Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Kembang Lembah Darah - 14

$
0
0
Cerita Silat | Kembang Lembah Darah | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Kembang Lembah Darah | Cersil Sakti | Kembang Lembah Darah pdf

Pendekar Slebor - Pembunuh Dari Jepang
Dewi Sri Tanjung ~ Si Tangan Iblis Pendekar Rajawali Sakti - 182. Dendam Sepasang Gembel Joko Sableng ~ Rahasia Kampung Setan Joko Sableng ~ Misteri Tengkorak Berdarah


 
  5
 
  Siang yang amat terik, membuat Pendekar Rajawali Sakti mampir di sebuah kedai di desa yang tak jauh dari Lembah Darah. Sejak tadi pagi Rangga berkuda dari Lembah Tengkorak.
  Di dalam kedai ini, pembicaraan beberapa pe- ngunjung semula tidak menarik minat telinga Rangga. Tapi ketika seseorang menyebut-nyebut nama Lembah Darah, maka telinganya segera dipasang tajam-tajam.
  Mengingat nama Lembah Darah, membuat Rangga juga teringat dengan beberapa kejadian yang dialami. Sejak pertemuannya dengan Wulandari yang mengajaknya ke Lembah Darah, sampai pada seorang gadis yang berhasil meringkusnya, dan hendak membawanya ke sana.
  Atas dasar ini, Rangga jadi tertarik ingin menyelidiki lebih lanjut.
  "Hei, kenapa susah- susah? Kalau kau ingin bekerja dan dapat uang banyak, kenapa tidak da-tang saja ke sana? Banyak pekerjaan dan upahnya pun besar" jelas seorang laki- laki berperut buncit. Mukanya bulat dan lebar.
  "Kerja apa di sana, Mbul?" tanya laki-laki lain, berwajah penuh bopeng, bekas luka cacar.
  "Apa saja, Bopeng. Di sana, nanti akan dibagi- bagi tugas apa yang mesti dikerjakan," jelas laki-laki yang dikenal bernama Gembul ini.
  "Memangnya kita kerja dengan siapa?" tanya laki-laki bernama Bopeng.
  "Anjarasih."
  "Anjarasih? Siapa dia?" tanya laki-laki ber-badan kurus dengan mata sayu.
  "Alaaah.... Masa 039; kau tak tahu, Kaspa? Itu..., wanita paling kaya di wilayah barat. Eh Dia cantik dan kaya, Iho Siapa tahu saja dia terpikat padamu" olok Gembul.
  "Ha ha ha... Anjarasih mana mungkin mau padanya. Matanya saja seperti orang mengantuk" ejek laki-laki berkumis tipis.
  "Hei, Cakra Jelek-jelek begini sudah sepuluh gadis yang kutolak cintanya" sahut laki-laki ber-badan kurus yang bernama Kaspa.
  "Huu, dasar Kaspa" seru Gembul.
  "Eh Ngomong- ngomong yang namanya Anjarasih itu apa betul masih sendiri? Dari mana dia dapat kekayaan begitu banyak? Apa dia putri raja yang dalam pengasingan?" tanya Kaspa, terlihat sungguh-sungguh.
  "Entahlah.... Aku sendiri tak tahu. Yang kutahu dia hidup sendiri di istananya yang hampir selesai dibangun. Mungkin saja dia putri raja yang tengah diasingkan di lembah itu," sahut Gembul.
  Pendekar Rajawali Sakti terus memasang telinganya. Sebentar keningnya berkerut tajam, sebentar kemudian biasa kembali.
  "Hm.... Mungkin hanya kebetulan saja. Wulandari bertempat tinggal di lembah itu," gumam Rangga coba mengabaikan apa yang tengah dipi-kirkannya saat ini.
  "Yang lebih heran lagi," lanjut Gembul. "Anjarasih itu banyak memiliki anak buah wanita muda. Dan rata-rata cantik"
  "Dasar kau, Mbul Kalau bicara perempuan, selalu saja wajahmu berseri- seri" celetuk Cakra.
  "Kapan lagi? Mumpung masih muda dan belum kawin"
  "Wajah boleh saja mengaku muda. Tapi, umurmu kan sudah kepala tiga Dan sampai sekarang belum laku-laku juga" timpal Kaspa.
  "Dibanding nasibmu, mungkin aku lebih baik.
  Aku pernah beberapa kali diajak kawin oleh gadis-gadis sekampungku. Tapi kau...? He he he..."
  Gembul tak melanjutkan kata-katanya karena keburu tertawa sendiri.
  "Sudahlah, sudah Itu terus yang diomongin" tukas Kaspa kesal.
  "Makanya jangan mulai lebih dulu" kata Cakra.
  "Sudahlah. Lebih baik kita pulang saja. Sebentar lagi sore. Nanti kita kemalaman tiba di sana," ajak Kaspa.
  "Ayolah"
 
  ***
  "Selamat siang, Kisanak semua...."
  "Heh?"
  Gembul dan kawan-kawannya tersentak kaget. Mereka langsung mencabut golok masing-masing begitu tahu-tahu di depan berdiri seorang pemuda berbaju rompi putih.
  "Tenanglah, Kisanak semua. Aku sama se kali tak bermaksud jahat," ujar pemuda yang tak Iain Pendekar Rajawali Sakti.
  "Siapa kau?" berjtak Gembul, dengan wajah garang.
  "Namaku Rangga...," sahut Rangga, kalem.
  "Apa maksudmu menghadang kami?" cecar Gembul.
  "Aku sempat mencuri dengar pembicaraan kalian. Dan kalau tidak salah, katanya kau bekerja pada Anjarasih yang tinggal di Lembah Darah?"
  "Hm, memang betul. Lalu, apa maumu?" tanya Gembul masih dengan nada tinggi.
  "Kebetulan aku punya dua orang kawan yang berasal dari sana. Dan..., mungkin kau mengenai mereka," sahut Pendekar Rajawali Sakti, ramah.
  "Siapa?"
  "Namanya Ningsih dan Wulandari. Kau kenal mereka?"
  Gembul berpikir beberapa saat, dan coba mengingat-ingat nama-nama yang disebutkan Rangga barusan.
  "Anak buah Anjarasih banyak. Dan aku tak bisa mengingatnya satu persatu. Apalagi yang wanita"
  "Hm, sayang sekali. Padahal mereka mengun-dangku ke sana. Dan aku lupa menanyakan secara persis rumah mereka...."
  "Di sana tak ada rumah, t

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>