Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Jahanam Bermuka Dua - 20

$
0
0
Cerita Silat | Jahanam Bermuka Dua | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Jahanam Bermuka Dua | Cersil Sakti | Jahanam Bermuka Dua pdf

Pendekar Slebor - Pembunuh Dari Jepang
Dewi Sri Tanjung ~ Si Tangan Iblis Pendekar Rajawali Sakti - 182. Dendam Sepasang Gembel Joko Sableng ~ Rahasia Kampung Setan Joko Sableng ~ Misteri Tengkorak Berdarah

"Ah Mereka orang-orang yang tak bersalah tentu tidak akan mengampuni dosa-dosaku di akherat sana...," gumam Gardika pahit.
  "Setiap manusia yang bertobat, niscaya akan diampuni dosanya bila bersungguh-sungguh."
  Gardika mengeluh pendek mendengar nasihat ayahnya.
  "Dosa- dosaku kelewat banyak...," desah Gardika lirih.
  "Kau harus tabah, Anakku."
  Pada saat itu Gardika merasakan seseorang tegak berdiri di dekat mereka. Dia berusaha me-noleh. Dan wajahnya tampak gembira ketika melihat siapa yang muncul.
  "Nenek..." seru Gardika seraya berusaha bangkit menghampiri.
  Sebaliknya, timbul kebencian Katmani ketika melihat siapa yang muncul. Dialah perempuan yang selama ini dianggap telah menghancurkan keutuhan keluarganya.
  "Perempuan terkutuk Kau telah memperalat anakku demi memuaskan nafsu angkara murka-mu" desis Katmani geram.
  Perempuan tua yang baru muncul itu memang Nyai Warengket. Matanya memandang tajam pada laki-laki di dekatnya sambil menyungging senyum sinis.
  "He he he... Katmani Ternyata kau masih bercokol di muka bumi ini. Mestinya kau telah mampus. Tapi, biarlah hari ini kau kukirim ke neraka"
 
  ***
 
  8
 
  "Nenek, tahan" seru Gardika, ketika melihat Nyai Warengket siap turun tangan menghabisi Katmani.
  "Apa maumu?" dengus perempuan itu.
  "Benarkah ceritanya itu...?" tuntut Gardika dengan suara semakin lirih.
  "Cerita busuk apa yang kau dengar darinya?" bentak Nyai Warengket.
  "Perempuan keparat Berterus teranglah kepadanya" bentak Katmani. "Kau telah menculiknya dari kami ketika dia masih bayi"
  "Huh Siapa kau? Lancang betul mengarang cerita palsu itu?"
  "Dukun keparat' Kalau kepada orang lain kau bisa mungkir, tapi tidak kepadaku Dia anakku. Katakan padanya" sahut Katmani dengan suara tetap garang.
  Untuk sesaat Nyai Warengket tidak menjawab. Melainkan memandang laki-laki itu denga sinar mata penuh kebencian.
  "Nenek Benarkah kata-katanya?" tanya Gardika, semakin lemah.
  "Apa untungmu mengakuinya sebagai ayahmu kalau ternyata dulu dia sempat mengingkarimu?" tanya perempuan tua itu, dingin.
  "Apa maksudmu? Oh Berarti benar aku anaknya?" tanya Gardika, bingung.
  "Kau memang benar anaknya. Tapi, tanyakan pula padanya kalau dia mengingkarimu ketika melihat keadaanmu seperti ini" tuding Nyai Warengket.
  Katmani tidak berani menjawab ketika melihat Gardika memandangnya penuh rasa ingin tahu.
  "Benarkah semua itu. Ayah?" tuntut Gardika.
  "Memang, pada mulanya aku belum bisa menerima keadaanmu karena amat mengagetkan. Tapi belakangan aku sadar walau bagaimanapun wujudmu, kau adalah anakku. Dan itu akibat kutukan Nyai Warengket itu sendiri. Tapi sebelum segala sesuatunya beres, perempuan tua ini telah menculikmu...," sahut Katmani lirih, setelah menghela napas sesak.
  Mendengar itu, Gardika mengeluh panjang. Dan rasa sakit yang dideritanya semakin menghentak-hentak, mengejutkan Nyai Warengket yang belum sempat memeriksa lukanya.
  "Astaga Siapa yang telah melakukan hal ini padamu, Gardika?" sentak perempuan tua itu.
  "Ohh.... Itu tidak perlu, Nek..," tolak Gardika.
  "Katakan padaku, siapa yang telah berbuat begini kepadamu? Orang itu harus menerima pembalasan dariku" dengus Nyai Warengket.
  "Sudahlah, Nek. Dosaku memang telah kelewat banyak. Dan sudah sepatutnya aku mendapat ganjaran...."
  "Tidak Aku tidak akan tenang sebelum orang itu mendapat balasan setimpal dariku. Katakan padaku, siapa dia?"
  "Ohh..."
  Gardika mengeluh pendek. Dan wajahnya yang pucat pasi seperti mayat berkerut menahan rasa sakit hebat.
  "Katakan padaku, Gardika Siapa yang melakukan ini padamu? Ayo, katakan Siapa?" desak perempuan tua ini sambil mengguncang-guncang cucu angkatnya yang tengah sekarat.
  "Jangan kau ganggu lagi Dia tengah sekarat" teriak Katmani mencegah perbuatan Nyai Warengket.
  Dengan geram Nyai Warengket mengayunkan, tangan menampar laki-laki itu. Plak
  "Aaakh..."
  Katmani kontan bergulingan sambil mengeluh kesakitan menerima tamparan yang keras bukan main.
  "Jangan ikut campur urusanku. Atau, kepala-mu akan kupecahkan?" ancam nenek ini.
  Mendengar ancaman itu mengkeret juga nyali Katmani. Dia diam memperhatikan mereka berdua. Juga, tidak berani mencegah lagi ketika Nyai Warengket mendesak Gardika.
  "Ayo katakan padaku, siapa yang telah membuatmu jadi begini? Katakan, Gardika Ayo, kata-kan Biar kubalaskan dendammu"
  "Tidak perlu. Nek..."
  "Terkutuk kau Tidak kuanggap kau sebagai cucu dan muridku, jika tidak mengatakan siapa yang telah membuatmu jadi begini" ancam Nyai Warengket.
  Selain takut, Gardika juga sayang pada perempuan tua ini. Karena dia tahu perempuan tua itulah orang yang telah membesarkannya dan sekaligus gurunya. Maka ancamannya untuk tidak diakui sebagai cucu

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Latest Images

Trending Articles

<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>