Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Tarian Liar Naga Sakti - 130

$
0
0
Cerita Silat | Tarian Liar Naga Sakti | Oleh Marshall | Tarian Liar Naga Sakti | Sakti Cersil | Tarian Liar Naga Sakti pdf

Pendekar Bodoh - 3. Setan Selaksa Wajah Pendekar Bodoh - 4. Ratu Perut Bumi Pendekar Bodoh - 5. Ksatria Seribu Syair Pendekar Bodoh - 6. Muslihat Sang Durjana Pendekar Bodoh - 8. Pusaka Pedang Naga

Episode pertempuran mereka jika diceritakan memakan waktu cukup panjang, padahal kejadiannya kurang dari 1-2 detik belaka. Tetapi yang membuat Siok Bu kaget adalah, betapa "panas" tenaga yang dikeluarkan lawannya. Dan sedikit banyak dia mulai curiga terhadap asal-usul lawannya yang lebih muda darinya tetapi sedikit lebih tua dari Nenggala. Hanya, hawa panas membakar yang dikeluarkan lawannya membuatnya geleng kepala dan merasa "kenal". Tetapi apakah mungkin? Sementara pertandingan semakin memanas dan seru di arena, Nenggala terlihat saling bisik-bisik dengan Li Hwa. Keduanya memang penasaran dengan kehebatan lawannya, tetapi apakah memang hanya seperti itu? "Hwa Moi, apakah engkau tidak melihat sesuatu yang aneh dengan si Tolol itu disamping kehebatan ilmunya...."? "Yaaaaaaa, orang itu tidak seganas itu awalnya. Justru aku merasa bersimpati dengannya Koko, tetapi entah mengapa dia tiba-tiba berubah menyerangku .... "Ingatkah engkau mengenai sesuatu, yaaa sesuatu berupa suara yang mendahului serangannya tadi itu ...."? "Hmmmmm, maksudmu suara aneh itu koko ...."? "Benar sekali ...... sejak suara aneh yang disampaikan secara khusus kepadanya melalui ilmu menyampaikan suara jarak jauh itu, kulihat wajahnya menjadi beringas dan tiba-tiba dia menyerangmu Hwa Moi ..." "Benar-benar aneh jika begitu koko ....." "Dugaanku dia dipengaruhi oleh sejenis suara. Orang ini memang terlihat tolol, tetapi kehebatan ilmu silatnya tidak jauh dengan kemampuan kita. Tetapi, jelas terlihat, dia sangat mudah dikendalikan. Meski wataknya polos dan ketololan, tetai ada yang mudah mempengaruhi dan mengendalikannya. Tetapi masalahnya adalah, siapa gerangan yang mengendalikannya ....."? "Koko ....."? Kedua suami-istri itu terlihat saling mengangguk. Tanpa berkata-kata keduanya sudah saling mengerti apa yang harus dilakukan. Jika dia dikendalikan "sejenis suara", maka mestinya pengendali itu tidak berada jauh dari tempat itu. Keduanya, Nenggala dan istrinya Kiang Li Hwa sudah tentu paham dengan keadaan tersebut. Maka tak lama kemudian Nenggala meninggalkan tempat itu dan mengambil jurusan ke utara. Sementara Kiang Li Hwa nampak berbisik-bisik sebentar dengan Kwan Siok Bi yang terlihat tegang tetapi tak lama kemudian juga mengangguk. Kelihatannya dia setuju dan merasa apa yang disampaikan oleh Kiang Li Hwa ada benarnya. Karena itu diapun mengangguk setuju. Setuju membiarkan Kiang Li Hwa pergi dan dia sendiri tetap di dekat arena itu untuk menjaga segala sesuatu yang mungkin terjadi. "Baiklah adikku, biarlah aku yang mengawasi pertempuran disini ....." Dan tidak lama kemudian Kiang Li Hwa juga bergerak keluar dari arena dan mengambil arah sebaliknya dari arah yg ditempuh Nenggala. Diapun bergerak cepat namun dengan sangat hati-hati. Tetapi setelah bergerak mencari-cari selama lebih kurang setengah jam, Kiang Li Hwa tidak menemukan apa-apa di area yang menjadi tanggung jawabnya buat diselidiki. Bagaimana dengan Nenggala yang mengambil arah yang berbeda? Mari kita menengoknya. Berbeda dengan Li Hwa yang tidak menemukan apa- apa, Nenggala yang mengambil arah sebaliknya dari Kiang Li Hwa istrinya justru menemukan apa yang diduga dan dicarinya. Setelah mencari-cari kurang lebih 10 menit, diapun menemukan orang yang dicurigainya. Di bawah sebuah pohon besar berjarak kurang lebih 100 meter dari arena, dia menemukan seorang bertubuh gempal pendek dengan rambut yang nyaris botak alias plontos. Tetapi ada yang aneh dengan orang tersebut. Keanehannya adalah, Orang itu berdiri tercenung dan nampak merenung atau malah tepatnya terdiam seperti tidak tahu apa yang mesti dilakukannya. Matanya terlihat menerawang kosong. Bahkan ketika Nenggala menghampirinya, si Pendek gempal tidak memberikan reaksi terkejut atau kaget, tetapi tetap terdiam seribu bahasa. Sekali lihat, Nenggala sudah paham apa yang terjadi: "Hmmmmmmm, ilmu sihir", demikian batinnya. Tetapi karena yakin orang ini ada hubungannya dengan si Tolol yang mengamuk melawan Kwan Siok Bu, maka Nenggala berusaha menegur atau menyadarkan orang tersebut. Tetapi, baru dua atau tiga langkah dia mendekati si Pendek gempal dan nyaris botak kepalanya, tiba-tiba nalurinya yang tajam menangkap adanya gerakan yang membahayakan dirinya. Seketika dia menoleh ke belekang namun dengan kesiagaan yang tinggi. Dan benar saja, dia melihat seseorang dengan tutup muka dan sangat misterius sedang membidiknya dengan serangan berbahaya. Secara otomatis Nenggala bergerak menangkis serangan jarak jauh orang tersebut, tak pelak lagi benturanpun terjadi: "Dukkkkk ........ Luar biasa, Nenggala sampai terdorong 3 langkah kebelakang, sementara lawannya hanya terdorong satu langkah belaka. Apakah berarti Nenggala kalah tenaga? Bukan juga. Yang benar adalah, lawan menyerang dari kegelapan. Untung Nenggala cukup siaga. Tetapi, dia belum mampu menghimpun tenaga yang memadai buat menandingi serangan si pendatang yang menyembunyikan wajahnya. Tetapi, sebagais eorang ahli, dia sadar, lawan yang baru datang bukan orang lemah. Kekuatannya tadi bukan kekuatan tokoh sembarangan. Kekuatan yang tidak akan kalah darinya. Karena itu diapun bergumam dalam hati: "Sungguh banyak tokoh hebat di sekitar tempat ini ...". Tetapi, lawannya yang baru datang, sudah tentu harus dihadapi secara serius. Belum lagi dia balas menyerang setelah kedudukannya kokoh kembali, tiba-tiba dia merasa ada tokoh hebat lainnya yang datang. Tetapi, dalam herannya, tokoh hebat itu tidak menyerangnya, tetapi justru mengarah ke si Pendek gempal yang berdiri di bawah pohon disampingnya dan berjarak hampir 10 meter darinya. Begitu melayang tiba, si pendatang yang bergerak dengan kecepatan luar biasa sudah berada di hadapan si pendek gempal yang tidak bergerak, tidak bicara dan hanya berdiri mematung. Si pendatangpun menotoknya dan kemudian bergerak memondongnya pergi. Melihat kejadian tersebut, Nenggala dengan cepat merubah serangannya ke arah si pendatang yang berusaha membawa si pendek gempal. Tetapi tiba-tiba lawannya yang semula sudah menyerangnya kembali dengan kekuatan yang luar biasa. Nenggala menjadi murka, kesempatannya untuk menyerang dan menghalangi si pendatang yang membawa kabur si Pendek hilang. Tetapi, lawan yang menyerangnya justru menyerang dengan kekuatan yang tak dapat diabaikannya begitu saja. Dengan gemas diapun menyertakan Ajian Lebur Sakheti dalam dorongan tenaga dalam sebanyak 7 bagian. Dia yakin akan mampu menahan serangan lawannya. Tetapi, apa yang terjadi kemudian? "Dukkkkk ....." kembali terjadi benturan, tetapi lawannya tidak terpental jatuh, melainkan hampir sama dengannya terdorong mundur satu langkah ke belakang. Pada saat itu si pendatang baru sudah berkelabat pergi sambil berkata: "Kita pergi ........" Bisa dipastikan keduanya, si Pendatang yang melarikan si Pendek dan si pendatang bertutup wajah yang menyerangnya berasal dari komplotan yang sama. "Tetapi, keduanya sama-sama hebatnya dan sepertinya tidak berada di bawa kemampuanku ..." begitu Nenggala mendesis dalam hatinya, sungguh kaget. Tetapi, keanehan berikutnya membuatnya terlebih kaget lagi. Apa gerangan? meski coba disamarkan, tetapi daya gerak dan daya luncur si pendatang yang membawa lari si Pendek bukanlah gaya gerak dan daya luncur yang asing baginya: "Aji Kidang Kuning ...... apa benarkah gerakan itu ....?" desisnya bingung. "Terima lagi pukulanku ......" kembali si pendatang yang menjadi lawannya menyerangnya dengan hebat. Da mau tidak mau Nenggala harus menagkisnya dengan kekuatan yang kembali ditingkatkan. Tidak ada jalan lain: "Dukkkkkk ........" kembali mereka beradu pukulan, dan seperti adu pukulan semula, kembali Nenggala terdorong mundur dua sampai tiga langkah. Tetapi lawannya terlihat menggunakan adu kekuatan tersebut untuk mengundurkan diri. Hal itu nampaknya sudah disiapkannya secara matang. Daya dorong dari kekuatan pukulan Nenggala digunakannya untuk mendorong tubuhnya jauh ke belakang dan kemudian selanjutnya dia berkelabat menghilang ke balik pepohonan lebat di rimba tersebut. Dan Nenggala memutuskan untuk tidak mengejar. Bukan karena takut, tetapi mengejar lawan dengan kekuatan setanding di rimba dengan pepohonan lebat, terlampau berbahaya. Akhirnya Nenggalapun menarik nafas panjang sambil bergumam: "Apakah dia ......? Lagi-lagi dia ......?" Dan tidak lama kemudian diapun melangkah. Tetapi sebelum melangkah dia mengeluarkan suara suitan ........ sebuah isyarat. Dan tak lama kemudian terdengar suitan dengan nada berbeda dari sebelah utara. Tidak lama kemudian, baik Nenggala maupun Li Hwa kembali ke arena pertarungan tadi. Tetapi, pertempuran sudah berakhir. Si Tolol sudah kembali ramah dan memandang Li Hwa dengan pandangan yang polos, lugu dan tololnya. Nenggala dan Li Hwa saling pandang, dan Nenggala mengangguk memberi isyarat yang cepat dipahami Li Hwa. "Bagaimana adik Li Hwa dan Nenggala ...."? Kwan Siok Bi yang tahu apa maksud Nenggala dan Li Hwa meninggalkan arena sudah bertanya melihat keduanya secara bersamaan kembali ke arena pertarungan tadi. "Kelihatannya orang ini dikendalikan atau dipengaruhi seseorang dari jauh. Tetapi yang mempengaruhinya sudah dikuasai penjahat dengan ilmu sihir. Dalam keadaan normal, orang ini nampaknya cukup polos dan lugu, tetapi jika orang yang mempunyai pengaruh kuat terhadapnya menyuruhnya melakukan sesuatu, maka dia pasti akan melakukannya ........" "Sungguh-sungguhkah demikian ...."? bertanya Kwan Siok Bi penasaran "Aku sudah menemukan orang yang mempengaruhinya. Tetapi, orang itu sudah dikuasai sihir oleh musuh-musuh lama kami ...... kelihatannya sasarannya adalah kami berdua ........ dan orang yang menyihir itu, adalah musuh-musuh lama kami yang berkepandaian luar biasa ......... acchhhhhh, sungguh- sungguh kekisruhan besar akan kembali berulang ...." Nenggala menjawab sambil menarik nafas panjang. "Apakah engkau mengenal mereka adik Nenggala ...."? bertanya Kwan Siok Bu "Penyihir itu adalah musuh lama kami, bahkan musuh perguruanku. Dan mereka memang sangat berbahaya. Harus kukatakan, kepandaian mereka tidak berada di sebelah bawah kemampuanku sendiri ....." "Dan apakah engkau sudah mengenali si Pemuda ini ...."? Siok Bu bertanya lagi, tetapi Nenggala menggeleng tanda tidak mengenalinya sama sekali. "Sungguh misterius, sungguh penasaran ........" Siok Bu bergumam dengan tidak dapat menyembunyikan kekagetan dan kepenasarannya. "Kanda Siok Bu, apakah engkau dapat mengenali siapa gerangan dia ...."? Nenggala bertanya sambil menunjuk si Tolol yang sudah kembali senyum- senyum tak jelas sambil memandang dengan bersahabat ke arah Li Hwa yang sejak tadi memang disukainya dan memberinya kesan baik. "Sedikit banyak iya. Pertarunganku tadi dengannya sudah membuktikannya ....." jawab Siok Bu mantap sambil diiyakan oleh Siok Bi adiknya. "Kanda Siok Bu, jika demikian, siapa gerangan orang itu ...."? kejar Nenggala Kwan Siok Bu memandang berkeliling untuk kemudian bukannya menjawab pertanyaan Nenggala melainkan balik bertanya: "Adik Nenggala, apakah engkau yakin mereka sudah pergi jauh ......"? Nenggala semakin bingung dan penasaran, tetapi dia menjawab sambil mengangguk dan berkata: "Aku yakin mereka sudah pergi jauh. Jika tidak, getaran langkah mereka pasti masih dapat kita lacak ......" "Hmmmmm, engkau benar ....... engkau benar ...." terlihat jelas jika Siok Bu masih kaget dan masih penasaran. Dan Nenggala membiarkannya sejenak. Tetapi Siok Bi yang akhirnya angkat suara: "Adik Nenggala, Pemuda yang terlihat tolol ini memang memiliki asal-usul yang luar biasa dan masih punya kaitan dengan kami ..." ujarnya dengan suara rendah dan sulit didengar orang dari jauh. Kemudian dia melanjutkan: "Hubungan kami agak rumit dan tidak mudah dikisahkan secara singkat. Tetapi, yang pasti nenek moyang kami memiliki hubungan yang sangat erat dan sangat dekat dengan leluhur pemuda ini. Hanya, entah mengapa ada beberapa kelompok dari "trah" mereka yang muncul ke dunia persilatan ......" Terlihat Kwan Siok Bi juga masih diliputi kekagetan sehingga belum mampu berkisah secara lengkap dan ringkas. Dia nampak saling pandang dengan mata penasaran dengan kakaknya Kwan Siok Bu yang sama keadaannya. "Apa maksud Kanda Siok Bu pemuda ini berasal dari pulau yang masih tetangga dengan Pulau Awan Putih ...."? Siok Bu memandang Nenggala dan kemudian menarik nafas panjang. Tetapi akhirnya diapun berkata juga: "Aku lupa kalau Adik Nenggala dan Kiang Li Hwa adalah tokoh utama Lembah Pualam Hijau. Sudah pasti Duta Agung muda itu sudah menceritakan kisah Tiga Pulau dan hubungannya yang rumit. Memang benar Adik Nenggala, tetapi ada hal yang membuat kami kakak beradik lebih kaget lagi ......" "Kanda Siok Bu, apakah itu gerangan ......"? Nenggala kembali bertanya dengan nada yang tidak mendesak. Siok Bu memandang Nenggala dan Li Hwa untuk kemudian berkata: "Dibandingkan dengan Pek Lek Sin Jiu yang dikuasai Pendekar Muda Liang Tek Hoat dan Duta Agung, maka Pemuda ini justru lebih murni dan asli. Dia sudah menguasai Pek Lek Sin Jiu dengan sempurna termasuk sinkang khas Pek Lek Sin Jiu yang disebut Sam Yang Hui Kang (Tenaga Sakti Tiga Matahari). Liang Tek Hoat dan Duta Agung akan mampu menguasai Pek Lek Sin Jiu hingga tingkat pamungkas, tetapi efeknya masih kalah jika didorong oleh Sam Yang Hui Kang. Dan pemuda ini, justru sudah mampu menguasainya secara sempurna ......." "Astaga ........ begitu kiranya ........" adalah Li Hwa yang kemudiana menyela karena terkejut mendengar ternyata si pemuda Tolol itu sedemikian hebatnya. "Kanda ...... jika begitu, jika begitu ...... dia .... dia" Li Hwa memandang Siok Bu dan Siok Bi bergantian dan bicara terbata-bata. Dan Siok Bi yang kemudian berkata: "Benar adikku ...... benar sekali. Dia ini adalah tandingan kami, dan dengan dasar dan kemampuan kami seperti sekarang, kami tidak akan mampu menang melawan dia. Karena dia, sama seperti kami, sudah menekuni dan menyempurnakan ilmu leluhur kami masing-masing ......." "Hebat ....... hebat........, dan tokoh hebat seperti ini, sangat berpotensi dimanfaatkan lawan untuk kepentingan yang "mengerikan" ......" Nenggala berguman yang diiyakan dengan wajah keruh oleh Siok Bu. Sementara percakapan serius antara ke-empat Pendekar besar itu, si Pemuda tolol hanya senyam- senyum belaka dan entah mengapa tidak memberi komentar, tidak juga mengganggu. Seperti biasa, dia jauh lebih perduli dengan Li Hwa, tetapi karena Li Hwa sibuk berbicara, diapun tidak mengganggu. Ketika Li Hwa dan Nenggala memandang kearahnya karena kaget dan kagum, si Pemuda tolol kembali cengengesan sambil terkekeh-kekeh tidak jelas apa yang ditertawakannya. "Engkau ternyata sungguh hebat saudara ....." berkata Li Hwa kepada si Pemuda tolol yang disahutinya dengan tertawa "Hahahahaha ....... hehehehehehe ...... tidak ...... tidak ....." untuk bicara panjang nampak sukar bagi si Tolol. Kembali dia gagap. "Tetapi, mengapa engkau menyerangku ,......."? bertanya Li Hwa yang mencoba berkomunikasi dengan si Tolol ..... "Tidak ...... hahahaha ....... hehehehehe ....... tidak menyerang ...... hahahaha" "Tapi tadi engkau menyerangku ganas .........." "Tidak ....... bukan ........ hahahahahahha, si pendek itu ....... hehehehehe" Nenggala dan Li Hwa memang sudah tahu jika ada seorang yang memerintahkan atau mempengaruhinya untuk menyerang. "Lain kali engkau tidak boleh mneyerangku ya ......." kembali Li Hwa berbicara halus dan bersahabat dengan si Tolol. Dan anehnya, dia menjadi jinak dengan Li Hwa. Dan akhirnya merekapun melanjutkan perjalanan. Tetapi, malam harinya, entah bagaimana ketika Li Hwa, Nenggala dan Siok Bu serta Siok Bi bangun si Pemuda Tolol sudah tidak berada bersama mereka. Meski mencoba mencari selama beberapa jam, tetapi mereka tidak mampu menemukannya. Karena itu, merekapun akhirnya melanjutkan perjalanan MENUJU KAYPANG. =================== Malam sudah datang. Bulan hanyalah kurang separoh menunjukkan wajahnya, seakan malu memandang bumi. Sinarnya buram memancar dari bentuk yang seperti bulan sabit. Meski belum larut benar, tetapi entah bagaimana Kota Lim An telah menjadi sunyi, padahal biasanya cukup ramai. Meski bukan sebuah kota besar, tetapi Lim An sering dikunjungi pedagang dan kaum pelancong yang banyak menggunakan kota ini untuk atau sebagai tempat beristirahat. Tetapi, tiada hawa dingin meski hari sudah mulai malam, justru hawa udara terasa agak panas karena memang sedang pada musim yang agak panas di bulan keenam. Meski sudah mulai sunyi, tetapi bukan berarti tidak ada lagi aktifitas manusia. Terutama bagi mereka yang sedang melakukan perjalanan dengan maksud apapun. Seperti yang nampak pada serombongan orang yang berjumlah sekitar 7-8 orang berkuda yang tidak lama kemudian memasuki halaman sebuah Penginapan bernama "An Thong". Penginapan itu tidaklah besar-besar amat, tetapi di Kota Lim An merupakan salah satu hotel yang paling meriah dan paling ramai dikunjungi oleh para pelancong dan pedagang. Sebuah tempat yang masih tetap ramai di suasana malam yang tidak cukup menyenangkan adalah Hotel atau Penginapan An Thong inilah. Di tempat makan atau restoran, masih terlihat beberapa orang yang seru bercakap-cakap sambil menikmati teh ataupun makanan.

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>