Cerita Silat | Kembang Lembah Darah | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Kembang Lembah Darah | Cersil Sakti | Kembang Lembah Darah pdf
Mahesa Kelud ~ Mencari Mati Di Banten Cersil Mustika Lidah Naga 1 Pendekar Rajawali Sakti - 183. Jahanam Bermuka Dua Candika - Dewi Penyebar Maut 12 Candika - Dewi Penyebar Maut 2
ata seorang gadis berikat kepala kuning keemasan, seraya menjura hormat.
"Hm. Apa rencanamu, Sekar?" tanya Anjarasih, menoleh ke arah gadis yang dipanggil Sekar.
"Serahkan saja pada kami, Tuanku. Maka segalanya akan beres" tegas Sekar, mantap.
"Kau yakin, Sekar?"
"Apakah selama ini hamba pernah mengece-wakan Tuanku? Hamba selalu melakukan yang terbaik bagi Tuanku"
"Ya Tapi aku periu mendengar, apa rencanamu untuk meringkusnya?"
"Pertama-tama kami akan menggunakan kekerasan...."
"Kalian tak akan mampu. Pendekar Rajawali Sakti bukan orang sembarangan."
"Mungkin saja, Tuanku. Tapi kalau tak kena juga, maka akan kami gunakan cara halus."
"Cara halus bagaimana yang kau maksudkan?"
"Kita sebagai wanita, punya segala macam cara untuk memperdaya kaum laki- laki. Nah Daya ini yang hamba maksudkan untuk meringkusnya," jelas Sekar tanpa menyebutkan secara terperinci, cara halus bagaimana yang dimaksudkan.
Dan agaknya wanita muda itu tidak mau terialu bertele-tele.
"Baiklah, Sekar. Kuberikan tugas ini padamu. Kalau gagal, maka kalian semua akan mendapat hukuman, karena berani mengajukan diri dan merasa mampu meringkus pemuda itu"
"Bagaimana kalau kami berhasil, Tuanku?" pancing Sekar, dengan bola mata berbinar penuh harap.
"Apa yang kau minta akan kukabulkan" tandas Anjarasih.
"Terima kasih, Tuanku."
"Nah Sekarang juga kuperintahkan padamu untuk berangkat"
"Baik, Tuanku"
Maka tanpa menunggu banyak waktu lagi, Sekar segera angkat kaki dari balairung yang menjadi tempat pertemuan ini.
"Dan bagi Kencana dan kawan-kawannya, hukuman telah menanti" lanjut Anjarasih.
"Tuanku, kami siap menerima hukuman yang diberikan" sahut mereka serentak.
"Kalian semua akan kuikat pada tonggak- tonggak kayu di Padang Neraka selama tiga hari"
"Ohhh...?"
Para gadis yang hadir di sini berseru kaget mendengar keputusan itu. Padang Neraka adalah suatu tempat yang amat tandus, dan jarang ditumbuhi rerumputan. Suhu di sana tinggi sekali, dengan udara kering. Apalagi dalam musim panas seperti sekarang. Jarang ada yang selamat dari hukuman itu. Apalagi selama tiga hari
"Terima hukuman itu atau kupenggal leher kalian satu persatu?" bentak Anjarasih.
"Kami terima hukuman itu, Tuanku..." sahut mereka.
"Bagus Jadi bila ada di antara kalian yang masih hidup setelah waktu tiga hari, maka boleh kembali mengabdi padaku."
"Terima kasih, Tuanku"
"Hm"
Anjarasih lantas memberi isyarat. Maka, belasan pengawalnya yang terdiri dari laki-laki dan perempuan segera menggiring rombongan yang dipimpin Kencana.
***
Mahesa Kelud ~ Mencari Mati Di Banten Cersil Mustika Lidah Naga 1 Pendekar Rajawali Sakti - 183. Jahanam Bermuka Dua Candika - Dewi Penyebar Maut 12 Candika - Dewi Penyebar Maut 2
ata seorang gadis berikat kepala kuning keemasan, seraya menjura hormat.
"Hm. Apa rencanamu, Sekar?" tanya Anjarasih, menoleh ke arah gadis yang dipanggil Sekar.
"Serahkan saja pada kami, Tuanku. Maka segalanya akan beres" tegas Sekar, mantap.
"Kau yakin, Sekar?"
"Apakah selama ini hamba pernah mengece-wakan Tuanku? Hamba selalu melakukan yang terbaik bagi Tuanku"
"Ya Tapi aku periu mendengar, apa rencanamu untuk meringkusnya?"
"Pertama-tama kami akan menggunakan kekerasan...."
"Kalian tak akan mampu. Pendekar Rajawali Sakti bukan orang sembarangan."
"Mungkin saja, Tuanku. Tapi kalau tak kena juga, maka akan kami gunakan cara halus."
"Cara halus bagaimana yang kau maksudkan?"
"Kita sebagai wanita, punya segala macam cara untuk memperdaya kaum laki- laki. Nah Daya ini yang hamba maksudkan untuk meringkusnya," jelas Sekar tanpa menyebutkan secara terperinci, cara halus bagaimana yang dimaksudkan.
Dan agaknya wanita muda itu tidak mau terialu bertele-tele.
"Baiklah, Sekar. Kuberikan tugas ini padamu. Kalau gagal, maka kalian semua akan mendapat hukuman, karena berani mengajukan diri dan merasa mampu meringkus pemuda itu"
"Bagaimana kalau kami berhasil, Tuanku?" pancing Sekar, dengan bola mata berbinar penuh harap.
"Apa yang kau minta akan kukabulkan" tandas Anjarasih.
"Terima kasih, Tuanku."
"Nah Sekarang juga kuperintahkan padamu untuk berangkat"
"Baik, Tuanku"
Maka tanpa menunggu banyak waktu lagi, Sekar segera angkat kaki dari balairung yang menjadi tempat pertemuan ini.
"Dan bagi Kencana dan kawan-kawannya, hukuman telah menanti" lanjut Anjarasih.
"Tuanku, kami siap menerima hukuman yang diberikan" sahut mereka serentak.
"Kalian semua akan kuikat pada tonggak- tonggak kayu di Padang Neraka selama tiga hari"
"Ohhh...?"
Para gadis yang hadir di sini berseru kaget mendengar keputusan itu. Padang Neraka adalah suatu tempat yang amat tandus, dan jarang ditumbuhi rerumputan. Suhu di sana tinggi sekali, dengan udara kering. Apalagi dalam musim panas seperti sekarang. Jarang ada yang selamat dari hukuman itu. Apalagi selama tiga hari
"Terima hukuman itu atau kupenggal leher kalian satu persatu?" bentak Anjarasih.
"Kami terima hukuman itu, Tuanku..." sahut mereka.
"Bagus Jadi bila ada di antara kalian yang masih hidup setelah waktu tiga hari, maka boleh kembali mengabdi padaku."
"Terima kasih, Tuanku"
"Hm"
Anjarasih lantas memberi isyarat. Maka, belasan pengawalnya yang terdiri dari laki-laki dan perempuan segera menggiring rombongan yang dipimpin Kencana.
***