
Suara teriakan, bisikan, dan lainnya terdengar memekikan telinga siapapun yang mendengarnya, bila anda melihat dan mendengar satu juta jiwa berteriak apakah yang terjadi?....... Kejadian Hari ini, adalah kejadian paling menggemparkan dalam dunia persilatan, bukan hanya dari tanah jawadwipa saja yang menghadiri kejadian ini, bahkan dari negri lainnya seperti Swarnadwipa, Malaya (Malaysia dan Singapura), Gujarat, Mesir, Tionggoan, Jepun dan beberapa negri lainnya. Mereka berkumpul dan bergumul menjadi satu berdasarkan golongannya, Dibarak Selatan adalah tempat golongan Putih, Dibarak Utara adalah tempat para Golongan Hitam. dan ditengah tengah itu berkelompok dari Golongan Merdeka. Diantara semua Golongan, Barak kaum golongan merdeka adalah yang paling sedikit... lalu golongan hitam dan yang paling besar adalah kaum dari Golongan Putih. memang pada masa itu adalah masa kejayaan dari golongan Putih, jika seandainya tidak ada kehebohan yang ditimbulkan Panji Telapak Perak, barangkali Golongan hitam tak ada yang berani memunculkan wajahnya. “Selamat Siang saudara-saudaraku.........., terimakasih telah menghadiri acara peresmian perkumpulan kami, kami Ucapkan Selamat Datang di Lembah kematian Tempat berdirinya perguruan Paling besar dijagat raya.....” Gemuruh para hadirin sekalian mendengar ucapan yang begitu Jumawa dan Takabur....tiba-tiba... “Ting...Tang...Teng.....Tong............” “..Jrek...Jeng...Dung...Dung........” Suara Tabuhan Musik melantun tinggi dan merdu dari dalam bilik gua. Sontak saja semua orang terdiam, suasana yang tadi bising kini berubah menjadi kuburan...hanya Suara musik yang semakin santer terdengar, iring iringan itu begitu indah, dengan diawali dengan kedatangan sekelompok gadis-gadis yang polos tanpa selembar benangpun yang menari... Orang dari Golongan Hitam dan Merdeka terbelalak kegirangan, bagaimanapun mereka adalah orang yang sama sekali tidak mengindahkan peraturan. sementara orang golongan putih segera memalingkan wajah karena malu... hanya beberapa orang dari golongan muda saja yang asyik Setelah Gadis-gadis itu, muncul kemudian disusuli dengan kedatangan berbagai macam lelaki dengan baju hitam dan sarung tangan perak. diikuti dengan sebuah Tandu yang terbuat dari Emas, sementara dibelakang tandu itu Dayang dan Prajurit pilih tanding dari perkumpulan Panji Telapak perak berjalan mengiringi tandu yang terbuat dari emas itu..... Iring iringan itu berhenti, Salah seorang Gadis cantik keluar dari tandu tanpa sehelai benangpun, ia kemudian memasukan tangannya kedalam tandu dan menuntun seorang lelaki paruh baya. Semua Orang yang hadir menahan nafas, ingin menyaksikan seperti apakah gerangan sosok yang telah menggemparkan seluruh dunia persilatan bahkan negara negara didunia lainpun ikut terkena dampaknya,.... Kekejaman dan kesadisan mereka sangatlah luar biasa, mereka menghasut beberapa anggota perguruan-perguruan didunia untuk menghancurkan perguruannya. Mereka yang datang dari negri lain adalah mereka yang datang untuk membawa murid murtad dari perguruan masing-masing, dan datang untuk menyatakan bergabung. Lelaki setengah baya itu berwajah cakap tanpa guratan guratan tua, hanya jenggotnya saja beberapa ada yang sudah memutih. Rambutnya berwarna Putih Keperakan diikat dengan kain putih yang menjuntai sampai punggungnya. Pakaiannya serba perak dengan jubah perak. Ia berjalan gagah menuju singgasananya, setelah duduk, musik berhenti, semua pengawalnya segera membuat barisan pelindung. Setelah dihitung Anggota Murid Perkumpulan Panji Perak ternyata telah mencapai sekitar lima atau tujuh ribuan, entah darimana saja pasukannya itu. Semua Hadirin terkesiap tak menyangka jika anggota Perkumpulan Panji Telapak Perak begitu besar jumlah anggotanya sampai-sampai melampaui jumlah anggota tiga atau empat perguruan besar ditanah Jawadwipa, Adalah Pantas jika Perkumpulan Panji Telapak Perak Mengaku partai paling besar didunia. jika memang dilihat dari kwantitasnya. entahlah apabila itu dilihat dari kwalitasnya, hadirin sekalian belum melihat. Tiba-tiba hadirin bergemuruh seruan kaget, tercengang atau pun desahan terdengar bersahut-sahutan. Melihat itu Anggota Panji Telapak Perak segera berpaling kearah pusat perhatian, mereka pun mendesah terkejut mengapakah demikian? Dari Arah Timur melayanglah diudara beberapa sosok bayangan berwarna warni membentuk formasi sisik ikan. Tepz....Semuanya mendarat ringan dibumi, tampaknya mereka adalah Tamu terakhir dalam pertemuan itu. Yang menjadi kepala barisan ternyata adalah Seorang Pemuda belia dengan jubah coklat yang sudah menggemparkan dunia persilatan. hanya saja, hadirin sekalian banyak diantaranya belum pernah melihat orang yang memakai peralatan Kulit Rubah.... Hanya orang ‘tertentu’saja yang mengetahuinya termasuk Melati dengan ketajaman matanya ia bisa melihat ‘kawan lamanya yang telah mengisi hatinya itu’ ia bahagia sekaligus kecewa, mengapa sosok yang ia rindu-rindukan itu harus berjalan menuju barak kaum golongan merdeka. Ki Jalak termasuk orang yang sudah berpengalaman dalam mengecap asam dan garam mengerti apa yang dirasakan melati. “Itukah kawanmu itu?” tanyanya lirih, namun tak cukup lirih karena ada orang lain yang mendengar. diam-diam dia merasa cemburu.... siapakah itu? tentu anda sekalian masih ingat dengan sosok pemuda tampan dengan jubah kelabu. perkenalan singkatnya dengan melati telah menumbuhkan rasa nyaman dan bahagia, dialah orang yang bernama Waranggana. Waranggana bukan orang bodoh ia paham bahwa dirinya telah mencintai gadis cantik yang satu itu. “Benar Eyang...” “Engkau masih harus bersyukur anakku, setidaknya ia masih dapat membedakan yang salah dan benar. mungkin suatu saat ia akan masuk kedalam golongan putih., bagaimanapun harus disyukuri ia tidak masuk kedalam golongan hitam” bijak ucapan ki Jalak. Dilain pihak yang membuat orang-orang bertanya adalah bagaimana mungkin si sinting dari Timur Ki Asmaradanu ikut dalam barisan itu. Padahal mereka Tahu, Ki Asmaradanu bukanlah tipe orang yang suka bergaul dengan oranglain, adapun orang yang bergaul dengannya keesokan harinya pasti akan menjadi gila. mengenai kemampuannya, tak usah diragukan lagi. jika ia menjadi seorang dedengkot silat delapan penjuru mustahil ia hanya kaum keroco. Dengan santai tanpa menghiraukan Tuan Rumah mereka berjalan menuju barak yang berada ditengah.... tak menunggu waktu lama mereka sudah tiba dibarak... luar biasa, .... mereka semua berjalan dengan santai.. tapi jarak dua kilo lebih bisa dengan mudah mereka capai. Sesampainya disana, mereka menyebar lalu menyiapkan sebuah kursi untuk Pemuda berjubah coklat dengan peralatan dari kulit rubah. Tentu saja, ulah mereka itu mendapat perhatian penuh dari jutaan pasang mata. Bagaimana seorang remaja diperlakukan begitu terhormat. Mereka tahu kemampuan-kemampuan dari masing- masing orang itu. sembilan dari sepuluh mereka merasa jerih bila berhadapan bagi mereka. tapi saat ini, mereka melayani seorang remaja yang begitu masih belia, bukankah itu menjadi sebuah pertanyaan. “Melati, tampaknya temanmu itu telah menjadi orang yang besar..” Ki Jalak berkata memecah keheranan hadirin. “Maksud eyang? “Kau tahu siapa orang yang melayani temanmu itu?” Melati menggeleng...bagaimanapun ia baru saja keluar perguruan, masalah dunia persilatan ia masih buta sama sekali. “Emch, Kau kenal pemuda itu rupanya Anak manis...” Suara merdu yang mendayu-dayu menghentikan obrolan Ki Jalak dan Melati. Keduanya berpaling dilihatnya dua sosok perempuan cantik yang pertama berambut terurai sepanjang punggung. Matanya memandang tajam, usianya sudah paruh baya namun masih memiliki keindahan yang menarik, Perempuan itu mengenakan jubah tanpa lengan warna merah. Dadanya ditutup dengan selembar kain warna hijau muda. Namun masih tampak kencang dan menantang. dilihat dari ciri cirinya jelaslah ia salah satu datuk ilmu silat yang dikenal dengan julukan ‘Dewi Pemanah Asmara’ yang bernama asli Nyi Permata Dewi. Sedangkan perempuan yang kedua memiliki seraut wajah yang agung. usianya lebih tua dari Nyi Permata dewi kira kira sudah mencapai enam-puluh tahunan. perempuan itu mengenakan baju warna hijau dan celananya juga warna hijau. Ikat pinggangnya dibalut kain beludru warna Hijau pula. Nampaknya warna hijau adalah warna kesukaan perempuan itu. Di pinggang Perempuan itu terselip sebilah pedang bersarung hitam dengan gagang ukiran bentuk kepala Naga. dilihat dari ciri-cirinya dialah sosok yang bernama Nyai Dewi Renjani atau biasa dipanggil Bidadari Penakluk Naga.
“Haha... Kalian berdua perempuan-perempuan cantik dari kalangan tua, sepertinya juga tertarik dengan Pemuda itu” Kijalak jenaka menggoda Nyi Renjani dan Nyi Permata Dewi. “Tua bangka awet muda, sepertinya maut masih menyayangimu..!” Nyi Permata Dewi berseloroh... “Apa Dia Kekasihmu Anak manis?” Nyi Renjani menggoda Melati. Melati memerah, ia tertunduk malu. Pada waktu itu memanglah ada hukum mengartikan bahwa diam itu berarti mengakui atau setuju. Dibelakang mereka juga terdegar beberapa percakapan, percakapan mereka ternyata mengenai orang-orang yang menjadi tamu terakhir itu. bahasa mereka sangatlah beragam karena memang Kaum rimba hijau yang berkumpul saat itu, gabungan dari beberapa negri. “Siapakah Pemuda Aneh itu kakang?” Seorang kakek- kakek berbaju putih dengan selendang hijau tersampir dipundaknya. dialah Kyai Ahmed Sofyan bin malik , seorang penduduk tanah jawa keturunan bangsa Arab. “Entahlah Adi, tampaknya ia adalah pimpinan dari pemuda-pemudi berjubah coklat yang aneh itu.” seorang kakek-kakek berselendang putih dipundaknya menjawab pertanyaan adiknya...... sementara Kakek ini biasa dipanggil dengan Kyai Abdul Sofyan Bin Malik, kakak dari Kyai Ahmed Sofyan. “Apakah mungkin bila pemuda berusia tak lebih dari delapan belas tahun mampu mengendalikan sekawanan pemuda-pemudi yang begitu luar biasa. ?“ Seorang pendekar lain menyela. Pendekar itu memakai celana pangsi sebatas mata-kaki, sementara bagian atasnya polos, alias telanjang dada. dipinggangnya sebuah trisula pendek menggantung gagah. dialah si Trisula Bugil. seorang pendekar golongan putih dari negri Malaya. “Aku juga tak mengerti, tapi tak ada yang mustahil didunia ini,...” Jawab Kyai Abdul Sofyan Bin Malik tenang... “akh, kalau tak salah dia adalah Pendekar seribu diri.....” Ucap salah satu dari Pendekar didalam kerumunan. “Akh, Jangan ngaco kamu, bukankah Pendekar Seribu Diri Identik dengan baju Biru dan Kuncir kudanya?” “Mungkin ia bosan dengan tampilan lama...” “Wa....wes....wosh.......” Mereka bercakap-cakap dengan sekali-kali di timpali beberapa pendekar disekelilinginya, sehingga dibarak kaum golongan putih ribut degan desas-desus tak kunjung juntrungannya bak Suara tawon yang sedang pindah rumah. meski mereka bisik-bisik dengan lirih tapi bila dilakukan oleh beberapa ribu orang jelaslah itu merupakan suatu hal yang mustahil bila dibandingkan dengan keadaan seperti dikuburan. Hal serupa terjadi dibarak golongan Hitam. mereka berbisik-bisik riuh rendah bersahut-sahutan, Seorang kakek-kakek bermata cekung, dengan tulang pipi dan tulang rahang saling bertonjolan. Jubah Ungunya tak dikancingkan. dilehernya menggantung kepala tengkorak sebesar kepala bayi menambahkan keseramannya. juga besi yang melintang dilehernya lengkap dengan seutas rantai yang membelit kesebagian tubuhnya. Dialah Ki Sapta yang dikenal sebagai Iblis Pembunuh Raga. menurut kabar yang beredar dia adalah seorang tahanan kerajaan kresnapaksa, Namun waktu berada didalam penjara ia bertemu dengan seorang sakti, sehingga ia dapat keluar dari penjara dengan membantai seluruh Pasukan keamanan Tahanan dalam Penjara. dia hanya menyisakan onggokan-onggokan daging yang berserakan sebagai bukti kekejamannya. maka dari sejak itu ia dipangggil dengan Iblis Pembunuh Raga. “Cisss.....Itukah Sosok Ketua dari sepuluh perguruan merdeka? sungguh memalukan, mereka malah membungkuk-bungkuk dihadapan bocah bau kencur itu, Sungguh tak nyana orang-orang yang berani menentang Panji Telapak Perak hanyalah kumpulan bocah-bocah bau kencur” Dengus Iblis Pembunuh Raga kepada kakek-kakek yang sedang melotot menyaksikan Gadis-gadis cantik dari Rombongan Terakhir. Kakek itu berwajah Kurus kering kerontang bagaikan jerangkong, tubuhnya lebih mirip kerangka daripada seorang manusia, diujung jari-jarinya mencuat kuku- kuku runcing warna kehitam-hitaman. dilihat dari ciri- ciri kukunya dialah Ki seta atau Iblis pemakan jantung. “Emch......daripada melihat bocah yang belum kelar nyusu lebih baik kau lihat perempuan-perempuannya saja, kau lihat tubuh-tubuhnya yang aduhai itu, hahaa apalagi jantungnya sluuurrrppphh” Iblis Pemakan jantung ngiler, tetesan air ludahnya bercucuran membasahi baju rombengnya. Dilain pihak ada dua orang sosok manusia yang memandang Tamu terakhir dengan kebencian. pula terdengar mereka bercakap-cakap. “Guru, itulah Pemuda yang telah membunuh kakang Gandapura, dan melukaiku dengan Ajian Birahi Kematian” Seorang wanita berwajah pucat kepada seorang lelaki paruh baya yang berwajah sangar dihiasi kumis yang melintang, dengan ciri khasnya yaitu rambut berwarna merah yang tak lain si Iblis langit selatan adanya. “Gerrr......” Ia menggeram. orang yang berada didekatnya memperhatikan iblis Langit Selatan dengan heran... Lalu, bagaimana dengan Golongan Merdeka? ya, tentu saja mereka gembira, bagi mereka menjadi pusat perhatian dalam tatapan kagum dan segan adalah hal yang langka. adalah suatu keajaiban bila mereka masih hidup jika memiliki ilmu yang pas-pasan. sebab Golongan hitam dan putih memusuhi mereka....lalu Dimanakah mereka bisa berpijak? padahal jumlah mereka tidaklah seperempat dari tiap golongan putih maupun hitam. Mereka segera memasang gaya sok jagoan, ada yang tertawa terbahak bahak.... juga ada yang sok acuh... kini hebohlah seluruh barak.. baik dari golongan putih, merdeka hitam juga beberapa prajurit PANJI Telapak perak pada berbisik-bisik. Tapi, ada satu hal yang perlu diperhitungkan yakni semua hadirin, bahkan beberapa petinggi dari Panji Telapak perak baru pertama kalinya melihat sosok- sosok dari para penggetar langit dan bumi persilatan khususnya bumi pertiwi tanah Jawa. Mau tak mau mereka mengkaji ulang pikiran-pikiran mereka yang menyatakan bahwa dalang dari mereka adalah kaum tua. Para pemuda maupun pemudi melotot menyaksikan kehadiran Tamu terakhir dengan Tajam. suara Suitan, Rayuan, sindiran, ajakan maupun yang lainnya bersahut-sahutan memecah kegaduhan yang ada. ditambah jeritan-jeritan histeris gadis-gadis muda, bagaimanapun Ksatria Satwa Khususnya adalah sosok-sosok pemuda pemudi yang memiliki kelebihan dalam fisik. Wanita mana yang tak histeris bila menyaksikan Si Ular bermata seribu? apalagi sekarang harus menyaksikan beberapa pemuda tampan yang berpenampilan sama? Gilakah dunia? apakah memang didunia ini harus tercipta orang yang dapat menggegerkan Dunia hanya bermodalkan tampang? mau tak mau hari ini harus terjadi juga. “Oh keindahan kau datang memberi sejuta kenangan meninggalkan segala Penderitaan”