Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Cheng Hoa Kiam - 155

$
0
0
Cerita Silat | Cheng Hoa Kiam | By Kho Ping Hoo | Cheng Hoa Kiam | Cersil Sakti | Cheng Hoa Kiam pdf

Joko Sableng ~ Rahasia Kampung Setan Joko Sableng ~ Misteri Tengkorak Berdarah Pendekar Rajawali Sakti - 184. Kembang Lembah Darah Siluman Ular Putih ~ Manusia Rambut Merah Walet Emas ~ Manusia Beracun

akukan perjalanan dengan kuda yang baik dan kuat itu. ia tidak begitu lelah dan perjalanan dapat dilakukan lebih
  cepat. Apa lagi kini ia telah membawa bekal dua kantong yang ternyata berisi potongan-potongan emas dan perak yang amat banyak jumlahnya! Kun Hong yang biasanya tak pernah memegang uang, selalu
  mengambil punya siapa saja apa bila memerlukan, sekarang ia hidup sebagai seorang putera hartawan, menghamburkan uang seperti membuang pasir saja! Ia mengambil uang itu dan mempergunakan nya
  untuk menyesuaikan hidupnya dengan yang dikehendaki Eng Lan, tidak mau lagi ia mengambil milik orang apa bila membutuhkan makan pakai. Sama sekali ia tidak sadar bahwa kalau Eng Lan melihat cara ia
  menghamburkan uang yang ia rampas dari dua orang gadis itu. Eng Lan tentu akan mengerutkan dahinya yang halus, akan memarahinya.
  Kun Hong sekarang muncul sebagai seorang pemuda yang tampan dan pakaiannya indah dan mahal. Seorang pemuda pesolek yang membuat tiap orang wanita mengerlingkan mata penuh arti kepadanya.
  Malah banyak orang mengira dia seorang putera pangeran yang melakukan pelancongan!
  Kita tinggalkan dulu Kun Hong yang sedang melakukan perjalanan menuju Wuyi-san dan mari kita ikuti perjalanan Wi Liong, pemuda yang tertimpa kemalangan dalam urusan perjodohannya karena gara-gara
  Kun Hong! Ataukah hal itu harus dipersalahkan kepada Kun Hong? Seperti kita telah mengetahui, bukan saja karena kenakalan Kun Hong maka perjodohan itu mengalami keributan, malah juga karena sikap Wi
  Liong sendiri! Sikap pemuda ini ketika berhadapan muka dengan Kwa Siok Lan, gadis tunangannya sendiri kepada siapa ia jatuh cinta! Memang nasib pemuda ini sial sekali. Ia bertemu dengan Siok Lan tanpa
  mengetahui bahwa gadis ini tunangannya, ia malah menyatakan cinta kepada Siok Lan dan menyatakan hendak membatalkan perjodohannya dengan tunangannya! Dasar nasibnya buruk, tidak tahu bahwa
  yang dicinta adalah tunangannya sendiri dan tunangan yang dibenci adalah gadis yarg membikin dia tergila-gila itu juga.
  Dengan kawannya yang setia, suling itu yang sekaligus merupakan senjatanya juga Wi Liong melakukan perjalanan cepat menuju ke Poan-kun. Biarpun dia sudah menenteramkan hati, tidak urung berdebar
  juga dadanya. Debar-debur jantungnya menghantam kulit dada ketika ia memasuki pintu gerbang kota Poan-kun. Bagaimana macamnya gadis yang menjadi tunangannya itu? Bagaimana nanti sikap bekas calon
  mertuanya.
  Kwa Cun Ek yang kabarnya adalah seorang jagoan tua yang gagah perkasa?
  Untuk menghilangkan kegelisahannya yang timbul. Wi Liong lalu mampir di sebuah warung memesan minuman. Ia mengaso minum teh wangi sambil berpikir-pikir, menghafalkan kata-kata yang harus ia
  ucapkan di depan bekas calon mertuanya nanti. Bibirnya berkemak-kemik matanya merenung.
  "Lo-enghiong," ia seharusnya menyebut gak-hu (ayah mertua) akan tetapi karena pamannya sudah membatalkan ikatan jodoh, lebih baik menyebut lo-enghiong (orang tua gagah perkasa), "harap sudi
  memaafkan bahwa saya berani berlaku lancang menghadap lo-enghiong. Saya datang membawa pesan paman Kwee untuk menyatakan penyesalan dan maafnya kepada lo-enghiong bahwa paman telah
  berlaku khilaf, telah berani berlaku kasar dan memutuskan ikatan jodoh hanya karena dapat dibodohi dan dipermainkan orang jahat. Sekarang paman telah mengetahui sejelasnya, bahwa...... Kwa-siocia tidak
  bersalah dan selanjutnya paman dan saya menyerah kepada lo-eng-hiong, mengakui kesalahan kami dan akan menerima segala hukuman yang akan dijatuhkan kepada paman dan saya........."
  Kata-kata ini ia hafalkan di luar kepala, la tidak perlu menyinggung-nyinggung tentang disambungnya kembali ikatan jodoh, ia malah mengharapkan kemarahan orang tua she Kwa itu dan ia sudah bersiap sedia
  menerima penghinaan, bahkan sanggup pula menerima pukulan dari kakek itu, asal saja urusan beres sampai di situ saja dari perjodohan jangan disambung lagi!
  Setelah debar jantungnya mereda kembali. Wi Liong membayar uang teh lalu bertanya di mana rumah keluarga Kwa. Tukang warung memandang kepadanya dengan mata dibuka lebar, agaknya terheran. Wi
  Liong maklum akan keheranan orang, dapat menduga bahwa tentu mengherankan orang Poan-kun bahwa ada orang yang tidak mengetahui tempat tinggal seorang ternama seperti Kwa Cun Ek.
  "Siauwte bukan penduduk sini maka belum tahu di mana rumah Kwa-lo-enghiong." katanya menerangkan. Tukang warung mengangguk-angguk, lalu memberi petunjuk di mana letak rumah keluarga Kwa itu. Wi
  Liong menghaturkan terima kasih lalu menuju ke rumah itu.
  Hatinya kembali dag-dig-dug setelah ia memasuki halaman rumah Kwa Cun Ek. Ia memang menghadapi urusan yang amat tidak menyenangkan. Ketika melihat seorang laki-laiki setengah tua yang bertubuh
  gemuk dan bermuka ramah sekali, tersenyum terus berdiri di ruangan depan memandangnya, Wi Liong menjadi makin sibuk hatipya. Kalau bekas calon mertua itu orang galak dan sombong, ia malah dapat
  menghadapinya dengan seenaknya. Akan tetapi kalau seramah itu mukanya, ia menjadi makin tidak enak! Cepat-cepat ia membungkuk dan mengangkat tangan memberi hormat.
  Dapat dibayangkan betapa kaget dan malunya ketika ia mendengar orang itu berkata. "Kongcu mencari siapa? Apakah mencari Kwa-loya (tuan besar Kwa)?”
  Ketika Wi Liong mengangkat muka, ia melihat mulut yang tadi tersenyum-senyum, kini tertawa lebar nampaknya girang sekali. Mendengar orang ini menyebut Kwa-loya. baru ia sadar bahwa kiranya orang yang
  ia sangka tuan rumah ini hanya seorang pelayan saja! Mukanya menjadi merah ketika ia menjawab, "Benar, aku mohon bertemu dengan Kwa-lo-enghiong. harap twako suka memberi tahu ke dalam."
  Pelayan itu tertawa lebar lalu membungkuk-bungkuk sambil berkata. "Kongcu baik sekali begitu menghormat kepada seorang pelayan, tidak seperti kongcu-kongcu lain........."
  Untuk menyembunyikan malunya karena tadi salah duga. Wi Liong berkata, "Bagiku pelayan atau majikan sama saja sama-sama manusia, apa sih bedanya?”
  Pelayan itu menjadi makin senang dan heran lalu ia membungkuk-bungkuk lagi dan mundur ke dalam rumah untuk melaporkan kedatangan seorang kongeu (t

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>