Cerita Silat | Tarian Liar Naga Sakti | Oleh Marshall | Tarian Liar Naga Sakti | Sakti Cersil | Tarian Liar Naga Sakti pdf
Bendera Maut - Kwee Oen Keng Tongkat Setan - Seng Kie-Su Dewa Linglung - 29. Begal dari Gunung Kidul Fear Street - Terror di Akhir Pekan Pendekar Mabuk - 90. Kematian Sang Durjana
"Dukkkkkk ....." Luar biasa. Lamkiong Tiong Hong kagum bukan buatan karena lawannya ternyata mampu menandingi kekuatan sinkangnya dan membuatnya terdorong setengah langkah kebelakang. Tetapi Tiong Hong tidah tahu jika lawan juga sama terguncangnya dengan dia. "Hmmmmm, tidak menyesal dia menjadi calon pewaris Lam Hay Bun ....... dia memang cukup hebat ...", demikian si pendatang yang menandingi dan menangkis serangan Tiong Hong. Siapakah gerangan tokoh berperawakan kecil langsing dan memiliki kekuatan hebat bahkan sanggup menandingi Tiong Hong tetapi mengenakan cadar diwajahnya? Dan mengapa pula dia bersuara lirih seakan takut orang lain tahu apa yang disampaikannya kepada Mahendra dan Gayatri? Jika melihat potongannya, maka tak diragukan dia seorang Perempuan. Tidak salah lagi. Dan memang, tokoh bercadar itu adalah si Gadis Gan Bi Kim yang sedang dicari-cari ubek-ubekan oleh Tham Beng Kui. Tahu-tahu, justru muncul di arena dalam posisi bermusuhan atau berseberangan dengan pihak yang dibela Tham Beng Kui. Mungkin, itu yang menjadi penyebab Gadis sakti itu mengenakan cadar agar tidak dikenali oleh Tham Beng Kui yang disukai dan dicintainya. Dan gadis yang akhir-akhir ini ikut dan sudah diangkat dan diaku sebagai murid oleh gembong wanita sakti Lamkiong Li Cu, sudah mengalami kemajuan yang sangat hebat. Dan kini bahkan secara berani mencoba menandingi Lamkiong Tiong Hong. Benturan pertama tadi membuktikan jika Gan Bi Kim bukan lagi Nona kemaren sore yang berkemapuan seadanya. Sebenarnya wajar dan masuk di akal dia memiliki keberanian. Mengapa? Karena ilmu-ilmu yang tadi dilontarkan Lamkiong Tiong Hong semuanya dia kuasai dan dapat dipraktekkannya dalam pertempuran, kecuali ilmu mujijat terkahir yang dikerahkan Tiong Hong. Ilmu yang membuatnya kagum dan membuatnya mengerti mengapa subonya mengatakan bahwa anak muda ini tokoh penting bagi gerakan mereka. Karena pemuda ini adalah calon pewaris tahta Tocu Lam Hay Bun. "Pantas dia hebat dan sakti", puji Gan Bi Kim tentu dalam hatinya belaka. Meski di hati berkata demikian, tetapi dalam gerakannya tidak tergambar rasa sungkan sedikitpun. Gan Bi Kim bergerak dengan landas gerak yang tidak asing bagi Tiong Hong, yakni Hai Liong Coan In (Naga Laut Menembus Awan), sebuah ginkang istimewa yang berlandaskan inti gerak Pintu Perguruan Lam Hay Bun. Karena itu, Tiong Hong kaget dan kagum, karena melihat kentalnya unsur gerak pintu perguruannya dalam langkah kaki Gan Bi Kim. Tetapi, serangan-serangan tangan Pek Tok Ci (Jari Tangan Beracun Putih) sama sekali bukan ilmu dari Lam Hay Bun, tetapi ilmu jari dari suhunya yang pertama Koai Tung Sin Kay. Meski dalam hati heran, tetapi Tiong Hong tidak berani alpa. Karena meski seorang diri, justru Bi Kim mampu dan sanggup menandinginya. Bahkan variasi gerak, serangan serta bertahan Gan Bi Kim masih lebih kaya dibandingkan Tiong Hong. Tetapi, dalam hal kemurnian iweekang dan kekokohan, Tiong Hong mampu mengunggulinya. Sementara gerak dan kegesitan, keduanya relatif berimbang. Karena itu, gerakan dan pertempuran keduanya jauh lebih menarik dibandingkan pertempuran sebelumnya dimana Tiong Hong dikeroyok habis Mahendra dan Gayatri. Pertempuran sebelumnya terlihat kurang imbang pada akhirnya, tetapi untuk pertempuran sekarang, Tiong Hong tidak berani memprediksikan bahwa dia akan memenangkan pertarungan ini dalam waktu singkat. Apalagi, keunggulannya dalam hal iweekang relatif bisa tidak banyak berpengaruh karena lawan jauh lebih fresh dan lebih bugar dibandingkan dirinya. Lawannya belum bertempur sebelumnya, sementara dia sampai sudah mengerahkan ilmu andalannya untuk mengalahkan Mahendra dan Gayatri. Dan Tiong Hong mendongkol karena tertundanya kemenangan yang sudah didepan mata. Sayang datang lawan yang baru ini mencegah kemenangan yang sudah di depan matanya tadi. Jika menang, setidaknya namanya akan sedikit terangkat di Tionggoan. "Haitttttttt .............." Sambil mengelak Bi Kim balas menyerang dengan gerak Pek Tok Ci Ciong Thian (Jari Beracun Putih Menembus Awan). Dengan cepat telunjuk kanannya nyelonong masuk melalui bawa lengan Tiong Hong yang dengan cepat memapak jemari itu dengan gerak manis Can Goat Siau Seng (Bulan Sabit Menyinari Bintang). Lengannya melengkung dengan gaya bulan sabit dan kemudian mendorong dari samping lengan Bi Kim yang nyelonong menotok kearah pinggang. Begitu lengannya tersampok miring, Bi Kim tidak kehilangan akal, dia bergerak dengan jurus Liu In Hui Sui (Awan Mengalir Lengan Baju Terbang). Namanya saja "Lengan Baju", tetapi yang benar, meski tersampok menyamping, dengan cepat Bi Kim membelokkan arah serangan dengan arah sedikit ke atas sebagai sasarannya. Jika kena totokan Pek Tok Ci yang kini dalam gerak cepat karena bertempur jarak dekat, maka celakalah Tiong Hong. Tetapi, memang tidak kecewa pemuda gemblengan ini menjadi calon penerus Tocu Lam Hay Bun, dengan cepat dia bergerak dengan jurus Hong Hwie Lu Coan (Bukit Melingkar Jalan Berputar). Pundaknya ditarik kesamping tanpa melangkah mundur atau menggeser langkah kesamping, cukup dengan badannya setengah berputar, berhasil dia memunahkan serangan totokan yang dilepaskan Gan Bi Kim. Bahkan masih dilanjutkannya dengan serangan balasan yang cukup hebat dengan jurus Liu An Hoa Beng (Pepohonan Gelap Bunga Terang). Jurus serangan balik ini terlihat sederhana, tetapi dibalik kesederhanaan itu tersimpan jurus serangan yang kuat dan berbahaya. Karena dari gerak menggeser tubuh kesamping, dia mendapat ruang untuk bergerak dengan gaya seperti tubuh menghindar, tetapi lengan kanan mengibas dengan kekuatan iweekang yang dahsyat. Tetapi, gerakan-gerakan cepat mereka yang selalu berganti jurus justru semakin menegaskan kehebatan mereka masing-masing. Cuma, setelah bergebrak beberapa kali, Tiong Hong segera sadar jika lawannya adalah seorang perempuan. Dari wajah yang menerawang dibalik cadar, Tiong Hong bisa melihat pemandangan yang kurang jelas. Meski menerawang dan kurang jelas, ada satu kesimpulan Tiong Hong, yakni bahwa lawannya adalah seorang gadis muda yang sudah dewasa dan matang, tetapi cantik manis dan menarik. Hanya, kesimpulannya itu tentu saja disimpan dalam hati belaka, karena saat itu mereka berdua sedang adu kebisaan, adu kepintaran untuk coba mengalahkan lawan secepatnya dengan ilmu- ilmu sakti. Sementara itu, Mahendra dan Gayatri yang tadinya menduga akan dengan mudah menangkap Lamkiong Sian Li menghadapi kenyataan mengejutkan. Gadis sakti asal Lam Hay itu ternyata sudah sembuh seperti sedia kala setelah beristirahat beberapa saat mengembalikan kebugarannya. Meski dia memang masih tetap dalam posisi samadhi, sebetulnya yang terjadi dia sedang asyik menyaksikan bagaimana Beng Kui yang dikaguminya itu menggempur dan kini sudah mendesak Janaswamy. Meskipun dia juga sadar, bukannya dalam waktu singkat Janaswamy dikalahkan Beng Kui, karena selisih mereka berdua terlampau tipis. Dengan kata lain, meski unggul, tetapi Beng Kui sebenarnya tidak sangat superior menghadapi Janaswamy. Keunggulan Beng Kui hanyalah soal kemurnian iweekang dan kekokohan, sementara untuk hal-hal lain, keduanya relatif seimbang. Masalahnya, Janaswamy sudah buang banyak tenaga sebelumnya menghadapi Sian Li. Sedang asyik-asyiknya mengikuti pertarungan Beng Kui dengan Janaswamy dan semakin lama panah asmara semakin menancap di hatinya, tiba-tiba keasyikan Sian Li terganggu oleh Mahendra dan Gayatri yang hendak menangkapnya. Mana mau Sian Li membiarkan dirinya ditangkap orang. Melihat keasyikannya terganggu dan malah Mahendra dan Gayatri datang-datang langsung menyerang, Lamkiong Sian Li menjadi murka dan gemas. Tanpa buang waktu, diapun membalas serangan-serangan Mahendra dan Gayatri yang kembali kecele, karena kemampuan Sian Li tidak jauh berbeda dengan kemampuan kakaknya. Bedanya, kekuatan iweekangnya masih belum sekuat dan sehebat kakaknya. Tetapi imu-ilmu lain, terutama tata gerak dan ginkang, dia masih sanggup merendengi kakaknya, bahkan lebih variatif dan kreatif dalam bergerak dan dalam mengembangkan tata gerak bertempur. Maka, dalam waktu singkat, semangat Mahendra dan Gayatri turun jauh ketika sadar, Sian Li tidak kurang hebat dibandingkan kakaknya, Lamkiong Tiong Hong. Dengan kebugaran yang sudah merosot jauh setelah digempur habis oleh Tiong Hong dan kini harus menempur pula adik perempuannya yang juga sakti nan digdaya, membuat keduanya resah. "Naga- naganya, misi kali ini sulit dituntaskan ....." begitu mereka berpikir dalam hati masing-masing. Dan memang benar adanya. Sian Li yang lebih bugar, justru mendesak keduanya secara habis-habisan. Untungnya Sian Li sendiri masih kurang pengalaman bertempur, dan ini yang membuat Mahendra dan Gayatri beroleh keuntungan, meski tidak lagi signifikan dan tidak menentukan hasil akhir pertempuran mereka bertiga. Dari 3 arena, arena yang menunjukkan sedikit keuntungan, adalah di pihak Tham Beng Kui dan Lamkiong Tiong Hong yang bertarung dengan penuh warna, penuh kreatifitas dan jurus-jurus ampuh yang aneh dan hebat. Sementara Lamkiong Sian Li, sanggup menandingi dan sedikit mendesak kombinasi serangan dan pertahanan Mehendra dan Gayatri. Kakek dan Nenek yang semangatnya sudah merosot jauh itu lebih sering diserang dan bertahan ketimbang melakukan penyerangan. Dengan demikian, boleh dibilang missi rahasia Mahendra, Gayatri, Janaswamy dan terakhir yang datang adalah Gan Bi Kim, sedang mengalami proses kegagalan. Tak dinyana, anak-anak muda yang dipancing datang untuk diculik, ternyata memiliki kemampuan yang luar biasa. Mereka bahkan mampu menandingi kemampuan team yang datang berempat guna menculik kedua anak muda itu. Menuju puncak pertarungan, tiba-tiba terdengar secara samar-samar suara: "Disana, disana ada pertempuran. Coba tengok, jangan-jangan keduanya sedang bertempur disana ..... cepat ....." Mendengar suara yang cukup ramai itu, terlihat Gan Bi Kim, Janaswamy serta juga Mahendra dan Gayatri tergetar. Nampaknya misi mereka sudah gagal. Karena yang datang jelas adalah rombongan Lam Hay Bun yang mengawal dan menjaga Tiong Hong dan Sian Li selama mendapat tugas Tocu Lam Hay untuk menghadiri acara di Markas Pusat Kaypang. Padahalnya lagi, di rombongan itu masih terdapat seorang jago lagi dari Lam Hay, yakni Hu Tocu Lam Hay Bun, Liu Kong yang masih sepupu dari Tocu Lam Hay Bun Lamkiong Bu Sek. Sudah tentu tokoh inipun bukanlah tokoh biasa, melainkan tokoh hebat dan sakti, karena diapun sudah menguasai ilmu-ilmu sakkti Lam Hay. Dan kepandaiannya bagi banyak orang di Lam Hay Bun, masih setanding atau mungkin malah melampaui sang Tocu. Tak ada yang berani memastikan karena memang tokoh ini nyaris tidak pernah bertempur. Tetapi meskipun demikian, dia sangatlah rajin menempa dirinya. Dialah salah satu dari 3 tokoh utama Lam Hay Bun sekarang ini, selain Tocu dan kakak perempuannya Liu Soan Li yang bertugas mengatur urusan dalam pulau Lam Hay. Jika tokoh itu yang datang, atau cukup anak buah Lam Hay Bun yang datang tetapi membekal Barisan Lam Hay yang terkenal, yakni Barisan Warna-Warni, maka akan sangat sulitlah bagi mereka melaksanakan misi rahasia itu. Bahkan akan berpengaruh terhadap keselamatan mereka. Dan jika benar mereka adalah orang-orang Lam Hay Bun, maka bahaya mengancam karena orang-orang itu semakin lama semakin mendekat. Dan Nona Gan Bi Kim, Janaswamy, Mahendra dan Gayatri sudah pasrah dan merelakan kenyataan bahwa tugas mereka kali inipun sudah terancam kegagalan. Gagal total. Dan menghadapi kenyataan itu, serentak dalam hati mereka secara seragam memikirkan jalan mundur. Gelagat itu sudah dirasakan terutama oleh Tham Beng Kui. Sementara Lamkiong Sian Li dan Lamkiong Tiong Hong yang minim pengalaman karena hidup jauh di Laut Selatan, kurang menyadari gelagat tersebut. Dan ini keuntungan bagi Bi Kim dan kawan-kawannya. Tiba-tiba, adalah Gan Bi Kim yang terlebih dahulu mendesak lawan dengan ilmu silat hebat guna membuka jalan pergi: "Haiiiiiiiiiiitttttttttttttttttttt ....................." Dengan gerakan sederhana tetapi mendatangkan angin pukulan yang luar biasa karena telah menggunakan ilmu hebatnya, yakni Thian Ki Te Ling Sin Ciang (Pukulan Bumi Sakti Rahasia Alam). Teriakan Bi Kim membahana, karena memang dia menyertakan kekuatan luar biasa guna membuka jalan pergi. Teriakannya bahkan membuat arena lain ikut guncang dan terpengaruh, dan yang memanfaatkannya duluan adalah Gayatri dan Mahendra. Serentak, mereka menyerang hebat Sian Li yang cepat mundur ke belakang. Tetapi, memang itu target Mahendra dan Gayatri, pada saat Sian Li mundur, dengan terkekeh-kekeh bagai menang perang, merekapun mencelat ke belakang dan kemudian pergi sambil berkata: "Lain kali kita lanjutkan ........." Sian Li hendak mengejar, tetapi belum lagi dia bergerak mengejar, tiba-tiba Janaswamy berlaku serupa. Menyerang dengan kekuatan penuh menggunakan jurus pamungkas dari ilmu Kip Kip Seng Thian (Setingkat Demi Setingkat Naik Ke Langit) dengan jurus Hong Lui Kiau Ki (Angin Geledek Saling Berhantam). Hawa panas disertai dentuman geledek dan angin ribut membahana menyerang Beng Kui, tetapi Beng Kui sudah sangat siap. Dia mendorong dengan kekuatan dahsyat menggunakan ilmu Tui Hong Kiam Ciang, menebas ke arah lawan dengan tangan pedang yang sangat berbahaya. Tetapi, serangan Janaswamy tadi cuma luarnya yang berisi, dalamnya sama sekali melompong. Karena memang, seperti Mahendra dan Gayatri, diapun sudah bersiap melarikan diri ......... Benar saja, benturan Beng Kui dengan lengannya membuat dia terdorong ke belakang. Tetapi, dari mestinya cuma terdorong satu atau dua langkah, dia justru terlontar ke belakang dan kemudian meletik lebih jauh ke belakang dan akhirnya membalikkan badan untuk pergi. Melarikan diri. Dan Beng Kui membiarkannya berlalu, tetapi Janawamy masih sempat mengeluarkan ancaman: "Kita belum tuntas sama sekali, akan ada waktu kita menuntaskan semua kepenasaran pada hari ini ....." dan setelah mengeluarkan suara itu, jejak dan kemudian tubuh Janaswamypun lenyap dari pandangan. Yang masih tertinggal adalah Gan Bi Kim yang bertarung seimbang dengan Lamkiong Tiong Hong. Ketika dia menghimpun tenaga besar, justru kawan- kawannya yang duluan bertindak pergi karena lawan- lawan mereka tergetar oleh teriakan penuh hawa dari Gan Bi Kim. Melihat mereka pergi, Bi Kim tersenyum. Dan, kemudian dia kembali menyerang Tiong Hong dengan jurus-jurus terakhir dan mujijat. Selajur angin serangan yang sangat dahsyat kembali mengarah ke Tiong Hong yang tentu saja tidak takut guna menghadapinya. Sebaliknya dari takut, dia justru mengerahkan kekuatan di lengannya dan menyambut serangan Bi Kim dengan keras lawan keras. Dan akibatnya, kembali keduanya berbenturan. Hanya saja, setelah pengalaman Beng Kui dan adiknya Sian Li, dia tahu bahwa Bi Kim juga akan segera pergi. Itulah sebabnya, dengan cepat dia meletik siap dan menyiapkan serangan pamungkas guna membekuk Bi Kim. Tetapi, belum lagi dia melepas serangan, terbayang terawang wajah Bi Kim yang manis dan menarik. Dan ini membuat Tiong Hong batal menyerang dengan kekuatan utamanya. Sebaliknya dia mengurangi iweekang yang melandasi serangan terakhirnya dan memberi kesempatan bagi Bi Kim untuk pergi. Sayang sekali, Beng Kui tidak tahu pikiran Tiong Hong. Dan karena dia yakin sekali, Bi Kim dibalik cadar itu, maka dia kemudian berkata sambil bergerak di antara Bi Kim dan Tiong Hong sambil berkata kepada Tiong Hong:
Bendera Maut - Kwee Oen Keng Tongkat Setan - Seng Kie-Su Dewa Linglung - 29. Begal dari Gunung Kidul Fear Street - Terror di Akhir Pekan Pendekar Mabuk - 90. Kematian Sang Durjana
"Dukkkkkk ....." Luar biasa. Lamkiong Tiong Hong kagum bukan buatan karena lawannya ternyata mampu menandingi kekuatan sinkangnya dan membuatnya terdorong setengah langkah kebelakang. Tetapi Tiong Hong tidah tahu jika lawan juga sama terguncangnya dengan dia. "Hmmmmm, tidak menyesal dia menjadi calon pewaris Lam Hay Bun ....... dia memang cukup hebat ...", demikian si pendatang yang menandingi dan menangkis serangan Tiong Hong. Siapakah gerangan tokoh berperawakan kecil langsing dan memiliki kekuatan hebat bahkan sanggup menandingi Tiong Hong tetapi mengenakan cadar diwajahnya? Dan mengapa pula dia bersuara lirih seakan takut orang lain tahu apa yang disampaikannya kepada Mahendra dan Gayatri? Jika melihat potongannya, maka tak diragukan dia seorang Perempuan. Tidak salah lagi. Dan memang, tokoh bercadar itu adalah si Gadis Gan Bi Kim yang sedang dicari-cari ubek-ubekan oleh Tham Beng Kui. Tahu-tahu, justru muncul di arena dalam posisi bermusuhan atau berseberangan dengan pihak yang dibela Tham Beng Kui. Mungkin, itu yang menjadi penyebab Gadis sakti itu mengenakan cadar agar tidak dikenali oleh Tham Beng Kui yang disukai dan dicintainya. Dan gadis yang akhir-akhir ini ikut dan sudah diangkat dan diaku sebagai murid oleh gembong wanita sakti Lamkiong Li Cu, sudah mengalami kemajuan yang sangat hebat. Dan kini bahkan secara berani mencoba menandingi Lamkiong Tiong Hong. Benturan pertama tadi membuktikan jika Gan Bi Kim bukan lagi Nona kemaren sore yang berkemapuan seadanya. Sebenarnya wajar dan masuk di akal dia memiliki keberanian. Mengapa? Karena ilmu-ilmu yang tadi dilontarkan Lamkiong Tiong Hong semuanya dia kuasai dan dapat dipraktekkannya dalam pertempuran, kecuali ilmu mujijat terkahir yang dikerahkan Tiong Hong. Ilmu yang membuatnya kagum dan membuatnya mengerti mengapa subonya mengatakan bahwa anak muda ini tokoh penting bagi gerakan mereka. Karena pemuda ini adalah calon pewaris tahta Tocu Lam Hay Bun. "Pantas dia hebat dan sakti", puji Gan Bi Kim tentu dalam hatinya belaka. Meski di hati berkata demikian, tetapi dalam gerakannya tidak tergambar rasa sungkan sedikitpun. Gan Bi Kim bergerak dengan landas gerak yang tidak asing bagi Tiong Hong, yakni Hai Liong Coan In (Naga Laut Menembus Awan), sebuah ginkang istimewa yang berlandaskan inti gerak Pintu Perguruan Lam Hay Bun. Karena itu, Tiong Hong kaget dan kagum, karena melihat kentalnya unsur gerak pintu perguruannya dalam langkah kaki Gan Bi Kim. Tetapi, serangan-serangan tangan Pek Tok Ci (Jari Tangan Beracun Putih) sama sekali bukan ilmu dari Lam Hay Bun, tetapi ilmu jari dari suhunya yang pertama Koai Tung Sin Kay. Meski dalam hati heran, tetapi Tiong Hong tidak berani alpa. Karena meski seorang diri, justru Bi Kim mampu dan sanggup menandinginya. Bahkan variasi gerak, serangan serta bertahan Gan Bi Kim masih lebih kaya dibandingkan Tiong Hong. Tetapi, dalam hal kemurnian iweekang dan kekokohan, Tiong Hong mampu mengunggulinya. Sementara gerak dan kegesitan, keduanya relatif berimbang. Karena itu, gerakan dan pertempuran keduanya jauh lebih menarik dibandingkan pertempuran sebelumnya dimana Tiong Hong dikeroyok habis Mahendra dan Gayatri. Pertempuran sebelumnya terlihat kurang imbang pada akhirnya, tetapi untuk pertempuran sekarang, Tiong Hong tidak berani memprediksikan bahwa dia akan memenangkan pertarungan ini dalam waktu singkat. Apalagi, keunggulannya dalam hal iweekang relatif bisa tidak banyak berpengaruh karena lawan jauh lebih fresh dan lebih bugar dibandingkan dirinya. Lawannya belum bertempur sebelumnya, sementara dia sampai sudah mengerahkan ilmu andalannya untuk mengalahkan Mahendra dan Gayatri. Dan Tiong Hong mendongkol karena tertundanya kemenangan yang sudah didepan mata. Sayang datang lawan yang baru ini mencegah kemenangan yang sudah di depan matanya tadi. Jika menang, setidaknya namanya akan sedikit terangkat di Tionggoan. "Haitttttttt .............." Sambil mengelak Bi Kim balas menyerang dengan gerak Pek Tok Ci Ciong Thian (Jari Beracun Putih Menembus Awan). Dengan cepat telunjuk kanannya nyelonong masuk melalui bawa lengan Tiong Hong yang dengan cepat memapak jemari itu dengan gerak manis Can Goat Siau Seng (Bulan Sabit Menyinari Bintang). Lengannya melengkung dengan gaya bulan sabit dan kemudian mendorong dari samping lengan Bi Kim yang nyelonong menotok kearah pinggang. Begitu lengannya tersampok miring, Bi Kim tidak kehilangan akal, dia bergerak dengan jurus Liu In Hui Sui (Awan Mengalir Lengan Baju Terbang). Namanya saja "Lengan Baju", tetapi yang benar, meski tersampok menyamping, dengan cepat Bi Kim membelokkan arah serangan dengan arah sedikit ke atas sebagai sasarannya. Jika kena totokan Pek Tok Ci yang kini dalam gerak cepat karena bertempur jarak dekat, maka celakalah Tiong Hong. Tetapi, memang tidak kecewa pemuda gemblengan ini menjadi calon penerus Tocu Lam Hay Bun, dengan cepat dia bergerak dengan jurus Hong Hwie Lu Coan (Bukit Melingkar Jalan Berputar). Pundaknya ditarik kesamping tanpa melangkah mundur atau menggeser langkah kesamping, cukup dengan badannya setengah berputar, berhasil dia memunahkan serangan totokan yang dilepaskan Gan Bi Kim. Bahkan masih dilanjutkannya dengan serangan balasan yang cukup hebat dengan jurus Liu An Hoa Beng (Pepohonan Gelap Bunga Terang). Jurus serangan balik ini terlihat sederhana, tetapi dibalik kesederhanaan itu tersimpan jurus serangan yang kuat dan berbahaya. Karena dari gerak menggeser tubuh kesamping, dia mendapat ruang untuk bergerak dengan gaya seperti tubuh menghindar, tetapi lengan kanan mengibas dengan kekuatan iweekang yang dahsyat. Tetapi, gerakan-gerakan cepat mereka yang selalu berganti jurus justru semakin menegaskan kehebatan mereka masing-masing. Cuma, setelah bergebrak beberapa kali, Tiong Hong segera sadar jika lawannya adalah seorang perempuan. Dari wajah yang menerawang dibalik cadar, Tiong Hong bisa melihat pemandangan yang kurang jelas. Meski menerawang dan kurang jelas, ada satu kesimpulan Tiong Hong, yakni bahwa lawannya adalah seorang gadis muda yang sudah dewasa dan matang, tetapi cantik manis dan menarik. Hanya, kesimpulannya itu tentu saja disimpan dalam hati belaka, karena saat itu mereka berdua sedang adu kebisaan, adu kepintaran untuk coba mengalahkan lawan secepatnya dengan ilmu- ilmu sakti. Sementara itu, Mahendra dan Gayatri yang tadinya menduga akan dengan mudah menangkap Lamkiong Sian Li menghadapi kenyataan mengejutkan. Gadis sakti asal Lam Hay itu ternyata sudah sembuh seperti sedia kala setelah beristirahat beberapa saat mengembalikan kebugarannya. Meski dia memang masih tetap dalam posisi samadhi, sebetulnya yang terjadi dia sedang asyik menyaksikan bagaimana Beng Kui yang dikaguminya itu menggempur dan kini sudah mendesak Janaswamy. Meskipun dia juga sadar, bukannya dalam waktu singkat Janaswamy dikalahkan Beng Kui, karena selisih mereka berdua terlampau tipis. Dengan kata lain, meski unggul, tetapi Beng Kui sebenarnya tidak sangat superior menghadapi Janaswamy. Keunggulan Beng Kui hanyalah soal kemurnian iweekang dan kekokohan, sementara untuk hal-hal lain, keduanya relatif seimbang. Masalahnya, Janaswamy sudah buang banyak tenaga sebelumnya menghadapi Sian Li. Sedang asyik-asyiknya mengikuti pertarungan Beng Kui dengan Janaswamy dan semakin lama panah asmara semakin menancap di hatinya, tiba-tiba keasyikan Sian Li terganggu oleh Mahendra dan Gayatri yang hendak menangkapnya. Mana mau Sian Li membiarkan dirinya ditangkap orang. Melihat keasyikannya terganggu dan malah Mahendra dan Gayatri datang-datang langsung menyerang, Lamkiong Sian Li menjadi murka dan gemas. Tanpa buang waktu, diapun membalas serangan-serangan Mahendra dan Gayatri yang kembali kecele, karena kemampuan Sian Li tidak jauh berbeda dengan kemampuan kakaknya. Bedanya, kekuatan iweekangnya masih belum sekuat dan sehebat kakaknya. Tetapi imu-ilmu lain, terutama tata gerak dan ginkang, dia masih sanggup merendengi kakaknya, bahkan lebih variatif dan kreatif dalam bergerak dan dalam mengembangkan tata gerak bertempur. Maka, dalam waktu singkat, semangat Mahendra dan Gayatri turun jauh ketika sadar, Sian Li tidak kurang hebat dibandingkan kakaknya, Lamkiong Tiong Hong. Dengan kebugaran yang sudah merosot jauh setelah digempur habis oleh Tiong Hong dan kini harus menempur pula adik perempuannya yang juga sakti nan digdaya, membuat keduanya resah. "Naga- naganya, misi kali ini sulit dituntaskan ....." begitu mereka berpikir dalam hati masing-masing. Dan memang benar adanya. Sian Li yang lebih bugar, justru mendesak keduanya secara habis-habisan. Untungnya Sian Li sendiri masih kurang pengalaman bertempur, dan ini yang membuat Mahendra dan Gayatri beroleh keuntungan, meski tidak lagi signifikan dan tidak menentukan hasil akhir pertempuran mereka bertiga. Dari 3 arena, arena yang menunjukkan sedikit keuntungan, adalah di pihak Tham Beng Kui dan Lamkiong Tiong Hong yang bertarung dengan penuh warna, penuh kreatifitas dan jurus-jurus ampuh yang aneh dan hebat. Sementara Lamkiong Sian Li, sanggup menandingi dan sedikit mendesak kombinasi serangan dan pertahanan Mehendra dan Gayatri. Kakek dan Nenek yang semangatnya sudah merosot jauh itu lebih sering diserang dan bertahan ketimbang melakukan penyerangan. Dengan demikian, boleh dibilang missi rahasia Mahendra, Gayatri, Janaswamy dan terakhir yang datang adalah Gan Bi Kim, sedang mengalami proses kegagalan. Tak dinyana, anak-anak muda yang dipancing datang untuk diculik, ternyata memiliki kemampuan yang luar biasa. Mereka bahkan mampu menandingi kemampuan team yang datang berempat guna menculik kedua anak muda itu. Menuju puncak pertarungan, tiba-tiba terdengar secara samar-samar suara: "Disana, disana ada pertempuran. Coba tengok, jangan-jangan keduanya sedang bertempur disana ..... cepat ....." Mendengar suara yang cukup ramai itu, terlihat Gan Bi Kim, Janaswamy serta juga Mahendra dan Gayatri tergetar. Nampaknya misi mereka sudah gagal. Karena yang datang jelas adalah rombongan Lam Hay Bun yang mengawal dan menjaga Tiong Hong dan Sian Li selama mendapat tugas Tocu Lam Hay untuk menghadiri acara di Markas Pusat Kaypang. Padahalnya lagi, di rombongan itu masih terdapat seorang jago lagi dari Lam Hay, yakni Hu Tocu Lam Hay Bun, Liu Kong yang masih sepupu dari Tocu Lam Hay Bun Lamkiong Bu Sek. Sudah tentu tokoh inipun bukanlah tokoh biasa, melainkan tokoh hebat dan sakti, karena diapun sudah menguasai ilmu-ilmu sakkti Lam Hay. Dan kepandaiannya bagi banyak orang di Lam Hay Bun, masih setanding atau mungkin malah melampaui sang Tocu. Tak ada yang berani memastikan karena memang tokoh ini nyaris tidak pernah bertempur. Tetapi meskipun demikian, dia sangatlah rajin menempa dirinya. Dialah salah satu dari 3 tokoh utama Lam Hay Bun sekarang ini, selain Tocu dan kakak perempuannya Liu Soan Li yang bertugas mengatur urusan dalam pulau Lam Hay. Jika tokoh itu yang datang, atau cukup anak buah Lam Hay Bun yang datang tetapi membekal Barisan Lam Hay yang terkenal, yakni Barisan Warna-Warni, maka akan sangat sulitlah bagi mereka melaksanakan misi rahasia itu. Bahkan akan berpengaruh terhadap keselamatan mereka. Dan jika benar mereka adalah orang-orang Lam Hay Bun, maka bahaya mengancam karena orang-orang itu semakin lama semakin mendekat. Dan Nona Gan Bi Kim, Janaswamy, Mahendra dan Gayatri sudah pasrah dan merelakan kenyataan bahwa tugas mereka kali inipun sudah terancam kegagalan. Gagal total. Dan menghadapi kenyataan itu, serentak dalam hati mereka secara seragam memikirkan jalan mundur. Gelagat itu sudah dirasakan terutama oleh Tham Beng Kui. Sementara Lamkiong Sian Li dan Lamkiong Tiong Hong yang minim pengalaman karena hidup jauh di Laut Selatan, kurang menyadari gelagat tersebut. Dan ini keuntungan bagi Bi Kim dan kawan-kawannya. Tiba-tiba, adalah Gan Bi Kim yang terlebih dahulu mendesak lawan dengan ilmu silat hebat guna membuka jalan pergi: "Haiiiiiiiiiiitttttttttttttttttttt ....................." Dengan gerakan sederhana tetapi mendatangkan angin pukulan yang luar biasa karena telah menggunakan ilmu hebatnya, yakni Thian Ki Te Ling Sin Ciang (Pukulan Bumi Sakti Rahasia Alam). Teriakan Bi Kim membahana, karena memang dia menyertakan kekuatan luar biasa guna membuka jalan pergi. Teriakannya bahkan membuat arena lain ikut guncang dan terpengaruh, dan yang memanfaatkannya duluan adalah Gayatri dan Mahendra. Serentak, mereka menyerang hebat Sian Li yang cepat mundur ke belakang. Tetapi, memang itu target Mahendra dan Gayatri, pada saat Sian Li mundur, dengan terkekeh-kekeh bagai menang perang, merekapun mencelat ke belakang dan kemudian pergi sambil berkata: "Lain kali kita lanjutkan ........." Sian Li hendak mengejar, tetapi belum lagi dia bergerak mengejar, tiba-tiba Janaswamy berlaku serupa. Menyerang dengan kekuatan penuh menggunakan jurus pamungkas dari ilmu Kip Kip Seng Thian (Setingkat Demi Setingkat Naik Ke Langit) dengan jurus Hong Lui Kiau Ki (Angin Geledek Saling Berhantam). Hawa panas disertai dentuman geledek dan angin ribut membahana menyerang Beng Kui, tetapi Beng Kui sudah sangat siap. Dia mendorong dengan kekuatan dahsyat menggunakan ilmu Tui Hong Kiam Ciang, menebas ke arah lawan dengan tangan pedang yang sangat berbahaya. Tetapi, serangan Janaswamy tadi cuma luarnya yang berisi, dalamnya sama sekali melompong. Karena memang, seperti Mahendra dan Gayatri, diapun sudah bersiap melarikan diri ......... Benar saja, benturan Beng Kui dengan lengannya membuat dia terdorong ke belakang. Tetapi, dari mestinya cuma terdorong satu atau dua langkah, dia justru terlontar ke belakang dan kemudian meletik lebih jauh ke belakang dan akhirnya membalikkan badan untuk pergi. Melarikan diri. Dan Beng Kui membiarkannya berlalu, tetapi Janawamy masih sempat mengeluarkan ancaman: "Kita belum tuntas sama sekali, akan ada waktu kita menuntaskan semua kepenasaran pada hari ini ....." dan setelah mengeluarkan suara itu, jejak dan kemudian tubuh Janaswamypun lenyap dari pandangan. Yang masih tertinggal adalah Gan Bi Kim yang bertarung seimbang dengan Lamkiong Tiong Hong. Ketika dia menghimpun tenaga besar, justru kawan- kawannya yang duluan bertindak pergi karena lawan- lawan mereka tergetar oleh teriakan penuh hawa dari Gan Bi Kim. Melihat mereka pergi, Bi Kim tersenyum. Dan, kemudian dia kembali menyerang Tiong Hong dengan jurus-jurus terakhir dan mujijat. Selajur angin serangan yang sangat dahsyat kembali mengarah ke Tiong Hong yang tentu saja tidak takut guna menghadapinya. Sebaliknya dari takut, dia justru mengerahkan kekuatan di lengannya dan menyambut serangan Bi Kim dengan keras lawan keras. Dan akibatnya, kembali keduanya berbenturan. Hanya saja, setelah pengalaman Beng Kui dan adiknya Sian Li, dia tahu bahwa Bi Kim juga akan segera pergi. Itulah sebabnya, dengan cepat dia meletik siap dan menyiapkan serangan pamungkas guna membekuk Bi Kim. Tetapi, belum lagi dia melepas serangan, terbayang terawang wajah Bi Kim yang manis dan menarik. Dan ini membuat Tiong Hong batal menyerang dengan kekuatan utamanya. Sebaliknya dia mengurangi iweekang yang melandasi serangan terakhirnya dan memberi kesempatan bagi Bi Kim untuk pergi. Sayang sekali, Beng Kui tidak tahu pikiran Tiong Hong. Dan karena dia yakin sekali, Bi Kim dibalik cadar itu, maka dia kemudian berkata sambil bergerak di antara Bi Kim dan Tiong Hong sambil berkata kepada Tiong Hong: