Cerita Silat | Imam Tanpa Bayangan II | oleh Xiao Say | Imam Tanpa Bayangan II | Cersil Sakti | Imam Tanpa Bayangan II pdf
Iliana Tan - Winter in Tokyo Ilana Tan - Summer in Seoul Ilana Tan - Spring in London Ilana Tan - Autumn in Paris Game Is Over - Yatna Pelangi
Lie Toa Gou terkesiap, tanpa terasa ia berpaling dan memandang sekejap ke sekeliling tempat itu, tampak oleh Cin Siong lo-jin dengan membawa serta anak buahnya telah kabur semua dari situ, suasana sunyi dan hening... dalam ruangan besar tinggal dia seorang diri belaka, hal ini membuat air mukanya berubah hebat, rasa bergidik muncul dalam hati dan bayangan kematian terlintas dalam benak. "Cin Siong... Cin Siong..." teriaknya dengan penuh ketakutan. "Hmmmm! Dia tak nanti akan mengurusi mati hidupmu lagi, kau hanya suatu alat baginya untuk mewujudkan cita-citanya, sekarang setelah Hoa Pek Tuo menganggap kau tiada nilainya lagi sudah tentu tak akan menggubris dirimu lagi, aku lihat lebih baik kau bunuh diri saja..." "Hoa Pek Tuo..." seru Jago Pedang Berdarah Dingin dengan hati tercekat, "di manakah Hoa Pek Tuo?" "Cin Siong lo-jin yang baru kau temui bukan lain adalah penyaruan dari Hoa Pek Tuo..." sahut dara baju merah itu perlahan. "Kau... mengapa tidak kau katakan sedari tadi..." Tatkala pemuda itu tahu bahwa musuh besar yang diburunya selama ini baru saja berdiri di hadapannya dan kemudian dilepaskan kembali dengan begitu saja, hawa amarah dan rasa dendam yang bergelora dalam dadanya sukar dikendalikan lagi, dengan wajah merah menahan emosi dia loncat keluar dari ruangan itu. "Eeeei... kau hendak pergi ke mana?" teriak dara baju merah itu sambil menghadang di hadapannya. "Aku hendak mengejar dirinya dan bunuh bangsat tua itu!" sahut Jago Pedang Berdarah Dingin dengan penuh kebencian. Dara baju merah menghela napas sedih, ujarnya : "Kau tak mungkin bisa menyusul dirinya, sekarang entah dia sudah menyembunyikan diri di tempat mana... kau tak usah membenci diriku, aku mengira kau sudah mengetahuinya sejak semula, ketika itu berhubung kedudukanku tak mungkin bagiku untuk mengutarakannya secara terus terang..." Pek In Hoei menghela napas panjang. "Aaai...! Aku tidak menyalahkan dirimu." "Tetapi aku telah melepaskan seorang pembunuh besar yang telah membinasakan ayahmu!" Gadis itu berhenti sebentar, tiba-tiba sorot matanya yang tajam membentur di atas tubuh Lie Toa Gou sambungnya : "Untung kita masih menahan seorang di sini, bajingan ini adalah manusia yang paling jahat dan memuakkan..." "Kentut busukmu...!" maki Lie Toa Gou dengan gusar. "Ayoh tunjukkan wajah aslimu, menyembunyikan terus menerus macam anak dara hanya akan memalukan dirimu sendiri... aku terlalu jelas mengetahui akan asal usulmu, semua gerak-gerikmu serta Hoa Pek Tuo tak pernah lolos dari pandangan mataku..." "Kau ngaco belo tak karuan dan pintanya cuma bicara seenaknya sendiri," teriak lt sambil melangkah maju, pedangnya diputar di tengah udara, "coba katakan siapakah aku..." "Hmmm! Ketua dari perguruan Bu-liang-tong, apakah kau memaksa aku untuk menyebutkan namamu lebih dahulu kemudian baru mau unjukkan wajah aslimu..." "Heeeeh... heeeeh... heeeeh... " Lie Toa Gou tertawa seram, "kalau memang kau sudah mengetahui segala sesuatunya, aku pun tak usah menyembunyikan diri lagi, sedikit pun tidak salah! Aku adala Go Kiam Lam..." Dia hapus ke atas raut wajahnya dan seketika itu juga muncullah raut wajah aslinya. Dengan wajah menyeringai seram dia melotot sekejap ke arah Pek In Hoei dengan penuh kebencian, sorot matanya memancarkan napsu membunuh yang tebal sementara tubuhnya perlahan- lahan mengundurkan diri ke belakang. Jago Pedang Berdarah Dingin berdiri tertegun, rupanya semua peristiwa yang terjadi saat itu telah mencengangkan hatinya, ia tak pernah menduga kalau Go Kiam Lam ketua dari perguruan Boo Liang Tiong yang sudah diusir dari wilayah selatan bisa muncul kembali di situ. Ia tertawa dingin dan segera menegur : "Go Kiam Lam, kenapa kau menyusup kembali ke daratan Tionggoan..." "Hmmm! anak murid perguruan Boo Liang Tiong kami telah kau usir pergi semua dari wilayah selatan sehingga membuat kami tak ada tempat untuk berpijak kaki lagi, aku sebagai ketua dari suatu perguruan besar tentu saja harus berusaha mencari akal untuk mencuci bersih penghinaan ini, aku harus rebut kembali wilayah selatan dan membinasakan dirimu, untuk membunuh engkau aku terpaksa harus mencari komplotan untuk bekerja sama..." "Sayang seribu sayang, harapanmu itu untuk selama- lamanya tak akan terwujud!" jengek Pek In Hoei dengan sorot mata memancarkan cahaya napsu membunuh. "Heeeeh... heeeeh... heeeeh... belum tentu begitu," seru Go Kiam Lam sambil tertawa kering, "coba bayangkan saja ketika partai Thiam cong memusnahkan Boo Liang Tiong kami, bukankah akhirnya dendam sakit hati ini berhasil kutuntut balas?? Aku tidak nanti akan takut atau jeri terhadap kau si Jago Pedang Berdarah Dingin..." "Haaaah... haaaah... haaaah... aku menyesal kenapa tidak membunuh engkau sedari dulu, membiarkan manusia tak punya otak yang selama hidupnya hanya memikirkan soal membalas dendam seperti kau hanya akan mendatangkan badai pembunuhan berdarah dalam dunia persilatan..." "Tujuan hidup kita berbeda satu sama lainnya, tentu saja cara bekerjanya juga berbeda!" "Hmmm! Dan sayang justru karena cara hidupmu itu maka kau mesti kehilangan jiwa di tanganku, sekarang aku baru tahu betapa jahat dan kejinya dirimu itu, kau lebih jahat dari siapa pun, begitu jahat sehingga menimbulkan ras benci bagi siapa pun yang melihatnya..." "Heeeeh... heeeeh... heeeeh... apa kau anggap dirimu jauh lebih baik daripada diriku?? Tak usah mencerca orang melulu..." Dar baju merah yang selama ini membungkam terus tiba-tiba mendengus dingin serunya : "Kau telah menjadi ikan dalam jaring, aku harap sedikitlah engkau tahu diri, jangan bicara terus dengan kata-kata yang bukan-bukan..." "Nona, boleh dibilang hari ini aku serta Hoa lo sianseng telah jatuh kecundang di tanganmu, kalau bukan kau yang menghalangi perbuatan bajingan cilik itu, sekarang Pek In Hoei pasti sudah modar di ujung Kiam hu tersebut, bicara terus terangnya saja aku merasa amat tidak rela karena mesti menderita kekalahan secara tragis, kalau mau kalah seharusnya kalah secara terang-terangan. Dapatkah kau melepaskan kain kerudungmu itu agar aku bisa tahu siapakah yang memiliki kepandaian sehebat itu sehingga terhadap Hoa Pek Tuo pun tidak pandang sebelah mata..." "Apakah kau bersikeras ingin melihat??" "Tentu saja harus lihat!" sahut Go Kiam Lam dengan wajah serius, "bagaimana pun toa-ya juga seorang pemimpin dari suatu perguruan besar, aku tak ingin menderita kalah di tangan seseorang yang sama sekali tak kuketahui tampangnya, bila berita ini sampai tersiar di luaran, bukankah kawan-kawan dunia persilatan akan mentertawakan ketololan serta ketidakbecusanku..." Dara baju merah itu berpikir sebentar, kemudian katanya : "Boleh saja aku perlihatkan wajahku kepadamu, tetapi aku pun mempunyai sebuah syarat." "Berada dalam keadaan begini, rasanya sekali pun tak kukabulkan juga tak mungkin..." jengek Go Kiam Lam dingin. Dalam pada itu posisinya boleh dibilang sama sekali terjepit, empat penjuru dikepung oleh musuh tangguh, ia menyadari bahwa harapannya untuk melarikan diri kecil sekali, oleh karena itu sikapnya jauh lebih tenang, ia bersiap sedia untuk melangsungkan pertempuran sengit melawan musuh-musuhnya. "Ketahuilah, begitu raut wajahku terlihat olehmu maka aku akan segera membinasakan dirimu," ujar dara baju merah itu dengan suara dingin. "Apa?" seru Go Kiam Lam dengan badan gemetar keras, "kau hendak membinasakan diriku?" "Sedikit pun tidak salah!" dara baju merah itu mengangguk dengan sikap tegas, "oleh sebab aku menutup raut wajahku, tujuannya bukan lain adalah aku tak ingin berjumpa dengan Hoa Pek Tuo dalam raut wajah asliku, aku takut hal itu akan menyebabkan ketidak-senangan hati bagi ke-dua belah pihak. Bagaimana kau suka menerima syaratku itu atau tidak?? Atau mungkin kau batalkan niatmu itu?" "Hmm! Tidak sulit untuk membinasakan diriku tetapi aku harus mengetahui lebih dulu sampai di manakah kemampuan yang kau miliki." "Huuh! Aku berani memperlihatkan raut wajah asliku kepadamu berarti aku mempunyai cara pula untuk membinasakan dirimu. Go Tiongcu, kalau kau menyesal sekarang masih belum terlambat, daripada nanti setelah jiwamu terancam kau lantas merengek- rengek minta ampun." "Kentut busuk makmu," bentak Go Kiam Lam sambil memutar pedangnya, "toayamu bukan manusia tak berdaya yang begitu tak becus, kalau betul-betul begitu aku tak nanti bisa mencari makan dalam dunia persilatan, aku tentu sudah mati karena bunuh diri." Dara baju merah tertawa dingin. "Baiklah kalau begitu, sejak saat ini di dalam dunia persilatan sudah tak terdapat manusia macam dirimu lagi!" Perlahan-lahan dia menggerakkan tangannya yang putih bersih dan melepaskan kain kerudung merah yang menutupi raut wajahnya. Sinar mata semua orang segera dialihkan ke arah gadis itu dan mereka berseru tertahan, kiranya dara baju merah itu bukan lain adalah Wie Chin Siang. "Oooh... kau!" seru Go Kiam Lam tertegun. "Sepantasnya kalau kau sudah menduga akan diriku sejak tadi, kalau bukan aku dari mana semua rahasia kalian bisa aku ketahui dengan begitu jelas? Rencana kalian di ruang rahasia serta perbuatan kalian memaksa Can Keng Hong untuk mengikuti perintah kalian telah kuketahui semua sejelas-jelasnya." "Oooh...! Jadi kau telah mengkhianati kami," teriak Go Kiam Lam dengan suara gemetar. Wie Chin Siang mendengus dingin. "Hmm! Persoalan bukan mengkhianati atau tidak, yang benar adalah cara hidup kalian yang konyol dan tidak tepat pada garis-garis yang sebetulnya, aku sudah lama sekali mengikuti di belakang kalian, dan setiap kali kau telah meninggalkan jejak." "Seandainya aku tidak memandang di atas wajah Hoa Lo-sianseng, mungkin sejak dulu-dulu kau sudah menemui ajalmu di tanganku," seru Go Kiam Lam dengan penuh kebencian, "aku benar-benar menyesal mengapa membiarkan kau hidup hingga kini, kalau tidak sekarang tak seorang manusia pun yang mampu melarikan diri dari cengkeramanku." Wie Chin Siang tertawa dingin. "Sayang sekali rencana besarmu mengalami kegagalan total dan terbongkar sebelum berhasil dilaksanakan, inilah yang dinamakan mau celakai orang akhirnya diri sendiri yang kena dicelakai, mungkin itulah ganjaran yang mesti kau terima akibat perbuatan-perbuatanmu di masa lampau, rupanya kau memang sudah ditakdirkan untuk mati di dalam ruangan ini." "Kita akan mati bersama, jika kau inginkan cuma aku orang she Go yang mati... hmm... hmmm tidak akan begitu gampang, paling sedikit aku harus mencari seorang teman untuk melakukan perjalanan bersama- sama." Dengan wajah menyeringai seram jagp dari perguruan Boo Liang Tiong itu segera ayun pedangnya membentuk satu lingkaran busur di tengah udara, ia telah bertekad untuk melakukan pertarungan mati- matian dengan nyawa sendiri sebagai taruhan. "Oooh...! Rupanya kau masih tidak terima... baiklah, terpaksa aku harus turun tangan sendiri," ujar Wie Chin Siang dengan suara ketus. Gerakan tubuhnya cepat sekali, dengan satu loncatan yang ringan gadis itu melayang ke tengah udara, pedangnya bergelombang memantulkan berlapis-lapis ombak pedang yang mana seketika memaksa Go Kiam Lam tergetar mundur beberapa langkah ke belakang. Ketua dari perguruan Boo Liang Tiong jadi terperanjat, ia tak menduga kalau ilmu silat yang dimiliki gadis itu telah mendapat kemajuan pesat, sejak berpisah di bukit Thiam cong bukan saja ilmu pedangnya bertambah hebat bahkan tenaga dalam pun peroleh kemajuan pesat. Ia tertawa keras, pedangnya digetarkan kencang- kencang dan langsung melancarkan sebuah bacokan ke arah depan. Bagian 40 AIR muka Wie Chin Siang berubah jadi dingin dan ketus bagaikan salju abadi di kutub utara, ia mendengus dingin, tiba-tiba pedangnya menggetar keras dan ibaratnya seekor ular tiba-tiba menerobos ke atas dari arah bawah. "Aaaah...!" dengan perasaan bergidik bercampur kaget Go Kiam Lam berteriak keras, tubuhnya bagaikan kilat meluncur ke depan lalu memandang ke arah gadis muda itu dengan pandangan tercengang, serunya menahan goncangan hati yang hebat : "Dari mana kau pelajari jurus serangan tersebut?" "Hmmm! Jadi kau pun kenal dengan jurus seranganku ini? Orang yang mewariskan jurus serangan tersebut kepadaku pernah berpesan kepadaku agar membinasakan engkau, aku harap setelah kau melihat jurus seranganku ini segeralah menggorok leher untuk membunuh diri." "Jadi setan tua itu belum modar?" teriak Go Kiam Lam dengan tubuh gemetar keras. "Huuh...! Sebelum kau berhasil ditundukkan dan dimusnahkan dari muka bumi tak nanti dia akan pergi lebih dahulu, Go Kiam Lam hari ini kau tak usah putar otak berusaha mencari akal busuk lagi, aku tak nanti akan melepaskan dirimu lagi." Dalam keadaan seperti ini Go Kiam Lam tak mampu mengucapkan sepatah kata pun, hanya sepasang matanya yang ganas dan bengis menatap wajah Wie Chin Siang tanpa berkedip, seakan-akan hendak menerkam dara baju merah itu dan menelannya bulat-bulat. Mendadak ia menjerit keras, sambil ayunkan pedangnya ia menerjang ke muka bagaikan banteng terluka. Wie Chin Siang segera mengundurkan diri ke belakang, pedangnya berputar dan langsung menyapu ke atas, permainan jurus yang sama sekali berbeda dari aliran ilmu pedang pada umumnya ini jarang sekali ditemukan di daratan Tionggoan, hal itu membuat Go Kiam Lam tertegun dan air mukanya berubah hebat, untuk sesaat wajahnya diliputi rasa takut bercampur kaget. "Aduuuh...!"
Iliana Tan - Winter in Tokyo Ilana Tan - Summer in Seoul Ilana Tan - Spring in London Ilana Tan - Autumn in Paris Game Is Over - Yatna Pelangi
Lie Toa Gou terkesiap, tanpa terasa ia berpaling dan memandang sekejap ke sekeliling tempat itu, tampak oleh Cin Siong lo-jin dengan membawa serta anak buahnya telah kabur semua dari situ, suasana sunyi dan hening... dalam ruangan besar tinggal dia seorang diri belaka, hal ini membuat air mukanya berubah hebat, rasa bergidik muncul dalam hati dan bayangan kematian terlintas dalam benak. "Cin Siong... Cin Siong..." teriaknya dengan penuh ketakutan. "Hmmmm! Dia tak nanti akan mengurusi mati hidupmu lagi, kau hanya suatu alat baginya untuk mewujudkan cita-citanya, sekarang setelah Hoa Pek Tuo menganggap kau tiada nilainya lagi sudah tentu tak akan menggubris dirimu lagi, aku lihat lebih baik kau bunuh diri saja..." "Hoa Pek Tuo..." seru Jago Pedang Berdarah Dingin dengan hati tercekat, "di manakah Hoa Pek Tuo?" "Cin Siong lo-jin yang baru kau temui bukan lain adalah penyaruan dari Hoa Pek Tuo..." sahut dara baju merah itu perlahan. "Kau... mengapa tidak kau katakan sedari tadi..." Tatkala pemuda itu tahu bahwa musuh besar yang diburunya selama ini baru saja berdiri di hadapannya dan kemudian dilepaskan kembali dengan begitu saja, hawa amarah dan rasa dendam yang bergelora dalam dadanya sukar dikendalikan lagi, dengan wajah merah menahan emosi dia loncat keluar dari ruangan itu. "Eeeei... kau hendak pergi ke mana?" teriak dara baju merah itu sambil menghadang di hadapannya. "Aku hendak mengejar dirinya dan bunuh bangsat tua itu!" sahut Jago Pedang Berdarah Dingin dengan penuh kebencian. Dara baju merah menghela napas sedih, ujarnya : "Kau tak mungkin bisa menyusul dirinya, sekarang entah dia sudah menyembunyikan diri di tempat mana... kau tak usah membenci diriku, aku mengira kau sudah mengetahuinya sejak semula, ketika itu berhubung kedudukanku tak mungkin bagiku untuk mengutarakannya secara terus terang..." Pek In Hoei menghela napas panjang. "Aaai...! Aku tidak menyalahkan dirimu." "Tetapi aku telah melepaskan seorang pembunuh besar yang telah membinasakan ayahmu!" Gadis itu berhenti sebentar, tiba-tiba sorot matanya yang tajam membentur di atas tubuh Lie Toa Gou sambungnya : "Untung kita masih menahan seorang di sini, bajingan ini adalah manusia yang paling jahat dan memuakkan..." "Kentut busukmu...!" maki Lie Toa Gou dengan gusar. "Ayoh tunjukkan wajah aslimu, menyembunyikan terus menerus macam anak dara hanya akan memalukan dirimu sendiri... aku terlalu jelas mengetahui akan asal usulmu, semua gerak-gerikmu serta Hoa Pek Tuo tak pernah lolos dari pandangan mataku..." "Kau ngaco belo tak karuan dan pintanya cuma bicara seenaknya sendiri," teriak lt sambil melangkah maju, pedangnya diputar di tengah udara, "coba katakan siapakah aku..." "Hmmm! Ketua dari perguruan Bu-liang-tong, apakah kau memaksa aku untuk menyebutkan namamu lebih dahulu kemudian baru mau unjukkan wajah aslimu..." "Heeeeh... heeeeh... heeeeh... " Lie Toa Gou tertawa seram, "kalau memang kau sudah mengetahui segala sesuatunya, aku pun tak usah menyembunyikan diri lagi, sedikit pun tidak salah! Aku adala Go Kiam Lam..." Dia hapus ke atas raut wajahnya dan seketika itu juga muncullah raut wajah aslinya. Dengan wajah menyeringai seram dia melotot sekejap ke arah Pek In Hoei dengan penuh kebencian, sorot matanya memancarkan napsu membunuh yang tebal sementara tubuhnya perlahan- lahan mengundurkan diri ke belakang. Jago Pedang Berdarah Dingin berdiri tertegun, rupanya semua peristiwa yang terjadi saat itu telah mencengangkan hatinya, ia tak pernah menduga kalau Go Kiam Lam ketua dari perguruan Boo Liang Tiong yang sudah diusir dari wilayah selatan bisa muncul kembali di situ. Ia tertawa dingin dan segera menegur : "Go Kiam Lam, kenapa kau menyusup kembali ke daratan Tionggoan..." "Hmmm! anak murid perguruan Boo Liang Tiong kami telah kau usir pergi semua dari wilayah selatan sehingga membuat kami tak ada tempat untuk berpijak kaki lagi, aku sebagai ketua dari suatu perguruan besar tentu saja harus berusaha mencari akal untuk mencuci bersih penghinaan ini, aku harus rebut kembali wilayah selatan dan membinasakan dirimu, untuk membunuh engkau aku terpaksa harus mencari komplotan untuk bekerja sama..." "Sayang seribu sayang, harapanmu itu untuk selama- lamanya tak akan terwujud!" jengek Pek In Hoei dengan sorot mata memancarkan cahaya napsu membunuh. "Heeeeh... heeeeh... heeeeh... belum tentu begitu," seru Go Kiam Lam sambil tertawa kering, "coba bayangkan saja ketika partai Thiam cong memusnahkan Boo Liang Tiong kami, bukankah akhirnya dendam sakit hati ini berhasil kutuntut balas?? Aku tidak nanti akan takut atau jeri terhadap kau si Jago Pedang Berdarah Dingin..." "Haaaah... haaaah... haaaah... aku menyesal kenapa tidak membunuh engkau sedari dulu, membiarkan manusia tak punya otak yang selama hidupnya hanya memikirkan soal membalas dendam seperti kau hanya akan mendatangkan badai pembunuhan berdarah dalam dunia persilatan..." "Tujuan hidup kita berbeda satu sama lainnya, tentu saja cara bekerjanya juga berbeda!" "Hmmm! Dan sayang justru karena cara hidupmu itu maka kau mesti kehilangan jiwa di tanganku, sekarang aku baru tahu betapa jahat dan kejinya dirimu itu, kau lebih jahat dari siapa pun, begitu jahat sehingga menimbulkan ras benci bagi siapa pun yang melihatnya..." "Heeeeh... heeeeh... heeeeh... apa kau anggap dirimu jauh lebih baik daripada diriku?? Tak usah mencerca orang melulu..." Dar baju merah yang selama ini membungkam terus tiba-tiba mendengus dingin serunya : "Kau telah menjadi ikan dalam jaring, aku harap sedikitlah engkau tahu diri, jangan bicara terus dengan kata-kata yang bukan-bukan..." "Nona, boleh dibilang hari ini aku serta Hoa lo sianseng telah jatuh kecundang di tanganmu, kalau bukan kau yang menghalangi perbuatan bajingan cilik itu, sekarang Pek In Hoei pasti sudah modar di ujung Kiam hu tersebut, bicara terus terangnya saja aku merasa amat tidak rela karena mesti menderita kekalahan secara tragis, kalau mau kalah seharusnya kalah secara terang-terangan. Dapatkah kau melepaskan kain kerudungmu itu agar aku bisa tahu siapakah yang memiliki kepandaian sehebat itu sehingga terhadap Hoa Pek Tuo pun tidak pandang sebelah mata..." "Apakah kau bersikeras ingin melihat??" "Tentu saja harus lihat!" sahut Go Kiam Lam dengan wajah serius, "bagaimana pun toa-ya juga seorang pemimpin dari suatu perguruan besar, aku tak ingin menderita kalah di tangan seseorang yang sama sekali tak kuketahui tampangnya, bila berita ini sampai tersiar di luaran, bukankah kawan-kawan dunia persilatan akan mentertawakan ketololan serta ketidakbecusanku..." Dara baju merah itu berpikir sebentar, kemudian katanya : "Boleh saja aku perlihatkan wajahku kepadamu, tetapi aku pun mempunyai sebuah syarat." "Berada dalam keadaan begini, rasanya sekali pun tak kukabulkan juga tak mungkin..." jengek Go Kiam Lam dingin. Dalam pada itu posisinya boleh dibilang sama sekali terjepit, empat penjuru dikepung oleh musuh tangguh, ia menyadari bahwa harapannya untuk melarikan diri kecil sekali, oleh karena itu sikapnya jauh lebih tenang, ia bersiap sedia untuk melangsungkan pertempuran sengit melawan musuh-musuhnya. "Ketahuilah, begitu raut wajahku terlihat olehmu maka aku akan segera membinasakan dirimu," ujar dara baju merah itu dengan suara dingin. "Apa?" seru Go Kiam Lam dengan badan gemetar keras, "kau hendak membinasakan diriku?" "Sedikit pun tidak salah!" dara baju merah itu mengangguk dengan sikap tegas, "oleh sebab aku menutup raut wajahku, tujuannya bukan lain adalah aku tak ingin berjumpa dengan Hoa Pek Tuo dalam raut wajah asliku, aku takut hal itu akan menyebabkan ketidak-senangan hati bagi ke-dua belah pihak. Bagaimana kau suka menerima syaratku itu atau tidak?? Atau mungkin kau batalkan niatmu itu?" "Hmm! Tidak sulit untuk membinasakan diriku tetapi aku harus mengetahui lebih dulu sampai di manakah kemampuan yang kau miliki." "Huuh! Aku berani memperlihatkan raut wajah asliku kepadamu berarti aku mempunyai cara pula untuk membinasakan dirimu. Go Tiongcu, kalau kau menyesal sekarang masih belum terlambat, daripada nanti setelah jiwamu terancam kau lantas merengek- rengek minta ampun." "Kentut busuk makmu," bentak Go Kiam Lam sambil memutar pedangnya, "toayamu bukan manusia tak berdaya yang begitu tak becus, kalau betul-betul begitu aku tak nanti bisa mencari makan dalam dunia persilatan, aku tentu sudah mati karena bunuh diri." Dara baju merah tertawa dingin. "Baiklah kalau begitu, sejak saat ini di dalam dunia persilatan sudah tak terdapat manusia macam dirimu lagi!" Perlahan-lahan dia menggerakkan tangannya yang putih bersih dan melepaskan kain kerudung merah yang menutupi raut wajahnya. Sinar mata semua orang segera dialihkan ke arah gadis itu dan mereka berseru tertahan, kiranya dara baju merah itu bukan lain adalah Wie Chin Siang. "Oooh... kau!" seru Go Kiam Lam tertegun. "Sepantasnya kalau kau sudah menduga akan diriku sejak tadi, kalau bukan aku dari mana semua rahasia kalian bisa aku ketahui dengan begitu jelas? Rencana kalian di ruang rahasia serta perbuatan kalian memaksa Can Keng Hong untuk mengikuti perintah kalian telah kuketahui semua sejelas-jelasnya." "Oooh...! Jadi kau telah mengkhianati kami," teriak Go Kiam Lam dengan suara gemetar. Wie Chin Siang mendengus dingin. "Hmm! Persoalan bukan mengkhianati atau tidak, yang benar adalah cara hidup kalian yang konyol dan tidak tepat pada garis-garis yang sebetulnya, aku sudah lama sekali mengikuti di belakang kalian, dan setiap kali kau telah meninggalkan jejak." "Seandainya aku tidak memandang di atas wajah Hoa Lo-sianseng, mungkin sejak dulu-dulu kau sudah menemui ajalmu di tanganku," seru Go Kiam Lam dengan penuh kebencian, "aku benar-benar menyesal mengapa membiarkan kau hidup hingga kini, kalau tidak sekarang tak seorang manusia pun yang mampu melarikan diri dari cengkeramanku." Wie Chin Siang tertawa dingin. "Sayang sekali rencana besarmu mengalami kegagalan total dan terbongkar sebelum berhasil dilaksanakan, inilah yang dinamakan mau celakai orang akhirnya diri sendiri yang kena dicelakai, mungkin itulah ganjaran yang mesti kau terima akibat perbuatan-perbuatanmu di masa lampau, rupanya kau memang sudah ditakdirkan untuk mati di dalam ruangan ini." "Kita akan mati bersama, jika kau inginkan cuma aku orang she Go yang mati... hmm... hmmm tidak akan begitu gampang, paling sedikit aku harus mencari seorang teman untuk melakukan perjalanan bersama- sama." Dengan wajah menyeringai seram jagp dari perguruan Boo Liang Tiong itu segera ayun pedangnya membentuk satu lingkaran busur di tengah udara, ia telah bertekad untuk melakukan pertarungan mati- matian dengan nyawa sendiri sebagai taruhan. "Oooh...! Rupanya kau masih tidak terima... baiklah, terpaksa aku harus turun tangan sendiri," ujar Wie Chin Siang dengan suara ketus. Gerakan tubuhnya cepat sekali, dengan satu loncatan yang ringan gadis itu melayang ke tengah udara, pedangnya bergelombang memantulkan berlapis-lapis ombak pedang yang mana seketika memaksa Go Kiam Lam tergetar mundur beberapa langkah ke belakang. Ketua dari perguruan Boo Liang Tiong jadi terperanjat, ia tak menduga kalau ilmu silat yang dimiliki gadis itu telah mendapat kemajuan pesat, sejak berpisah di bukit Thiam cong bukan saja ilmu pedangnya bertambah hebat bahkan tenaga dalam pun peroleh kemajuan pesat. Ia tertawa keras, pedangnya digetarkan kencang- kencang dan langsung melancarkan sebuah bacokan ke arah depan. Bagian 40 AIR muka Wie Chin Siang berubah jadi dingin dan ketus bagaikan salju abadi di kutub utara, ia mendengus dingin, tiba-tiba pedangnya menggetar keras dan ibaratnya seekor ular tiba-tiba menerobos ke atas dari arah bawah. "Aaaah...!" dengan perasaan bergidik bercampur kaget Go Kiam Lam berteriak keras, tubuhnya bagaikan kilat meluncur ke depan lalu memandang ke arah gadis muda itu dengan pandangan tercengang, serunya menahan goncangan hati yang hebat : "Dari mana kau pelajari jurus serangan tersebut?" "Hmmm! Jadi kau pun kenal dengan jurus seranganku ini? Orang yang mewariskan jurus serangan tersebut kepadaku pernah berpesan kepadaku agar membinasakan engkau, aku harap setelah kau melihat jurus seranganku ini segeralah menggorok leher untuk membunuh diri." "Jadi setan tua itu belum modar?" teriak Go Kiam Lam dengan tubuh gemetar keras. "Huuh...! Sebelum kau berhasil ditundukkan dan dimusnahkan dari muka bumi tak nanti dia akan pergi lebih dahulu, Go Kiam Lam hari ini kau tak usah putar otak berusaha mencari akal busuk lagi, aku tak nanti akan melepaskan dirimu lagi." Dalam keadaan seperti ini Go Kiam Lam tak mampu mengucapkan sepatah kata pun, hanya sepasang matanya yang ganas dan bengis menatap wajah Wie Chin Siang tanpa berkedip, seakan-akan hendak menerkam dara baju merah itu dan menelannya bulat-bulat. Mendadak ia menjerit keras, sambil ayunkan pedangnya ia menerjang ke muka bagaikan banteng terluka. Wie Chin Siang segera mengundurkan diri ke belakang, pedangnya berputar dan langsung menyapu ke atas, permainan jurus yang sama sekali berbeda dari aliran ilmu pedang pada umumnya ini jarang sekali ditemukan di daratan Tionggoan, hal itu membuat Go Kiam Lam tertegun dan air mukanya berubah hebat, untuk sesaat wajahnya diliputi rasa takut bercampur kaget. "Aduuuh...!"