak mau menyia- nyiakan kesempatan itu. Langsung tubuhnya berkelebat mengejar. Goloknya dikebutkan ke leher, namun masih sempat ditangkis Gardika.
"Hiih..."
"Hup..."
Bahkan
Tara Zagita ~ Ratu Peri Dari Selat Sunda Pendekar Rajawali Sakti - 181. Lima Golok Setan Cheng Hoa Kiam - Kho Ping Hoo Mahesa Kelud ~ Mencari Mati Di Banten Cersil Mustika Lidah Naga 1
ap Darah memekik kesakitan ketika tubuhnya terlempar beberapa langkah. Dari mulutnya muncrat darah segar. Tulang dadanya patah. Dan sesaat dia hanya menggelepar-gelepar, lalu diam tak berkutik. Entah hidup atau mati.
"Ha ha ha... Mereka sudah beres, kini giliranmu" tunjuk Gardika pada Pendekar Rajawali Sakti.
"Kisanak... Apa sebenarnya yang kau cari dengan membunuh orang- orang yang tak berdosa?" tanya Rangga.
"Eh, apa ini? Kenapa malah kau mengajak bercakap- cakap? Aku tidak butuh itu Ayo, seranglah aku seperti yang mereka lakukan"
Rangga tersenyum.
"Kelakuanmu sungguh kejam. Tapi semua orang punya alasan untuk melakukan itu. Sayang alasan yang kau miliki kelihatan sederhana. Hanya untuk memuaskan hawa nafsumu belaka. Bahkan hewan buas sekalipun hanya membunuh bila lapar atau terganggu. Tapi kau lebih kotor dari hewan buas mana pun" desis Rangga.
"Kurang ajar Tidak usah banyak bicara Ayo, cabut pedangmu"
"Karena kau bersenjata, maka biarlah kupinjam senjata kawanku ini" sahut Rangga seraya meminjam gglok besar di tangan Ki Aswatama yang saat itu masih meringis menahan rasa sakit hebat.
"Huh Dengan senjata apa pun, kau boleh menghadapiku"
"Silakan" lanjut Pendekar Rajawali Sakti seraya tegak berdiri ntienantang.
"Yeaaa…"
Gardika bergerak cepat, menerkam. Tapi Pendekar Rajawali Sakti langsung mengibaskan golok besar di tangannya.
Tak
Trang
"Uhh"
Gardika yang merasa kulitnya tidak mempansenjata tajam, tidak begitu menghiraukan tebasan golok. Padahal saat itu Rangga bukannya tidak mengetahui kalau Gardika kebal senjata tajam. Tapi meski sekebal apa pun, toh dia pasti akan merasa sakit kalau benda tajam itu membentur tubuhnya dengan keras. Dan itu yang dilakukannya saat ini.
Takkk..
Mata golok itu menghantam pergelangan tangan Gardika. Namun makhluk aneh ini masih sempat mengibaskan pedang. Rangga cepat menangkisnya.
Trang
Terasa pedang di tangan Gardika bergetar ketika merasakan tenaga dahsyat membenturnya. Dan belum juga makhluk aneh itu berbuat sesuatu, Rangga telah melepaskan tendangan keras.
Buk
"Uhh…"
Seketika makhluk aneh itu terhuyung-huyung ke belakang sambil mengeluh kesakitan. Dua tangannya memegangi dadanya yang terhantam tendangan Rangga.
***
7
Gardika memandang Pendekar Rajawali Sakti dengan sorot mata tajam, geram bercampur heran. Dalam waktu singkat dia berhasil dihajar. Dan kalau saja pemuda itu terus mengejarnya, dia akan sedikit kerepotan. Tapi, pemuda itu tegak berdiri mengatur jarak sambil mengawasinya.
"Masih ingin dilanjutkan?" tantang Rangga, dingin.
"Hm.... Kau memang lebih hebat dibanding mereka. Tapi itu hanya permulaan. Selanjutnya kau akan kubuat tidak berkutik" dengus Gardika.
"Kenapa banyak omong?"
"Hup"
Bukan main panasnya Gardika melihat pemuda berbaju rompi putih ini mulai bertingkah. Maka secepat kilat dia kembali menyerang. Pedang di tangannya berkelebat menyambar-nyambar. Dan bersamaan dengan itu, tiga tangannya yang lain serta keempat kakinya silih berganti ikut menyerang.
"Hiyaaa...'"
Rangga meningkatkan kecepatannya ketika menggunakan jurus-jurus dari lima rangkaian jurus 'Rajawali Sakti' untuk mengimbangi serangan. Goloknya berkali-kali menangkis kelebatan pedang yang di pegang Gardika.
Trang Trang
Buk...
"Aaakh..."
Beberapa kali senjata mereka saling berbenturan. Dan beberapa kali pula Rangga berhasil menyarangkan goloknya. Gardika mengeluh ter-tahan. Tulangnya terasa ngilu meski kulitnya tidak terluka.
Memang, seperti itu yang diinginkan Rangga. Membuat lawan kesakitan serta penasaran. Kalau sudah mengamuk hebat, maka saat itu dia akan semakin mempermainkannya.
'Yeaaa..."
Dengan membentak garang, Gardika kembali menerjang. Namun, Rangga telah siap menyambut. Golok di tangannya berkelebat secepat kilat menerobos pertahanan, membabat leher, lalu pindah ke pangkal lengan.
Trang
Ketika baru saja terjadi benturan senjata, Gardika segera jumpalitan. Dicobanya menghajar Pendekar Rajawali Sakti lewat dua telapak kakinya.
"Hup"
Tapi Rangga cepat melejit gesit. Goloknya cepat menikam ke jantung Gardika. Terpaksa makhluk aneh ini bergulir ke kiri. Namun, Pendekar Rajawali Sakti telah mengayunkan sebelah kakinya menghantam pinggang.
Duk
"Aaakh..."
Tendangan yang dilepaskan Rangga keras bukan main laksana hantaman bandul besi yang be- ratnya puluhan kati. Gardika menjerit kesakitan. Tubuhnya kontan terlempar ke samping.
"Hiyaaa"
Rangga tidak mau menyia- nyiakan kesempatan itu. Langsung tubuhnya berkelebat mengejar. Goloknya dikebutkan ke leher, namun masih sempat ditangkis Gardika.
"Hiih..."
"Hup..."
Bahkan