Cerita Silat | Pesanggrahan Telaga Warna | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Pesanggrahan Telaga Warna | Cersil Sakti | Pesanggrahan Telaga Warna pdf
Pendekar Rajawali Sakti - 184. Kembang Lembah Darah Siluman Ular Putih ~ Manusia Rambut Merah Walet Emas ~ Manusia Beracun Cheng Hoa Kiam Bag II - Kho Ping Hoo Walet Emas ~ Danyang Delapan Neraka
Pada saat yang mengkhawatirkan, berkelebat dua sosok bayangan yang satu memegang tongkat berwarna hitam, Sedangkan yang satu lagi memegang tongkat berwarna merah, Dengan tongkat, kedua sosok ini menahan serangan rantai berduri milik kedua orang cebol.
Trak Trak
Terhindarlah Rukmini dari kematian, Sementara kedua orang cebol itu terjajar mundur, Sedangkan serangan si Manusia Tengkorak berhasil ditahan tongkat hijau milik istri Ki Samba itu.
"Ah… Kiranya Sepasang Iblis Cebol berhadapan dengan Sabda Gendeng dan muridnya.... Pantas seranganku dapat ditahan...," kata salah seorang cebol yang bersama cebol satunya memiliki julukan Sepasang Iblis Cebol.
***
"Ha ha ha... Syukurlah kalau kau sudah tahu.... Aku paling tidak suka ikut campur urusan orang lain. Tetapi, kalau urusannya tidak benar, terpaksa aku harus ikut campur... Tidak peduli walau harus berkorban nyawa sekalipun...," balas sosok yang baru datang yang ternyata Ki Sabda Gendeng.
"Tua bangka tidak tahu diri... Mampuslah kau..." seru salah satu orang cebol dengan wajah merah. Saat itu juga rantainya menderu menerjang kedua guru dan murid ini. Gerakannya diikuti cebol yang satunya.
Sambil tertawa-tawa, Ki Sabda Gendeng dan Jaka Tawang meladeni kehendak Sepasang Iblis Cebol. Gerakan guru dan murid yang acak-acakan dan lucu ini telah membuat kedua orang cebol itu jadi hilang akal.
Nyatanya memang kepandaian Sepasang Iblis Cebol itu masih di bawah Ki Sabda Gendeng dan Jaka Tawang. Lima belas jurus kemudian, guru dan murid itu berhasil mendesak Sepasang Iblis Cebol habis-habisan. Jatuhnya kedua orang cebol ini tinggal menunggu waktu saja.
Benar saja. Ketika kedua orang cebol itu loncat ke atas menghindari sabetan tongkat Ki Sabda Gendeng yang mengarah ke kaki, tiba-tiba tongkat itu bergerak mengejarnya.
Creb
"Wuaaa..."
Satu dari Sepasang Iblis Cebol berteriak menyayat ketika tongkat Ki Sabda Gendeng berhasil menembus perutnya. Ketika dicabut, darah me-nyembur dari lubang lukanya. Tubuhnya langsung jatuh ke bumi. Dia berkelojotan sejenak, lalu diam untuk selama-lamanya.
"Aaa..."
Belum juga sekejapan salah satu cebol tewas, cebol yang lain mengalami nasib yang sama. Tongkat Jaka Tawang ternyata berhasil menghujam dadanya hingga tembus ke jantung.
Tamat sudah riwayat Sepasang Iblis Cebol de-ngan membawa dendam yang dalam.
Sementara itu si Manusia' Tengkorak telah melepas selendang hijaunya. Dengan senjata ini dia berusaha mendesak Bidadari Tongkat Hijau.
Bagaikan ular hidup, selendang hijau yang berbau harum ini mendesak Rukmini.
Set Set
Dalam keadaan terdesak oleh selendang hijau, Bidadari Tongkat Hijau terus disusuli lemparan binatang-binatang beracun si Manusia Tengkorak yang mematikan.
"Hiih..."
Wuttt...
Tes Tesss...
Dengan memutar tongkat hijaunya, Rukmini mencoba mematahkan serangan binatang-binatang beracun. Tapi pada saat yang sama selendang hijau si Manusia Tengkorak berkelebat cepat ke arahnya. Dan....
Ctar
"Aaargh..."
Bidadari Tongkat Hijau kontan berteriak menyayat begitu selendang hijau menghantam dada-nya. Tubuhnya terhuyung- huyung mundur sambil menekap dada. Sedang dari mulutnya memuntahkan darah segar. Napasnya terasa menyesak. Jelas, sabetan itu disertai tenaga dalam tinggi.
Set Set
Mendapat kesempatan baik, si Manusia Tengkorak kembali melemparkan segenggam binatang beracun. Dalam keadaan demikian. Rukmini tak bisa mengelak lagi. beberapa kelabang dan kalajengking langsung menyengatnya.
"Aaakh..."
Bidadari Tongkat Hijau mengeluh tertahan. Tubuhnya bergetar hebat. Sebentar saja wajahnya pucat, lalu membiru. Dia berusaha mengerahkan hawa murninya.
"Keparat... Mari kita mengadu jiwa..." teri ak Bidadari Tongat Hijau seraya mengempos sema- ngatnya. "Hiaaa..."
Blug
"Hegh..."
Sebelum serangannya sampai, Rukmini telah ambruk ke tanah dengan jiwa melayang. Ki Sabda Gendeng dan muridnya tidak dapat berbuat apa-apa, karena kejadian itu sendiri hanya berlangsung beberapa gebrakan saja.
"Chiaaa..."
Dengan berteriak murka, Ki Sabda Gendeng menerjang. Jaka Tawang yang sama urakan dengan gurunya tidak mau peduli soal main keroyok atau tidak. Dia pun ikut bantu menyerang.
Menghadapi kedua orang konyol ini, si Manusia Tengkorak tak dapat berkutik. Lemparan binatang berbisanya, disambut lemparan biji-biji catur. Selendang hijaunya dilayani dua tongkat yang mampu bekerja sama baik sekali. Bila yang satu menyerang, yang satunya melindungi.
***
Pendekar Rajawali Sakti - 184. Kembang Lembah Darah Siluman Ular Putih ~ Manusia Rambut Merah Walet Emas ~ Manusia Beracun Cheng Hoa Kiam Bag II - Kho Ping Hoo Walet Emas ~ Danyang Delapan Neraka
Pada saat yang mengkhawatirkan, berkelebat dua sosok bayangan yang satu memegang tongkat berwarna hitam, Sedangkan yang satu lagi memegang tongkat berwarna merah, Dengan tongkat, kedua sosok ini menahan serangan rantai berduri milik kedua orang cebol.
Trak Trak
Terhindarlah Rukmini dari kematian, Sementara kedua orang cebol itu terjajar mundur, Sedangkan serangan si Manusia Tengkorak berhasil ditahan tongkat hijau milik istri Ki Samba itu.
"Ah… Kiranya Sepasang Iblis Cebol berhadapan dengan Sabda Gendeng dan muridnya.... Pantas seranganku dapat ditahan...," kata salah seorang cebol yang bersama cebol satunya memiliki julukan Sepasang Iblis Cebol.
***
"Ha ha ha... Syukurlah kalau kau sudah tahu.... Aku paling tidak suka ikut campur urusan orang lain. Tetapi, kalau urusannya tidak benar, terpaksa aku harus ikut campur... Tidak peduli walau harus berkorban nyawa sekalipun...," balas sosok yang baru datang yang ternyata Ki Sabda Gendeng.
"Tua bangka tidak tahu diri... Mampuslah kau..." seru salah satu orang cebol dengan wajah merah. Saat itu juga rantainya menderu menerjang kedua guru dan murid ini. Gerakannya diikuti cebol yang satunya.
Sambil tertawa-tawa, Ki Sabda Gendeng dan Jaka Tawang meladeni kehendak Sepasang Iblis Cebol. Gerakan guru dan murid yang acak-acakan dan lucu ini telah membuat kedua orang cebol itu jadi hilang akal.
Nyatanya memang kepandaian Sepasang Iblis Cebol itu masih di bawah Ki Sabda Gendeng dan Jaka Tawang. Lima belas jurus kemudian, guru dan murid itu berhasil mendesak Sepasang Iblis Cebol habis-habisan. Jatuhnya kedua orang cebol ini tinggal menunggu waktu saja.
Benar saja. Ketika kedua orang cebol itu loncat ke atas menghindari sabetan tongkat Ki Sabda Gendeng yang mengarah ke kaki, tiba-tiba tongkat itu bergerak mengejarnya.
Creb
"Wuaaa..."
Satu dari Sepasang Iblis Cebol berteriak menyayat ketika tongkat Ki Sabda Gendeng berhasil menembus perutnya. Ketika dicabut, darah me-nyembur dari lubang lukanya. Tubuhnya langsung jatuh ke bumi. Dia berkelojotan sejenak, lalu diam untuk selama-lamanya.
"Aaa..."
Belum juga sekejapan salah satu cebol tewas, cebol yang lain mengalami nasib yang sama. Tongkat Jaka Tawang ternyata berhasil menghujam dadanya hingga tembus ke jantung.
Tamat sudah riwayat Sepasang Iblis Cebol de-ngan membawa dendam yang dalam.
Sementara itu si Manusia' Tengkorak telah melepas selendang hijaunya. Dengan senjata ini dia berusaha mendesak Bidadari Tongkat Hijau.
Bagaikan ular hidup, selendang hijau yang berbau harum ini mendesak Rukmini.
Set Set
Dalam keadaan terdesak oleh selendang hijau, Bidadari Tongkat Hijau terus disusuli lemparan binatang-binatang beracun si Manusia Tengkorak yang mematikan.
"Hiih..."
Wuttt...
Tes Tesss...
Dengan memutar tongkat hijaunya, Rukmini mencoba mematahkan serangan binatang-binatang beracun. Tapi pada saat yang sama selendang hijau si Manusia Tengkorak berkelebat cepat ke arahnya. Dan....
Ctar
"Aaargh..."
Bidadari Tongkat Hijau kontan berteriak menyayat begitu selendang hijau menghantam dada-nya. Tubuhnya terhuyung- huyung mundur sambil menekap dada. Sedang dari mulutnya memuntahkan darah segar. Napasnya terasa menyesak. Jelas, sabetan itu disertai tenaga dalam tinggi.
Set Set
Mendapat kesempatan baik, si Manusia Tengkorak kembali melemparkan segenggam binatang beracun. Dalam keadaan demikian. Rukmini tak bisa mengelak lagi. beberapa kelabang dan kalajengking langsung menyengatnya.
"Aaakh..."
Bidadari Tongkat Hijau mengeluh tertahan. Tubuhnya bergetar hebat. Sebentar saja wajahnya pucat, lalu membiru. Dia berusaha mengerahkan hawa murninya.
"Keparat... Mari kita mengadu jiwa..." teri ak Bidadari Tongat Hijau seraya mengempos sema- ngatnya. "Hiaaa..."
Blug
"Hegh..."
Sebelum serangannya sampai, Rukmini telah ambruk ke tanah dengan jiwa melayang. Ki Sabda Gendeng dan muridnya tidak dapat berbuat apa-apa, karena kejadian itu sendiri hanya berlangsung beberapa gebrakan saja.
"Chiaaa..."
Dengan berteriak murka, Ki Sabda Gendeng menerjang. Jaka Tawang yang sama urakan dengan gurunya tidak mau peduli soal main keroyok atau tidak. Dia pun ikut bantu menyerang.
Menghadapi kedua orang konyol ini, si Manusia Tengkorak tak dapat berkutik. Lemparan binatang berbisanya, disambut lemparan biji-biji catur. Selendang hijaunya dilayani dua tongkat yang mampu bekerja sama baik sekali. Bila yang satu menyerang, yang satunya melindungi.
***