Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Warisan Berdarah - 12

$
0
0
Cerita Silat | Warisan Berdarah | oleh Rajakelana | Warisan Berdarah | Cersil Sakti | Warisan Berdarah pdf

Pendekar Bodoh - 9. Sengketa Ahli Sihir Pendekar Bodoh - 10. Raja Alam Sihir Pendekar Bodoh - 11. Rahasia Sumur Tua Pendekar Bodoh - 12. Munculnya Sang Pewaris Gento Guyon - 28. Semerah Darah

“hmh…..tapi tetap masih bisa diperebutkan bukan ?” “hehehhe..hahaha…sudah pasti bisa liang-ji, bukankah kalian juga sebelumnya saling berebutan ?” “bagaimana susiok menduga begitu ?” “hehehe…liang-ji, dari cerita yang saya dengar, bahwa kalian digelar dengan “cu-sam” (tiga majikan), lalu kalian berpisah, itu merupakan hal yang janggal, dan tentunya kalian berpisah karena ada sebab, dan sebabnya pasti kitab bun-liong-hoat, dan kitab itu ada ditangan kwi-ong, itu artinya perebutan itu dimenangkan oleh kwi-ong, sangat jelas bagi adat kita bahwa kepemilikan sesuatu harus di perebutkan dengan kekuatan dan kepandaian.” “pandangan susiok memang tepat, dan tentang niat saya kesini, akan tetap saya lakukan, yakni ingin merebut kitab itu.” “bagus liang-ji, saya akan melayani tantanganmu itu.” ujar Tan-kui lalu berdiri dan melangkah keluar, Han- ok-liang beserta yang lain ikut keluar. “mulailah liang-ji…!” tantang Tan-kui dengan mata terpejam “ciaaat….” Ok-liang melompat dan menyerang tan-kui, pertempuran segit pun berlangsung, kesiuran tenaga sin-kang bergaung diantara dua sosok tubuh yang bertempur, karena saking cepatnya, keduanya hanya berupa bayangan saja. Pertempuran tingkat tinggi yang amat luar biasa, tiga jam sudah berlalu, dua tubuh masih berkutat saling mendesak, karena tidak mampu mendesak lawannya, ok-liang mengeluarkan pedangnya, jurus “bun-liong- kiam” dikerahkan, dan lima puluh jurus tan-kui kelabakan dibuatnya, untungnya baik sin-kan dan gin- kangnya masih di atas ok-liang, sehingg serangan itu mental dan luput, tubuh ok-liang sudah terasa ngilu, akibat getaran dari banyaknya benturan sin-kang yang terjadi, dan pada jurus keseratus, tan-kui sudah menguasai keadaan, dan desakannya semakin gencar “plak…dess….” tubuh ok-liang terlempar kena tamparan dan tendangan, darah mengalir dari sudut bibirnyam dan lambungnya serasa mau pecah akibat tendangan yang telak, nafasnya sesak. Dengan sisa kekuatan yang ada, ok-liang kembali merangsak maju menyerang laksana gelombang badai, ilmunya pedangnya yang luar biasa mencoba mencari celah dan kesempatan, namun hanya empat puluh jurus, ia kembali mencium tanah, kali ini hidungnya berdarah dan bahunya patah, dan pedangnya sudah berpindah tangan, dengan rasa sakit yang ditahan ok-liang bangkit dan menatap wajah keriput di depannya “baik aku kali ini mengaku kalah, susiok.” “hmh….lain kali berusahalah lebih keras liang-ji.” sahut Tan-kui, kemudian mereka kembali kedalam rumah, coa-kim memapah ok-liang masuk kedalam rumah. Han-ok-liang terpaksa tinggal di rumah tan-kui selama tiga hari untuk menyembuhkan luka yang ia derita, dan pada hari keempat lukanya sudah sembuh, dan berencana hendak meninggalkan lembah merak “susiok sangat luar biasa, dan tentunya dapat membungkam “siauw-taihap” kenapa susiok tidak lakukan ?” “hmh….saudara tuamu itu bukan orang sembarangan liang-ji, aku tidak dapat menjajakinya.” “dengan mata terpejam, susiok dapat mengalahkan aku, tentunya akan lebih luar biasa, jika susiok melawannya dengan mata terbuka.” “memang benar ji-cu, tapi nyatanya sin-kang suamiku dan siauw-taihap berimbang, dan hanya dialah yang sanggup beradu pandang dengan suamiku.” “nah…lalu bagaimana dengan ilmu silat, bukankah susiok juga sangat luar biasa ?” “aku tidak berani memastikan jika ilmu yang ia keluarkan akan sama dengan yang kamu gunakan melawanku tadi.” “dia tidak memiliki ilmu pedang, karena ia tidak mendapatkan apa-apa dari ayah kami.” “tapi dari mana “siauw-taihap” bisa melakukan jurus menulis, waktu lao dan cu mengeroyoknya ?” sela li- cing, ok-liang tercenung mengingat kemasa lalu, dimana ia dan tiga suhunya beserta tiga ibu mereka mengeroyok Han-fei-lun. “hmh..aku juga heran, padahal ia tidak pernah belajar pada ayah.” “apakah ayahmu dan dia pernah bertempur ?” sela tan-kui “hal itu aku tidak tahu persis, susiok.” “aku yakin pernah, ji-cu.” sela li-cing “bagaimana kamu yakin, bi-kwi ?” “karena lao-si, ibunya sam-cu ditugaskan untuk menggunakan “bun-liong-taihap” untuk menghabisi “siauw-taihap” “kapan itu “bi-kwi, kenapa kami tidak tahu ?” “saat itu “cu-sam” masih dalam tahap mempelajari kitab “bun-liong-taihap” “tapi susiok, kalau susiok juga jerih dengan siauw- taihap, bagaimana kita menegakkan wibawa hek-to yang sudah redup selama ini ?” “aku bukannya jerih liang-ji, tapi saya yakin, jika adikmu Han-bun-liong sudah menguasai ilmu ayah kalian dan ditambah lagi dengan ilmu-ilmuku, maka siauw-taihap akan bisa kita tundukkan.” sahut Tan-kui, ok-liang mengangguk, dan melihat kebenaran perkataan susioknya. “baiklah susiok, dan “bi-kwi” kami permisi dulu.” “apakah kamu akan langsung balik ke shinyang ?” “tidak susiok, aku hendak ke “kongciak-kok” di kota tianjin “ada apa disana ji-cu ?” sela Li-cing “sepertinya akan ada usaha untuk menggalang kekuatan hek-to.” “baguslah kalau ada usaha itu, dan jangan lupa, jika pembentukan itu dimasa depan berakhir pada penetapan bengcu pada aliran kita , ingatlah bahwa adikmu Han-bun-liong sangat tepat memegang itu.” ujar tan-kui “baik, pesan susiok akan ku ingat.” sahut Han-ok- liang, lalu keduanya pun berangkat. Areal luas dibelakang bangunan di lembah merak itu berdiri sebuah panggung besar, di sekelilingnya didirikan tenda serta dibawahnya ada kursi yang tertata rapi, pekerjan membuat panggung dan tenda- tenda itu sudah berjalan selama sebulan, pengerjaan itu atas arahan ibli buta han-kwi-ong, dan hari itu merupakan tahap terakhir berupa penataan dekorrasi panggung dengan hiasan bunga kertas, karena dua hari lagi tempat itu akan digunakan tujuan yang telang dirancang enam bulan yang lalu. Dua bayangan gesit bergerak menuju bagunan megah itu, keduanya adalah, “ma-bin-kwi” dan huangho-koai, kwi-ong yang berada di ruang tengah menyambut mereka “kalian sudah datang ma-bin-kwi, “huangho-koai ?” sapa kwi-ong, keduanya takjub sekali bahwa kwi-ong yang buta mengenal tepat siapa yang datang “hehehe..kamu memang luar biasa iblis buta, entah bagaimana kamu dapat mengetahui siapa yang datang.” “sudahlah puji-pujian itu huangho-koai, bagaimana dengan tugas kalian !?” “tugas saya sudah selesai, dan mengundang dua belas ahli silat di wilayah selatan.” “dan saya mengundang delapan ahli silat di wilayah timur.” sela ma-bin-kwi, “baguslah kalau begitu, dan disini juga sudah hampir rampung.” ujar han-kwi-ong, lalu mereka keluar kehalama belakang dan melihat keadaan panggung dan tenda=tenda yang didirikan. Pada malam harinya “Ui-bin-mo” muncul dan ia mengundang lima belas ahli silat tinggi dari wilayah barat, lalu pada esok harinya, kwi-sim-lo-tong tiba, dan menyampaikan bahwa ia mengundang sepuluh ahli silat tinggi di wilayah utara. “jadi seluruh undangan kita berjumlah empat puluh lima orang.” ujar Kwi-ong “benar sekali, lalu bagiamana susunan acara kegiatan besok ?” “pertama, pembawa acara kita tetapkan saja “ui-bin- mo” kemudian tentunya kita menyampaikan langkah dan rencana dari “tee-tin” kedepan, dan ini siapa dari kita yang akan menyampaikan ?” ujar kwi-ong “sebaiknya kamu saja iblis buta.” sela kwi-sim-lo- tong.” “betul, saya setuju.” Timpal yang lain serempak “baik, jika demikian yang kita sepakati.” “lalu bagaimana model pibu yang hendak kita selenggarakan ?” tanya “huangho-koai “sebelum pibu, kita adakan seleksi sin-kang dan gin- kang, baru setelah itu pibu kita gelar.” ujar kwi-ong, empat rekannya mengangguk, lalu pembicaran terus berlanjut sampai pada hal perlengkapan dan konsumsi, setelah agak larut malam, merekapun masuk kekamar masing-masing. Pagi-pagi sekali, sudah ada tiga orang undangan yang datang, dan seiring waktu yang berjalan, dan saat menjelang siang empat puluh orang undangan sudah hadir, dan satu jam berikutnya, dalam waktu yang tidak berjauhan lima undangan itu datang, dan dua diantaranya adalah Han-ok-liang dan coa-kim, ok-liang yang mengenal kwi-ong jadi terkejut “ternyata kamu yan mengundang ong-ko !” “eh….kamukah itu liang-te !?” tanya kwi-ong memastikan, “hehehe….benar ong-ko, aku sudah ke huangsan dan bertemu dengan soso.” “oh..begitu, sudah marilah kita duduk ! dan nanti saja kita lanjutkan pembicaraan kita” “baik..marilah ong-ko.” sahut ok-liang, lalu ok-liang dan coa-kim mengambil tempat duduk. Dari empat puluh lima undangan itu, terdiri dari sepuluh wanita dan tiga puluh lima laki-laki, “ui-bin- mo” maju ketengah panggung “pertama sekali kami ucapkan selamat datang kepada para sicu, dan terimakasih atas kehadirannya pada pertemuan hari ini, apa dan bagaimana perihal pertemuan kita kali ini ? maka untuk jelasnya marilah kita sambut rekan kita iblis buta untuk menyampaikannya pada kita.” ujar “ui-bin-mo” kemudian dia duduk kembali, lalu iblis buta berdiri dan maju ketengah panggung. “terimakasih rekan-rekan sehaluan yang telah hadir memperkenankan undangan kami.” ujar kwi-ong sambil menjura. “baik, saya akan menguraikan apa dan bagaimana pertemuan ini diadakan, para sicu sekalian, sejak lima belas tahun yang lalu panji hek-to mengalami kepudaran wibawa, hal ini di tenggarai dengan keberadaan “siauw-taihap” yang jadi pimpinan aliran pek-to, nah, untuk membangkitkan kembali masa kejayaan kita sebagaimana zaman enam datuk, maka kami mengajak para sicu bertemu pada hari ini untuk mengadakan pibu, kenapa harus pibu ? karena tahap awal dari kebangkitan ini adalah membentuk satu wadah yang isinya adalah para pentolan hek-to, dan kita beri nama dengan “thian-tin” (barisan langit), kemudian tahap yang kedua “thian-tin” ini akan segera langsung berhadapan dengan “siauw-taihap” yang menjadi target pertama.” “selanjutnya, disamping dua tahapan ini “thian-tin” akan menjadi pengawal untuk berdirinya panji hek-to dimasa depan, nah demikian uraian dari saya, dan dipersilahkan kepada rekan semua memberikan tanggapan tentang pertemuan yang kita adakan ini !” “iblis buta, saya adalah “beng-tong-kwi” (iblis penggetar sukma), prakarsa dari kalian merupakan hal yang tepat, dan saya menyambut baik dengan usaha luar biasa ini, tapi hal yang ingin saya tanyakan adalah masalah pibunya, tentunya ada yang mencapai kategori yang ditentukan, dan ada juga yang tidak, nah bagaimana dengan yang tidak berhasil ini ? apakah tidak sekalian masuk saja dengan membuat satu bagian lagi dalam “thian-tin” ?” “terimakasih atas tanggapan dari “beng-tong-kwi” dan sehubungan dengan yang tidak berhasil, dan menurut beng-tong-kwi sebaiknya masuk satu bagian dari “thian-tin” kami akan berikan jawaban, pertama perlu di ingat bahwa “thian-tin” adalah pengawal berdirinya panji hek-to, buka hek-to itu sendiri, jika seandainya hek-to berdiri, maka “thian-tin” menjadi bagan tersendiri, ibaratnya hek-to adalah rumah sementara “thian-tin” merupakan pagar dari rumah, jadi biarkanlah pengisi dari thian-tin orang yang handal dan kompeten tanpa struktur.” “baiklah iblis buta, jawaban anda sangat memauaskan, dan jadilah seperti apa yang sicu uraikan.” ujar “beng-tong-kwi” “baik, apakah masih ada lagi tanggapan ?” tanya kwi- ong sambil menyapu pandangan kepada undangan, semua hening dan tidak ada komentar “baik, jika sudah dipahami arti dari pertemuan ini, maka kembali saya serahkan kembali pada “Ui-bin- mo” han-kwi-ong duduk kembali, dan “Ui-bin-mo” berdiri dan maju ketengah panggung “baik, selanjutnya, kita akan masuki inti dari pertemuan ini, dan sebelumnya, perlu saya sampaikan, bahwa sebelum pibu ini dilakukan, kita akan mengadakan seleksi peserta yang berhak melakukan pibu, adapun seleksinya adalah seleksi sin- kang dan gin-kang, baik untuk seleksi sin-kang adalah, siapa yang bisa membuat patung singa seberat lima puluh kati disamping saya ini bergetar dari tempat duduknya, maka ia lulus seleksi sin-kang, dan siapa yang dapat menagkap anak panah yang di rotar dan tepat mengembalikan ke kantong yang disediakan di tiang sana, sebelum ia menginjak panggung, maka ia lulus seleksi gin-kang, jika dua seleksi lulus, maka ia berhak ikut pibu.” ujar “ui-bin- mo”, dan semua peserta mengangguk mengerti. Seleksi pun dimulai, dan empat puluh lima peserta bergiliran mengerahkan sin-kang untuk menggerakkan patung singa seberat lima puluh kati itu, lalu setelah itu dilanjutkan pengujian gin-kang, empat puluh lima peserta bergilitan berjumpalitan diudara melakukan seleksi gin-kang tersebut, akhirnya dari empat puluh lima peserta, yang berhak mengikuti pibu ada tiga puluh orang. Lalu kemudian pibu pun digelar, hingga larut malam baru tiga pertempuran yang selesai, mereka istirahat untuk dilanjutkan esok harinya, pada keesokan harinya tujuh pertempuran dapat dilaksanakan, kemudian pada keesokan harinya, saat siang berganti malam, pibu itu pun selesai, akhirnya lima belas orang dinyatakan sebagai anggota “tee-tin”, tiga hari kemudian para peserta yang tidak berhasil meninggalkan lembah merak. Malamnya, dua puluh orang anggota “thian-tin” mengadakan pertemuan pada bangunan disamping rumah induk, anggota yang terdiri dari empat wanita dan enam belas laki-laki itu mengelilingi meja berbentuk bundar, rata-rata umur mereka paruh baya dari umur tiga puluh lima sampai lima puluh tahun, adapun anggota perempuan adalah “in-sin- ciang” (telapak sakti halimun), “lam-giam-li” (dewi maut dari selatan), “hwa-i-kwi-bo” (iblis wanita baju kembang) dan “kwi-sim-toanio” (nyonya berhati iblis), sementara anggota laki-laki, selain dari enam yang kita kenal, adalah “hengsan-hek-peng” (garuda hitam dari hengsan), “pek-lui-ciang-kwi” (iblis tangan geledek), “houw-hiat-mo” (setan dari gua harimau), “kwi-lim-koai” (siluman hutan iblis), “toh-mia-lan- mo” (iblis jantan pencabut nyawa), “lui-kong-twi” (si tendangan kilat), “kang-jiu” (si lengan baja), “sin-jiu- mo” (setan berlengan sakti), “ban-pi-kwi” (iblis lengan seribu) dan “ang-mou-kwi” (iblis rambut merah). “baiklah rekan-rekan semua, malam ini setelah beramah tama selama dua hari, kita mengadakan pertemuan pertama dalam satu kesatuan yang kita beri nama “thian-tin”, pertemuan ini akan membicarakan langkah-langkah yang akan diambil untuk menyelesaikan target awal kita, yakni menewaskan “siauw-taihap” selaku bengcu pek-to.” ujar iblis buta membuka pertemuan. “pertama-tama saya atau rekan yang lain ingin mengetahui gambaran dari iblis buta untuk menyelesaikan target awal ini, karena saya yakin, sebelum “thian-tin” ini terbentuk, iblis buta dan empat rekan lainnya sudah mempunyai gambaran.” sela “ban-pi-kwi” “memang benar apa yang dikatakan “ban-pi-kwi” bahwa kami memiliki gambaran tentang cara menyelesaikan “siauw-taihap”, nah, rekan-rekan semua, gambaran kami adalah melakukan pengeroyokan dengan empat gelombang, dimana tiap-tiap gelombang terdiri dari lima orang.” “hmh…itu pemikiran yang tepat melihat betapa saktinya “siauw-taihap”, dan ada sedikit tambahan dari saya, disamping startegi pengeroyokan itu, kita juga harus mengatur format pengeroyokan supaya lebih maksimal.”

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>