Cerita Silat | Pendekar Yang Berbudi | Oleh OKT | Pendekar Yang Berbudi | Sakti Cersil | Pendekar Yang Berbudi pdf
Pukulan Hitam 18 Pendekar Yang Berbudi 48 Pendekar Yang Berbudi 49 Pendekar Yang Berbudi 50 Pendekar Yang Berbudi 51 Pukulan Hitam 13 Pukulan Hitam 14 Pukulan Hitam 15 Pukulan Hitam 16 Pukulan Hitam 17
Mendongkol juga Pek Kong diperlakukan demikian rupa, tetapi masih dapat ia mengendalikan diri untuk berlaku sabar, sebab ia ingat orang tua itu toh bermaksud baik dan orangpun sedang membuat pesta, tak selayaknya ia mengganggu. "Maaf, lootiang, jangan lootiang gusar," katanya, sabar. "Dalam hal ini pasti telah terbit salah paham, nanti aku menjelaskan." Orang tua itu menerka bahwa anak muda ini hendak menyangkal. Maka ia lantas berkata keras. "Tutup mulutmu! Setengah tahun yang lalu kau bilang mau pulang dahulu untuk memberitahukan dan berunding dengan ayahmu, sekarang kau kembali disini, kau mengatakan dirimu orang asing! Mata Liu Kim San tidak lamur, kau tahu? Biar kau dibakar hangus menjadi abu, tetap aku akan mengenalmu! Lekas bilang, kau menerima baik atau tidak! Jawab!" Diperlakukan kasar seperti itu, habis juga kesabarannya si anak muda. la tertawa dingin. "Aku bilang bukan, itu pasti bukan!" katanya keras. "Mana ada aturan buat memaksa menganggap lain orang sebagai menantumu?" Tuhuh Kun San gemetar karena gusar. Dia menuding. "Bagusl" serunya. "Kau menyangkal, kau juga mencaci orang! Bagaimana kau dapat menuduh aku memaksa mengakui kau sebagai menantuku? Memang tempo hari cuma soal jodoh dengan melemparkan selendang, tetapi kalau kau tidak lantas menerima baik, apakah kau sangka gadisnya keluarga Liu tak bakal ada yang mau menikahnya?" Darah Pek Kong meluap, hingga ia tak sempat berpikir tenang lagi. Coba ia menyebut she dan namanya serta kampung halamannya, mungkin suasana tak setegang itu. Ia berkata keras: "Habis kenapa kau memaksa orang?" Liu Kun Sanpun gusar, hingga matanya mendelik, alisnya berdiri. Tajam sinar matanya itu. Dia berkata bengis: "Kau berlaku kurang ajar! Didepan matamu tak lagi ada orang tua! Kalau sekarang kau berani kurang ajar begini, bagaimana lagi nanti?" Lantas dia menoleh kebelakang dan berkata bengis: “Hong Go! Bekuk dia!" Orang yang semula memimpin masuk ke dalam lantas maju. "Ayah, jangan bergusar dahulu!” "Jangan banyak bicara. Lekas bekuk dia!” Hong Go mendekati Pek Kong. II “Mohonlah maaf pada ayahku .. ia membujuk perlahan. Tapi Pek Kong tidak mengerti. “Tuan, kenapa kaupun tidak berlaku adil!” tegurnya. "Dengan sebenarnya aku dengan pihak keluargamu tidak ada sangkut pautnya! Mana bisa menjangan dibilang kudam?" Kun San gusar bukan kepalang, hingga hidungnya mendengus. “Hml” serunya sengit. “Anjing yang bernyanyi besar! Bagaimana kau berani bicara tentang keadilan? Tentang menunjuk menjangan sebagai kuda? Jikalau hari ini aku tidak hajar kau, kerbau liar, panggillah aku San Kun Liu!" Dengan alis dan kumis berdiri, dengan roman bengis, Kun San maju selangkah demi selangkah menghampiri si anak muda. Sementara itu Pek Kong mulai memperoleh kembali kesabarannya. Ia lantas berpikir: “Orang tua ini sudah linglung! Kenapa aku main kim di depan kerbaum." Lantas sebelum orang itu datang lebih dekat padanya, mendak ia lari kejendela akan lompat melewatinya dan keluar dari rumah itu! Kun San terperanjat. orang itu lolos dalam sekejap! Dia tertegun sebentar, lantas dia memburu ke luar. Dia masih sempat melihat tubuh orang muda itu bagaikan bayangan. "Kejar!" perintahnya. lapun berlompat lari, untuk menyusul. Mau tidak mau, Hong Ho turut lari memburu. Pek Kong sudah sampai di depan sebuah rimba. Ia masuk kedalamnya untuk menyembunyikan diri, tapi mendadak dari dalam rimba itu muncul seorang nona, romannya cantik dan lincah kelihatannya. Hanya wajah nona itu tampaknya duka penuh sesal. Diapun lantas berkata menyesal: “Benarkah kau begini tega hendak meninggalkan aku? ..." Dan terus dia menutupi mukanya dan menangis. Si anak muda melengak. Hanya sekejap, lantas insyaflah ia akan duduknya persoalan. "Jangan keliru, nona!" katanya lekas. "Aku bukannyam." Tapi si nona memotongnya sengit! "Sudah, jangan banyak bicara lagi! Aku tahu hatimu! Baiklah, kau boleh pergi!" Walaupun dia berkata demikian, nona itu toh terus menangis tersedu sedu Pek Kong bingung. lapun merasa kasihan. la tahu, tentu telah terjadi salah paham. Meski ada pemuda yang mirip dengannya hingga keluarga Liu ini menyangka dirinya sebagai pemuda yang dimaksud. Tapi anehnya, si nonapun tak mengenali pemuda jantung hatinya itu ... "Sudah, nona, jangan kau menangis," katanya, terpaksa. "Orang yang nona nantikan itu benar-benar bukanlah aku ..Aku hanya kebetulan saja lewat didusunmu ini....Siapa tahu aku disangka..." Belum berhenti kata si anak muda mendadak nona ini muntah darah, terus tubuhnya lemas dan limbung hendak roboh ... Pek Kong terkejut. Tanpa merasa ia maju akan menyambut tubuh gadis itu, supaya tidak jatuh. Karena itu, si nona justeru roboh ke dalam rangkulannya! Dengan terpaksa iapun mesti merangkulnya erat-erat, walaupun mukanya merah karena malu. Justeru dalam keadaan serba salah itu, pemuda yang mengundangnya muncul dari dalam rimba seraya menegur. "Kiranya kau seorang kuncu palsu! Tadi kau menyangkal keras tetapi sekarang kenapa kau peluk adikku? Maka itu, hari ini kau mesti menerima baik menikah adikku ini, atau kau tak akan lolos dari pedangnya Liu Hong Go!" Pek Kong bingung sekali. Iapun gusar atas tuduhan menjadi laki - laki atau gentelmen palsu. Itu tidak benar. Tanpa merasa, ia berkata keras. "Jangan kau terlalu menghina aku! Apakah kau sangka aku jeri menghadapi kalian ayah dan anak? Karena aku maklum kalian keliru mengenali orang, aku sudah berlaku sabar luar biasa! Kitapun tidak bermusuhan! Aku sudah mengalah, dari itu jangan kau mendesak aku lebih jauh atau jangan nanti kau sesalkan aku keterlaluan! Hong Go gusar- Ia lantas menyerang sambil berseru- Pek Kong berkelit dengan masih tetap memegangi tubuh si nona- Kalau ia melepaskan rangkulannya pasti nona itu roboh terbanting- 'Ah!' serunya, mendongkol- 'Benar-benar kau hendak menempur aku?" Sekarang sempat ia meletakkan si nona di tanah- Hong Go tak menjawab, dia menyerang lagi. Sekali lagi Pek Kong berkelit- Kali ini ia berkata : 'Jikalau kau benar benar berlaku kurang ajar, aku-.-" Hong Go menyerang lagi tanpa menghiraukan kata kata itu. Ia justeru.mengira si anak muda jeri- Bahkan waktu anak itu berkelit, ia menikam lagi, terus berulang ulang! 'Jika tidak diberi pelajaran, kau belu.puas!' katanya sengit. Hong Go menurutkan amarahnya, ia mengeluarkan kepandaian ilmu pedang ayahnya dan.menyerang terus tak henti-hentinya- Tidak dapat Pek Kong bersabar lebih lama lagi- Ia lantas menggerakkan kedua belah tangannya- Disaat serangan tiba, dengan tangan kiri ia menyambar dan.menangkap lengan orang itu dengan jari tangan kanan yang keras bagaikan tombak ia menotok kepinggang lawan. Hong Go terperanjat- Ia cuma melihat sesuatu berkelebat didepan.matanya, lantas matanya kabur- Sebelum ia tahu apa apa, tangannya yang memegang pedang sudah terkekang dan terus buah pinggangnya terasa nyeri, dan.menjadi kaku, tenaganya hilang lenyap, sembari tertawa berkakakan, pedangnya terlepas jatuh ketanah! 'Masihkah kau hendak berlaku galak?" tanya Pek Kong bersenyum- Baru berhenti kata kata anak:muda ini tiba2 satu sinar biru menyambar kearahnya, disusul dengan munculnya seorang tua yang romannya gagah, tangan bajunya terus berkibar- Itulah suatu pukulan angin yang membebaskan Hong Go dari totokan jalan darah- Menghadang si anak:muda, orang tua itu berkata 'Pantas kau juawa kiranya kau lihay.' Mungkin orang tua itu mau bicara lebih jauh, tetapi ia terperanjat melihat rebahnya si nona disisi mereka- Menjadi marah sekali mukanya menjadi merah- “Binatang kau!" bentaknya- 'Dimulut kau menyangkal, kenyataannya kau hendak menculik gadis orang- Jika kau tidak berlaku baik baik maka aku Liu Kun San akan.membuatmu mati disini juga!" Roman dan sikap orang tua itu.menjadi sangat keren- Ia melemparkan sebutir pil pada Hong Go seraya berkata: “Lekas kausadarkan Hong Lim-" Hong Lim ialah namanya si nona, adik dari Hong Go. Pek Kong sementara itu hatinya sangat panas, seumur hidupnya belum pernah ia dihina orang begini macam. Ia dituduh menculik seorang nona, sedangkan sebenarnya ia menolong nona itu, ia tertawa gelak-gelak- Terus ia berkata keras, masih mendongkol: 'Kalian ayah dan anak tidak kenal aturan sopan santun ! Maka tuan kecilmu tak sudi bermain kim di depan Sang kerbau! Siapa berani menentang aku, akan kuberikan suatu pertunjukan yang bagus!" Meski ia berkata begitu, ia membalik tubuh, hendak berjalan pergi- Baru dua langkah pemuda ini berjalan tiba tiba angin menyambarnya dan tahu tahu Liu Kun San sudah.melewatinya dan menghadang didepannya- Merasa pasti bahwa orang tak bakal mau mengerti, Pek Kong lantas menolak dengan tangannya ! Liu Kun San tahu sang menantu liehay, ini bisa dilihatnya dari gerak-geriknya- Tapi ia tidak menyangkanya demikian tangguh- Hebat tolakan itu- Syukur ia sendiri bukan sembarang orang, masih sempat ia berkelit. Tapi iapun aneh. Bukan ia bergusar terlebih jauh, ia justeru tertawa- 'Tunggu!' katanya, sabar- 'Akan kulayani kau secara jantan!" Pek Kong gusar tetapi ia berkata : ?Aku.menghormati kau sebagai seorang tua, aku senantiasa mengalah. Kenapa kau masih terus mendesak? Kalau kau tetapzmembandel, jangan salahkan aku tak mengenal kasihan!" Lenyap sudah amarahnya Kun San- Dia tertawa lebar- 'Bagus, bagus kata-katamu ini!" katanya, 'Sekarang kita jangan bicara lagi sebagai mertua dan.menantu- Kau kenal aku Kim.Kie Tay Peng, aku bertabiat aneh ! Siapa saja asal kulihat dia seimbang denganku, mesti aku menantangnya bertempur untuk menguji kepandaian kita masing masing! Sedikitnya kita harus bergebrak selama tiga jurus! Demikian dengan kita sekarang! Kalau setelah tiga jurus kau masih hidup, akan kuturutkan segala kehendakmu, jikalau tidak, jangan harap bahwa kau dapat berlalu dari sini dengan masih bernyawa!" Mendengar julukan Kim.Kie Tay Peng si Garuda Sayap Emas itu, Pek Kong merasa sering mendengarnya- Hanya sekarang, pada saat mendesak begini, tidak dapat ia memikirkannya lebih jauh untuk mengingat ingat- Ia pun girang sebab perjanjian cua tiga jurus- 'Baiklah, aku terima janji ini!" katanya- 'Silahkan.mulai!" Kun San heran melihat sikap pemuda itu tenang tenang saja- 'Anak, kau harus berhati hati!" katanya memperingatkan. 'Kalau aku situa tidak turun tangan, tidak apa, tetapi asal kau mau, pasti tanganku tidak mengenal kasihan!" Berkata begitu, orang tua itu lantas mundur tiga langkah- Ia memberi tempat seluas satu tombak. Terus ia memasang kuda kuda dan menyalurkan tenaganya kepada lengannya- Begitu ia menarik kedua tangannya ke pinggangnya, ia lantas menyerang membuat pasir dan debu didepannya tertiup keras. Pek Kong mengerti bahwa itu suatu pengerahan tenaga luar biasa- Ia tidak berani berlaku alpa- Ia pun lekas-lekas mengumpulkan tenaganya untuk bertahan. Maka beradulah kedua tenaga, hingga terdengar satu suara keras. Akibat dari pada itu, ia tertolaktmmndur enam langkah, tanah yang diinjaknya melesak saking kerasnya ia bertahan- Darahnya pun terasa bergolak- Dari mulutnya menghembuskan hawa yang bau- Tahulah ia mengapa ia tertolak mundur dan mengeluarkan napas tak sedap itu. Itu karena tubuhnya masih belum bersih dari uap racunnya Cit Seng Bong- Tetapi ia dapat bertahan, iapun berhati keras dan terus bersikap tenang. Bahkan ia tersenyum terhadap pengujinya itu- Kun San dilain pihak diamediam.terkejut. Tidak disangka begitu hebat bentrokan itu- Ia yang menyerang, sendirinya yang terpaksa mundur tiga langkah. Hampir ia terjerembab roboh- Maka insaflah ia akan liehaynya si anak:muda- Ia telah disambut dengan satu tangan oleh anak:muda itu- Kalau dengan dua tangan, mungkin ia roboh- Maka itu terhadap anak muda itu, ia menyukai berbareng merasa sebal dan penasaran- Selama sepuluh tahun belum.pernah ia menemukan orang yang seimbang kepandaiannya- Baru kali ini- Ia menjadi gembira dan ingin mencobanya terlebih jauh- Begitulah ia tertawa bergelak-gelak. 'Kau benar-benar lihay, kakak kecil!" katanya- 'Kali ini kita seimbang- Sekarang bertahanlah lagi, tetapi gunakanlah seluruh tenagamu, nanti kita lihat siapa yang sebenarnya lebih tangguh!" 'Aku yang muda menurut saja," sahut Pek Kong, sabar. 'Harap lootiang menggunakan seluruh tenaga juga-" 'Lootiang" ialah sebutan 'engkau' tanda menghormat terhadap seorang tua- Dengan demikian, dua orang itu tidak lagi seperti musuh satu dengan lain! Memang, Liu Kun San tidak lagi menganggap si anak:muda sebagai lawan, hanya ia ingin.mengadu kepandaian sebagai sahabat dengan sahabat. Maka ia tertawa dan berkata- 'Bersiaplah anak!" Lalu ia mengerahkan pula tenaganya- Kun San juga sudah menduga, kalau kali ini anak:muda itu dapat bertahan lagi, tanah yang mereka injak bakal melesak dalam dan akan.meninggalkan tapak kaki yang dapat dibuat peringatan- Tetapi ketika tiba saatnya ia menyerang dengan dahsyat itu, mendadak tubuhnya si anak muda tertolak mental, bagaikan layangan putus yang terbang melayang saking entengnya-
Pukulan Hitam 18 Pendekar Yang Berbudi 48 Pendekar Yang Berbudi 49 Pendekar Yang Berbudi 50 Pendekar Yang Berbudi 51 Pukulan Hitam 13 Pukulan Hitam 14 Pukulan Hitam 15 Pukulan Hitam 16 Pukulan Hitam 17
Mendongkol juga Pek Kong diperlakukan demikian rupa, tetapi masih dapat ia mengendalikan diri untuk berlaku sabar, sebab ia ingat orang tua itu toh bermaksud baik dan orangpun sedang membuat pesta, tak selayaknya ia mengganggu. "Maaf, lootiang, jangan lootiang gusar," katanya, sabar. "Dalam hal ini pasti telah terbit salah paham, nanti aku menjelaskan." Orang tua itu menerka bahwa anak muda ini hendak menyangkal. Maka ia lantas berkata keras. "Tutup mulutmu! Setengah tahun yang lalu kau bilang mau pulang dahulu untuk memberitahukan dan berunding dengan ayahmu, sekarang kau kembali disini, kau mengatakan dirimu orang asing! Mata Liu Kim San tidak lamur, kau tahu? Biar kau dibakar hangus menjadi abu, tetap aku akan mengenalmu! Lekas bilang, kau menerima baik atau tidak! Jawab!" Diperlakukan kasar seperti itu, habis juga kesabarannya si anak muda. la tertawa dingin. "Aku bilang bukan, itu pasti bukan!" katanya keras. "Mana ada aturan buat memaksa menganggap lain orang sebagai menantumu?" Tuhuh Kun San gemetar karena gusar. Dia menuding. "Bagusl" serunya. "Kau menyangkal, kau juga mencaci orang! Bagaimana kau dapat menuduh aku memaksa mengakui kau sebagai menantuku? Memang tempo hari cuma soal jodoh dengan melemparkan selendang, tetapi kalau kau tidak lantas menerima baik, apakah kau sangka gadisnya keluarga Liu tak bakal ada yang mau menikahnya?" Darah Pek Kong meluap, hingga ia tak sempat berpikir tenang lagi. Coba ia menyebut she dan namanya serta kampung halamannya, mungkin suasana tak setegang itu. Ia berkata keras: "Habis kenapa kau memaksa orang?" Liu Kun Sanpun gusar, hingga matanya mendelik, alisnya berdiri. Tajam sinar matanya itu. Dia berkata bengis: "Kau berlaku kurang ajar! Didepan matamu tak lagi ada orang tua! Kalau sekarang kau berani kurang ajar begini, bagaimana lagi nanti?" Lantas dia menoleh kebelakang dan berkata bengis: “Hong Go! Bekuk dia!" Orang yang semula memimpin masuk ke dalam lantas maju. "Ayah, jangan bergusar dahulu!” "Jangan banyak bicara. Lekas bekuk dia!” Hong Go mendekati Pek Kong. II “Mohonlah maaf pada ayahku .. ia membujuk perlahan. Tapi Pek Kong tidak mengerti. “Tuan, kenapa kaupun tidak berlaku adil!” tegurnya. "Dengan sebenarnya aku dengan pihak keluargamu tidak ada sangkut pautnya! Mana bisa menjangan dibilang kudam?" Kun San gusar bukan kepalang, hingga hidungnya mendengus. “Hml” serunya sengit. “Anjing yang bernyanyi besar! Bagaimana kau berani bicara tentang keadilan? Tentang menunjuk menjangan sebagai kuda? Jikalau hari ini aku tidak hajar kau, kerbau liar, panggillah aku San Kun Liu!" Dengan alis dan kumis berdiri, dengan roman bengis, Kun San maju selangkah demi selangkah menghampiri si anak muda. Sementara itu Pek Kong mulai memperoleh kembali kesabarannya. Ia lantas berpikir: “Orang tua ini sudah linglung! Kenapa aku main kim di depan kerbaum." Lantas sebelum orang itu datang lebih dekat padanya, mendak ia lari kejendela akan lompat melewatinya dan keluar dari rumah itu! Kun San terperanjat. orang itu lolos dalam sekejap! Dia tertegun sebentar, lantas dia memburu ke luar. Dia masih sempat melihat tubuh orang muda itu bagaikan bayangan. "Kejar!" perintahnya. lapun berlompat lari, untuk menyusul. Mau tidak mau, Hong Ho turut lari memburu. Pek Kong sudah sampai di depan sebuah rimba. Ia masuk kedalamnya untuk menyembunyikan diri, tapi mendadak dari dalam rimba itu muncul seorang nona, romannya cantik dan lincah kelihatannya. Hanya wajah nona itu tampaknya duka penuh sesal. Diapun lantas berkata menyesal: “Benarkah kau begini tega hendak meninggalkan aku? ..." Dan terus dia menutupi mukanya dan menangis. Si anak muda melengak. Hanya sekejap, lantas insyaflah ia akan duduknya persoalan. "Jangan keliru, nona!" katanya lekas. "Aku bukannyam." Tapi si nona memotongnya sengit! "Sudah, jangan banyak bicara lagi! Aku tahu hatimu! Baiklah, kau boleh pergi!" Walaupun dia berkata demikian, nona itu toh terus menangis tersedu sedu Pek Kong bingung. lapun merasa kasihan. la tahu, tentu telah terjadi salah paham. Meski ada pemuda yang mirip dengannya hingga keluarga Liu ini menyangka dirinya sebagai pemuda yang dimaksud. Tapi anehnya, si nonapun tak mengenali pemuda jantung hatinya itu ... "Sudah, nona, jangan kau menangis," katanya, terpaksa. "Orang yang nona nantikan itu benar-benar bukanlah aku ..Aku hanya kebetulan saja lewat didusunmu ini....Siapa tahu aku disangka..." Belum berhenti kata si anak muda mendadak nona ini muntah darah, terus tubuhnya lemas dan limbung hendak roboh ... Pek Kong terkejut. Tanpa merasa ia maju akan menyambut tubuh gadis itu, supaya tidak jatuh. Karena itu, si nona justeru roboh ke dalam rangkulannya! Dengan terpaksa iapun mesti merangkulnya erat-erat, walaupun mukanya merah karena malu. Justeru dalam keadaan serba salah itu, pemuda yang mengundangnya muncul dari dalam rimba seraya menegur. "Kiranya kau seorang kuncu palsu! Tadi kau menyangkal keras tetapi sekarang kenapa kau peluk adikku? Maka itu, hari ini kau mesti menerima baik menikah adikku ini, atau kau tak akan lolos dari pedangnya Liu Hong Go!" Pek Kong bingung sekali. Iapun gusar atas tuduhan menjadi laki - laki atau gentelmen palsu. Itu tidak benar. Tanpa merasa, ia berkata keras. "Jangan kau terlalu menghina aku! Apakah kau sangka aku jeri menghadapi kalian ayah dan anak? Karena aku maklum kalian keliru mengenali orang, aku sudah berlaku sabar luar biasa! Kitapun tidak bermusuhan! Aku sudah mengalah, dari itu jangan kau mendesak aku lebih jauh atau jangan nanti kau sesalkan aku keterlaluan! Hong Go gusar- Ia lantas menyerang sambil berseru- Pek Kong berkelit dengan masih tetap memegangi tubuh si nona- Kalau ia melepaskan rangkulannya pasti nona itu roboh terbanting- 'Ah!' serunya, mendongkol- 'Benar-benar kau hendak menempur aku?" Sekarang sempat ia meletakkan si nona di tanah- Hong Go tak menjawab, dia menyerang lagi. Sekali lagi Pek Kong berkelit- Kali ini ia berkata : 'Jikalau kau benar benar berlaku kurang ajar, aku-.-" Hong Go menyerang lagi tanpa menghiraukan kata kata itu. Ia justeru.mengira si anak muda jeri- Bahkan waktu anak itu berkelit, ia menikam lagi, terus berulang ulang! 'Jika tidak diberi pelajaran, kau belu.puas!' katanya sengit. Hong Go menurutkan amarahnya, ia mengeluarkan kepandaian ilmu pedang ayahnya dan.menyerang terus tak henti-hentinya- Tidak dapat Pek Kong bersabar lebih lama lagi- Ia lantas menggerakkan kedua belah tangannya- Disaat serangan tiba, dengan tangan kiri ia menyambar dan.menangkap lengan orang itu dengan jari tangan kanan yang keras bagaikan tombak ia menotok kepinggang lawan. Hong Go terperanjat- Ia cuma melihat sesuatu berkelebat didepan.matanya, lantas matanya kabur- Sebelum ia tahu apa apa, tangannya yang memegang pedang sudah terkekang dan terus buah pinggangnya terasa nyeri, dan.menjadi kaku, tenaganya hilang lenyap, sembari tertawa berkakakan, pedangnya terlepas jatuh ketanah! 'Masihkah kau hendak berlaku galak?" tanya Pek Kong bersenyum- Baru berhenti kata kata anak:muda ini tiba2 satu sinar biru menyambar kearahnya, disusul dengan munculnya seorang tua yang romannya gagah, tangan bajunya terus berkibar- Itulah suatu pukulan angin yang membebaskan Hong Go dari totokan jalan darah- Menghadang si anak:muda, orang tua itu berkata 'Pantas kau juawa kiranya kau lihay.' Mungkin orang tua itu mau bicara lebih jauh, tetapi ia terperanjat melihat rebahnya si nona disisi mereka- Menjadi marah sekali mukanya menjadi merah- “Binatang kau!" bentaknya- 'Dimulut kau menyangkal, kenyataannya kau hendak menculik gadis orang- Jika kau tidak berlaku baik baik maka aku Liu Kun San akan.membuatmu mati disini juga!" Roman dan sikap orang tua itu.menjadi sangat keren- Ia melemparkan sebutir pil pada Hong Go seraya berkata: “Lekas kausadarkan Hong Lim-" Hong Lim ialah namanya si nona, adik dari Hong Go. Pek Kong sementara itu hatinya sangat panas, seumur hidupnya belum pernah ia dihina orang begini macam. Ia dituduh menculik seorang nona, sedangkan sebenarnya ia menolong nona itu, ia tertawa gelak-gelak- Terus ia berkata keras, masih mendongkol: 'Kalian ayah dan anak tidak kenal aturan sopan santun ! Maka tuan kecilmu tak sudi bermain kim di depan Sang kerbau! Siapa berani menentang aku, akan kuberikan suatu pertunjukan yang bagus!" Meski ia berkata begitu, ia membalik tubuh, hendak berjalan pergi- Baru dua langkah pemuda ini berjalan tiba tiba angin menyambarnya dan tahu tahu Liu Kun San sudah.melewatinya dan menghadang didepannya- Merasa pasti bahwa orang tak bakal mau mengerti, Pek Kong lantas menolak dengan tangannya ! Liu Kun San tahu sang menantu liehay, ini bisa dilihatnya dari gerak-geriknya- Tapi ia tidak menyangkanya demikian tangguh- Hebat tolakan itu- Syukur ia sendiri bukan sembarang orang, masih sempat ia berkelit. Tapi iapun aneh. Bukan ia bergusar terlebih jauh, ia justeru tertawa- 'Tunggu!' katanya, sabar- 'Akan kulayani kau secara jantan!" Pek Kong gusar tetapi ia berkata : ?Aku.menghormati kau sebagai seorang tua, aku senantiasa mengalah. Kenapa kau masih terus mendesak? Kalau kau tetapzmembandel, jangan salahkan aku tak mengenal kasihan!" Lenyap sudah amarahnya Kun San- Dia tertawa lebar- 'Bagus, bagus kata-katamu ini!" katanya, 'Sekarang kita jangan bicara lagi sebagai mertua dan.menantu- Kau kenal aku Kim.Kie Tay Peng, aku bertabiat aneh ! Siapa saja asal kulihat dia seimbang denganku, mesti aku menantangnya bertempur untuk menguji kepandaian kita masing masing! Sedikitnya kita harus bergebrak selama tiga jurus! Demikian dengan kita sekarang! Kalau setelah tiga jurus kau masih hidup, akan kuturutkan segala kehendakmu, jikalau tidak, jangan harap bahwa kau dapat berlalu dari sini dengan masih bernyawa!" Mendengar julukan Kim.Kie Tay Peng si Garuda Sayap Emas itu, Pek Kong merasa sering mendengarnya- Hanya sekarang, pada saat mendesak begini, tidak dapat ia memikirkannya lebih jauh untuk mengingat ingat- Ia pun girang sebab perjanjian cua tiga jurus- 'Baiklah, aku terima janji ini!" katanya- 'Silahkan.mulai!" Kun San heran melihat sikap pemuda itu tenang tenang saja- 'Anak, kau harus berhati hati!" katanya memperingatkan. 'Kalau aku situa tidak turun tangan, tidak apa, tetapi asal kau mau, pasti tanganku tidak mengenal kasihan!" Berkata begitu, orang tua itu lantas mundur tiga langkah- Ia memberi tempat seluas satu tombak. Terus ia memasang kuda kuda dan menyalurkan tenaganya kepada lengannya- Begitu ia menarik kedua tangannya ke pinggangnya, ia lantas menyerang membuat pasir dan debu didepannya tertiup keras. Pek Kong mengerti bahwa itu suatu pengerahan tenaga luar biasa- Ia tidak berani berlaku alpa- Ia pun lekas-lekas mengumpulkan tenaganya untuk bertahan. Maka beradulah kedua tenaga, hingga terdengar satu suara keras. Akibat dari pada itu, ia tertolaktmmndur enam langkah, tanah yang diinjaknya melesak saking kerasnya ia bertahan- Darahnya pun terasa bergolak- Dari mulutnya menghembuskan hawa yang bau- Tahulah ia mengapa ia tertolak mundur dan mengeluarkan napas tak sedap itu. Itu karena tubuhnya masih belum bersih dari uap racunnya Cit Seng Bong- Tetapi ia dapat bertahan, iapun berhati keras dan terus bersikap tenang. Bahkan ia tersenyum terhadap pengujinya itu- Kun San dilain pihak diamediam.terkejut. Tidak disangka begitu hebat bentrokan itu- Ia yang menyerang, sendirinya yang terpaksa mundur tiga langkah. Hampir ia terjerembab roboh- Maka insaflah ia akan liehaynya si anak:muda- Ia telah disambut dengan satu tangan oleh anak:muda itu- Kalau dengan dua tangan, mungkin ia roboh- Maka itu terhadap anak muda itu, ia menyukai berbareng merasa sebal dan penasaran- Selama sepuluh tahun belum.pernah ia menemukan orang yang seimbang kepandaiannya- Baru kali ini- Ia menjadi gembira dan ingin mencobanya terlebih jauh- Begitulah ia tertawa bergelak-gelak. 'Kau benar-benar lihay, kakak kecil!" katanya- 'Kali ini kita seimbang- Sekarang bertahanlah lagi, tetapi gunakanlah seluruh tenagamu, nanti kita lihat siapa yang sebenarnya lebih tangguh!" 'Aku yang muda menurut saja," sahut Pek Kong, sabar. 'Harap lootiang menggunakan seluruh tenaga juga-" 'Lootiang" ialah sebutan 'engkau' tanda menghormat terhadap seorang tua- Dengan demikian, dua orang itu tidak lagi seperti musuh satu dengan lain! Memang, Liu Kun San tidak lagi menganggap si anak:muda sebagai lawan, hanya ia ingin.mengadu kepandaian sebagai sahabat dengan sahabat. Maka ia tertawa dan berkata- 'Bersiaplah anak!" Lalu ia mengerahkan pula tenaganya- Kun San juga sudah menduga, kalau kali ini anak:muda itu dapat bertahan lagi, tanah yang mereka injak bakal melesak dalam dan akan.meninggalkan tapak kaki yang dapat dibuat peringatan- Tetapi ketika tiba saatnya ia menyerang dengan dahsyat itu, mendadak tubuhnya si anak muda tertolak mental, bagaikan layangan putus yang terbang melayang saking entengnya-