Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Cheng Hoa Kiam - 156

$
0
0
Cerita Silat | Cheng Hoa Kiam | By Kho Ping Hoo | Cheng Hoa Kiam | Cersil Sakti | Cheng Hoa Kiam pdf

Mahesa Kelud ~ Mencari Mati Di Banten Cersil Mustika Lidah Naga 1 Pendekar Rajawali Sakti - 183. Jahanam Bermuka Dua Candika - Dewi Penyebar Maut 12 Candika - Dewi Penyebar Maut 2

uan muda) yang ganteng, halus tutur sapanya dan
  suka menghormati seorang pelayan! Saking girangnya mendapat penghormatan dari tamu muda itu, pelayan gemuk itu sampai lupa menanyakan nama tamunya sehingga ketika melapor kepada Kwa Cun Ek, ia
  hanya berkata bahwa di luar ada seorang tuan muda mohon berjumpa dengan Kwa Cun Ek, dan bahwa tamu muda itu tampan dan sopan santun sekali.
  Kwa Cun Ek segera keluar diiringkan oleh isterinya. Ketika tiba di ruangan depan, Kwa Cun Ek hanya melihat seorang pemuda yang tampan dan kelihatan seperti seorang terpelajar lemah. Akan tetapi di
  sampingnya, Tung-hai Sian-li mengeluarkan seruan kaget ketika melihat Wi Liong.
  Di lain fihak, Wi Liong juga menjadi kikuk sekali ketika melihat Tung-hai Sian-li yang segera dikenalnya berada di samping orang tua yang tinggi besar, gagah perkasa dan berjenggot panjang bagus terpelihara
  itu. la segera dapat menduga bahwa tentu dia inilah yang bernama Kwa Cun Ek, memang patut sekali menjadi seorang tokoh yang gagah. Akan tetapi mengapa Tung-hai Sian-li berada di situ pula? Betapapun
  juga, ia segera maju dan menjura dengan hormat sekali sehingga menimbulkan rasa suka pada perasaan Kwa Cun Ek.
  Kwa Cun Ek dengan senyum ramah membalas penghormatan tamu. Sama sekali dia tidak melihat bagaimana Tung-hai Sian-li di sampingnya memandang pemuda itu dengan muka merah dan mata bernyala-
  nyala penuh kemarahan.
  "Hiantit, silahkan duduk. Ada angin baik manakah yang membawa kau datang ke sini? Kepentingan apa gerangan yang kaubawa?" Memang semenjak isterinya kembali berada di sampingnya, Kwa Cun Ek telah
  menjadi seorang manusia yang jauh berbeda dari pada kemarin-kemarin. Kini tidak saja ia nampak segar, sehat dan pakaiannya rapi, akan tetapi juga ia menjadi seorang yang peraman, manis budi dan
  kelihatan bahagia sekali. Ia amat mencinta isterinya, apa lagi sekarang, setelah isterinya itu meninggalkannya selama belasan tahun,!
  Memang Wi Liong paling takut menghadapi keramahan bekas calon mertua ini. Kembali ia berdebar-debar ketika ia melangkah maju, memberi hormat lagi lalu mengucapkan hafalannya,
  "Lo-enghiong. harap sudi memaafkan bahwa saya berani berlaku lancang menghadap lo-enghiong. Saya datang........."
  "Nanti dulu, hiantit." Kwa Cun Ek memotong sambil tertawa lebar sehingga di balik jenggot panjang itu kelihatan deretan gigi yang kuat. "Kau bernama siapakah dan dari mana?"
  Gangguan ini mengacaukan hafalan Wi Liong yang menjadi gugup-gugup.
  "Saya datang......... eh. saya yang rendah bernama Thio Wi Liong......... dan......... dan saya datang membawa pesan paman Kwee......."
  Berubah wajah Kwa Cun Ek seketika. Saking kaget, heran, menyesal dan marah ia sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi! Tung-hai Sian-li yang maju ke muka dan suara wanita ini lantang nyaring ketika ia
  berkata.
  "Pamanmu si buta itu sudah datang menghina kami dengan tuduhan-tuduhannya yang keji dan kotor. Apakah sekarang kau datang hendak menghina kami dengan mengandalkan kepandaianmu? Kalau begitu,
  orang muda jangan kira kami takut!"
  Setelah berkata demikian tangan Tung-hai Sian-li bergerak dan......”sratt!" pedangnya telah dicabutnya!
  Karuan saja Wi Liong menjadi makin bingung dan gugup. Akan tetapi pemuda ini memang aneh. Begitu menghadapi kekasaran atau kesombongan, semangatnya tiba-tiba bangkit kembali maka ia berkata
  dengan suara dingin,
  "Tung-hai Sian-li, kau ikut-ikutan mencampuri urusan kami ada sangkut-paut apakah? Kuharap kau suka meninggalkan kami dulu karena aku ada urusan penting untuk dibicarakan dengan Kwa-lo-enghiong. Nanti
  kalau sudah selesai urusan kami boleh kalau kau hendak bicara denganku."
  Tung-hai Sian-h bagaikan dibakar isi dadanya. Mukanya makin merah dan matanya yang bagus jeli itu berapi-api. "Setan kurang ajar! Kau dan pamanmu telah menghina Siok Lan anakku! Kau hendak bicara
  dengan suamiku sama saja bicara dengan aku!"
  Kalau saat itu lantai yang diinjaknya tiba-tiba amblas, kiranya Wi Liong tidak akan sekaget ketika mendengar brondongan kata-kata yang sama sekali tak diduga-duganya ini! Celaka tiga belas setengah! Dia
  yang bertugas menjadi duta perdamaian, yang diharapkan akan dapat meredakan kemarahan fihak keluarga Kwa yang tersinggung kehormatannya karena kejalaian pamannya, bukannya meredakan
  kemarahan malah sebaliknya memperbesar nyala api. Dia telah bersikap kurang ajar kepada nyonya rumah, ibu Siok Lan atau isteri Kwa Cun Ek yang dianggapnya orang lain yang usil mulut! Tanpa terasa,
  matanya terbelalak mulutnya ternganga dan otomatis tangannya bergerak ke belakang menggaruk- garuk kepala di belakang telinga yang sebetulnya tidak gatal.
  "A...... a......pa........ ba...... gaimana.........?" Dia bertanya ap-ap-ep-ep tidak karuan saking gagapnya.
  Sementara itu, Kwa Cun Ek sudah dapat meredakan guncangan hatinya ketika ia mendengar bahwa pemuda ganteng lemah-lembut yang berdiri di depannya ini bukan lain adalah bekas calon mantunya. Ia
  menyentuh lengan isterinya untuk menyabarkan hati isterinya itu, melangkah maju setindak dan berkata, suaranya sekarang kaku dan sikapnya angkuh.
  "Thio Wi Liong, kau datang mencari aku sebetulnya mau apakah?"
  Wi Liong mengerutkan kening, mengerahkan seluluh tenaga otaknya untuk mengingat-ingat hafalannya. Akan tetapi entah mengapa, tiba-tiba saja ia kehilangan semua itu. Kata-kata yang sudah dirangkai dan
  dihafalkan di luar kepala di warung teh tadi, kini lenyap sama sekali. Otaknya tiba-tiba menjadi tumpul. Ia memeras otak sampai keringat sebesar kacang-kacang hijau berkumpul di dahinya, namun tetap tak
  dapat ia mengingat rangkaian kata-kata itu. Akhirnya ia berkata sekenanya,
  "Saya diutus oleh paman Kwee untuk meminta maaf atas kekhilafan paman karena paman telah mendengar omongan orang jahat. Paman Kwee menyesal sekali telah........ telah memutuskan perjodohan.........
  dan......... dan......... ya sudah cukup begitulah.........!" Wi Liong menghapus keringatnya dari muka dengan ujung bajunya. Agaknya terlalu keras ia menghapus sehingga kulit mukanya menjadi merah sekali ketika ia
  menurunkan tangan yang menggosok muka.
  "Hemmm...... pamanmu benar-benar telah melakukan hal yang amat ceroboh. Betapapun juga, aku masih dapat memaklumi mengingat bahwa dia telah buta sehingga tak dapat membedakan antara
  kebohongan dan sungguh-sungguh. Akan tetapi selain minta maaf. apakah tidak ada pesan lain tentang ikatan yang sudah ia putuskan?"
  "Ti........ tidak.........!" Wi Liong membohong dengan suara perlahan sehingga untuk menguatkan pernyataannya, ia menggeleng kepalanya keras- keras. Terpaksa ia membohong. Sebenarnya pamannya masih amat
  ingin berbesan dengan kakek gagah ini, masih ingin menyambung kembali ikatan jodoh yang telah diputuskan oleh pamannya. Akan tetapi bagaimana ia dapat menerima penyambungan kembali kalau seluruh
  jiwa dan hatinya sudah terikat oleh Bu-beng Siocia (Nona Tak Bernama)? Sekarang sudah terlanjur, kebetulan ada kesempatan baik ini, setelah ikatan terputus oleh pamannya, biarlah tinggal terputus sehingga
  leluasa baginya untuk mencari Nona Tak Bernama!
  Jawabannya yang kelihatan dipaksakan ketika mengatakan "tidak" tadi. tidak lepas dan pandang mata Tung-hai Sian-li yang amat tajam. Bagi nyonya gagah ini. lebih suka ia bermantukan Kun Hong dari pada Wi
  Liong yang biarpun sudah ia saksikan kelihaiannya, namun sikapnya terlalu lemah-lembut, kurang gagah. Apa lagi terutama sekali karena Kun Hong sudah pernah menolongnya maka hati nyonya ini lebih
  condong kepada Kun Hong. Ia melangkah maju dan berkata kepada Wi Liong, suaranya keras menuntut kepastian.
  "Orang muda katakan sejelasnya. Pamanmu itu mengharapkan disambungnya kembali tali perjodohan antara kau dan anakku atau tidak? Jawab yang betul, tak perlu ragu-ragu dan sungkan-sungkan!" Kwa Cun
  Ek mengangguk-angguk menyetujui ucapan isterinya. biarpun ia anggap hal itu terlalu kasar.
 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>