Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Geger Di Telaga Warna - 19

$
0
0
Cerita Silat | Geger Di Telaga Warna | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Geger Di Telaga Warna | Cersil Sakti | Geger Di Telaga Warna pdf

Cersil Mustika Lidah Naga 1 Pendekar Rajawali Sakti - 183. Jahanam Bermuka Dua Candika - Dewi Penyebar Maut 12 Candika - Dewi Penyebar Maut 2 Pendekar Kelana Sakti ~ Setan Gila Dari Lereng Ungaran

perempuan tua ini.
  "Kau mau pergi ke mana.... Bidadariku...? Kemarilah.... Sayang...."
  Dengan terhuyung-huyung Wisnupati menghampiri Bidadari Pelahap Kumbang dan bermaksud memeluknya.
  "Hiaaa..."
  Mendadak saja Pendekar Rajawali Sakti berkelebat cepat, menyambar tubuh Wisnupati. Dan seketika, ditotoknya urat gerak pemuda itu.
  Tuk Tuk
  Wisnupati mendesah lirih tanpa dapat bergerak lagi. Hanya matanya saja yang melirik ke sana kemari begitu diletakkan Rangga di tanah.
  Melihat semua itu tangan Bidadari Pelahap Kumbang jadi bergetar, pertanda mulai berang.
  "Bangsat Rupanya kau bosan hidup, Bocah...?" desis perempuan tua ini.
  Sambil berteriak memekakkan telinga, Bidadari Pelahap Kumbang menyerang Rangga dengan ular hidup berwarna merah keemasan. Ular yang dipegang pada ekornya itu ikut mematuk, bahkan menyemburkan racun. Sehingga Rangga seperti menghadapi dua serangan sekaligus.
  "Haiiit"
  Zeb Zeb
  Pendekar Rajawali Sakti berusaha menghan-curkan kepala ular beracun dengan hantaman ta-ngannya. Namun ular hidup itu bergerak terus, sehingga sulit dihancurkan. Bahkan serangan balik yang tidak terduga hampir membuatnya-celaka.
  "Hup"
  Rangga menggulingkan dirinya untuk menghindari patukan ular beracun ini. Begitu bangkit, Bidadari Pelahap Kumbang telah meluruk dengan ular beracun tertuju ke dada.
  "Hup"
  Pendekar Rajawali Sakti cepat mengerahkan jurus 'Sayap Rajawali Membelah Mega'. Tubuhnya seketika melenting. Dan begitu meluruk, kakinya berputaran mengancam kepala Bidadari Pelahap Kumbang.
  Di luar dugaan perempuan tua itu merunduk-kan tubuhnya dengan tangan memapak kaki Rangga.
  Plak
  "Uhh..."
  Rangga meringis kesakitan. Kakinya seolah-olah membentur benda keras yang terbuat dari besi. Begitu mendarat Pendekar Rajawali Sakti mengusap-usap kakinya.
  Pendekar Rajawali Sakli kini tak mau main-main lagi. Disadari kalau lawannya berkepandaian tinggi. Serangannya harus segera ditingkatkan.
  Pada saat yang sama, Bidadari Pelahap Kumbang yang ternyata memiliki ilmu tinggi ini kembali meluruk.
  "Hiaaat..."
  Bagaikan gelombang di lautan, mulut ular di tangan Bidadari Pelahap Kumbang mengikuti ke mana saja tubuhnya bergerak.
  Rangga terpaksa mengerahkan segenap kemampuannya. Bahkan tangan kanannya menghentak dengan jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali' ketika Bidadari Pelahap Kumbang telah melepaskan pukulan jarak jauhnya.
  Darrr...
  Dua pukulan keras bertemu. Kali ini Bidadari Pelahap Kumbang terhuyung-huyung dengan ta-ngan terasa ngilu dan panas bukan main. Dari bibirnya menetes darah kental. Jelas, dia telah mendapat luka dalam yang lumayan. Matanya tajam mengawasi Pendekar Rajawali Sakti yang hanya terjajar beberapa langkah.
  "Keparat... Kalau melihat pedangmu jelas kau adalah Pendekar Rajawali Sakti.... Tetapi, jangan menepuk dada dulu, Bocah Karena, aku masih belum kalah.... Bersiaplah untuk mengadu jiwa... Hiaaa..."
  Disertai teriakan membahana, Bidadari Pelahap Kumbang melesat dengan kecepatan tinggi. Dan seketika kedua telapak tangannya yang terbuka, menghentak ke depan.
  Werrr...
  "Hup"
  Rangga melenting ke atas, seraya membuat putaran beberapa kali. Dan inilah yang dikehendaki perempuan tua itu. Tanpa terduga, ular hidup di tangan kanannya dijulurkan ke atas.
  Tuk
  "Aaa..."
  Rangga terpekik tertahan begitu tangannya terpatuk ular. Begitu mendarat, ditotoknya tangan yang terluka agar darah berhenti mengalir.
  Buat Rangga, racun ular seganas apa pun tak mempengaruhi dirinya. Karena, sejak kecil dia telah memakan sejenis jamur di Lembah Bangkai yang mampu membuat tubuhnya kebal racun.
  "Ki Demong Cepat bawa Wisnupati pergi dari tempat ini... Biar kedua orang itu bagianku," ujar Rangga pada Ki Demong, begitu mendarat.
  "Baiklah.... Jaga dirimu baik-baik Mereka memang orang licik..." jawab Ki Demong sambil menyambar tubuh Wisnupati yang masih tergeletak di tanah.
  "Haiii.... Mau lari ke mana kau, Tua Bangka Busuk...?" teriak si Manusia Tengkorak sambil mengejar Ki Demong yang telah melesat.
  Terpaksa laki-laki tua pemabukan itu menghentikan lesatannya. Tubuhnya berbalik, menyemburkan tuak merah.
  "Fmuuhhh..."
  Si Manusia Tengkorak terpaksa melenting ke belakang kalau tak ingin tersambar tuak merah yang berisi tenaga dalam tinggi ini.
  Kesempatan itu digunakan Ki Demong untuk kembali melesat disertai ilmu meringankan tubuh yang sudah sangat tinggi. Sehingga ketika si Manusia Tengkorak bisa menguasai keadaan, tubuh laki-laki tua pemabukan itu telah lenyap bersama Wisnupati.
  Tinggalah si Manusia Tengkorak yang mende-ngus geram. Berkali- kali kakinya menghentak ta-nah, melampiaskan kekesalannya, karena buruannya hilang.
 
  ***

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>