Cerita Silat | Imam Tanpa Bayangan II | oleh Xiao Say | Imam Tanpa Bayangan II | Cersil Sakti | Imam Tanpa Bayangan II pdf
Pendekar Rajawali Sakti - 104. Perawan Lembah Maut Lord of the Rings 1 - Sembilan Pembawa Cincin Lord of the Rings 2 - Dua Menara Lord of the Rings 3 - Kembalinya Sang Raja 3 Kehidupan 3 Dunia 10 Mil Bunga Persik - Tangqi Gongzi
Tiga jam km kota Hek-Lan-Tian sudah berada di depan mata, kota ini tersohor karena nama sebuah kedai yang bernama Hek lan-jian, sebagian besar penduduknya berdagang dan suasana di dalam kota ramai sekali. Gan In segera memerintahkan anak buahnya mendirikan kemah di luar kota tersebut, para anggota Perkumpulan Bunga Merah yang sudah biasa hidup dalam pengembaraan segera mengerjakan tugasnya masing-masing dengan lancar. Sementara mereka sedang sibuk bekerja, tiba-tiba dari dalam kota Hek- Lan-Tian muncul serombongan manusia, di antaranya terdapat para pekerja kasar yang memikul bahan makanan dan minuman, dua orang berdandan majikan memimpin mereka di paling depan. Salah seorang di antaranya berdandan kakek bermuka putih berjenggot lebat, ia mengaku sebagai salah seorang hartawan dari kota Hek-Lan-Tian yang sengaja datang untuk menjumpai Gan In. Dengan cepat wakil ketua dari Perkumpulan Bunga Merah ini munculkan diri, ujarnya : "Lo sianseng, ada urusan apa engkau mencari diriku??" Hartawan itu tertawa terbahak-bahak. "Haaaah... haaaah... haaaah... nama besar dari komandan Gan sudah tersohor sampai di man-man, sudah lama aku mengaguminya, terutama sekali perjuangan Perkumpulan Bunga Merah yang memberantas Komplotan Tangan Hitam membuat semua pedang di kota Hek-Lan-Tian merasa amat gembira, aku diajukan sebagai wakil di antara mereka untuk menyampaikan sedikit hadiah untuk kalian semua..." "Memberantas kejahatan dari muka bumi adalah kewajiban dari kita semua, harap Lo sianseng jangan sungkan-sungkan," sahut Gan In sambil tertawa hambar, "perkumpulan kami tidak ingin mengganggu ketenangan kota kalian, maka kami tidak bersedia masuk kota..." "Kalau begitu kuucapkan banyak terima kasih dahulu..." hartawan itu ulapkan tangannya dan para pekerja kasar pun menurunkan barang bawaannya. "Lo sianseng, harap engkau bawa pulang barang- barang itu, pihak kami..." "Aaaah, cuma sedikit barang bawaan sebagai tanda hormat kami, jika Gan Ji tong-kee tak mau menerima, bagaimana aku bisa mempertanggung-jawabkan diri..." Habis berkata ia segera memberi hormat dan buru- buru berlalu dari tempat itu. Gan In jadi gelengkan kepalanya karena kehabisan akal. "Lo sianseng, terima kasih atas pemberianmu..." serunya. Dengan sorot mata tajam ia melirik sekejap ke arah barang-barang hadiah itu, sebagai seorang jago yang berpengalaman dari kemunculan sang hartawan yang mendadak kemudian berlalu dengan tergesa-gesa timbullah kecurigaan dalam hatinya. Kepada Hee Pek-li segera perintah : "Cobalah barang-barang itu, apakah beracun atau tidak??" Hoa Pek Tuo ambil keluar sebatang jarum perak dan memeriksa semua barang bawaan itu namun sama sekali tidak menunjukkan gejala racunnya, hal ini membuat jago tersebut gelengkan kepalanya dengan wajah tercengang bercampur bingung. "Malam ini perketat penjagaan di sekitar sini," ujar Gan In dengan wajah serius, "lebih baik barang- barang itu disingkirkan saja, ketahuilah permainan setan pihak Komplotan Tangan Hitam paling banyak, setiap saat kita harus selalu waspada..." Hee Pek-li berlalu untuk menjalankan perintah, Gan In sendiri sudah melakukan perondaan setiap kemah ia memberi pesan khusus kepada para penjaga malam... Suasana sunyi dan hening... udara cerah dan angin malam berhembus sepoi-sepoi, ketika kentongan ke- tiga sudah lewat, sebagian besar anggota Perkumpulan Bunga Merah sudah tertidur sementara beberapa orang penjaga malam pun mulai merasakan matanya amat berat... Pada saat itulah dari balik semak belukar muncul beberapa sosok bayangan hitam, setelah memadamkan lampu di sekitar situ mereka cabut pedang dan menyerbu ke dalam kemah. Sungguh cepat gerakan tubuh orang-orang itu, di tengah kegelapan malam jeritan ngeri berkumandang memecahkan kesunyian, disusul suara bentakan gusar dari Pek In Hoei memecahkan ketenangan : "Gan heng, ada sergapan..." Dengan lincah tubuhnya menerjang ke muka, pedang mestika penghancur sang surya berkilauan memancarkan cahaya tajam, ketika para penyergap menyaksikan bahwa di antara anggota Perkumpulan Bunga Merah ada yang tidak mabok oleh obat pemabok, mereka nampak tertegun kemudian sambil membentak segera menerjang ke arah Pek In Hoei. Cahaya pedang berkilauan, semburan darah membasahi seluruh permukaan... dengan perkasa Pek In Hoei membinasakan dua orang musuh yang sedang menerjang ke muka itu... kelihayannya ini kontan mengejutkan musuh yang lain hingga mereka mundur kembali ke belakang. Pada saat itulah Gan In sudah menerjang datang, bentaknya dengan penuh kegusaran : "Jangan lepaskan seorang pun di antara mereka..." Dalam perkiraan Komplotan Tangan Hitam, usaha mereka kali pasti akan berhasil dan para anggota Perkumpulan Bunga Merah bisa dibunuh sampai ludes, siapa tahu di tengah jalan muncul tokoh sakti yang segera membabat rekan-rekannya, hal ini membuat mereka jadi ketakutan dan segera melarikan diri terbirit-birit. Pertapa Nelayan dari Lam-beng dengan bersenjatakan pancingan secara beruntun membinasakan empat orang musuh, sedang Pek In Hoei serta Gan In membinasakan enam orang, kerugian yang diderita pihak Komplotan Tangan Hitam kali ini besar sekali, namun pada pihak Perkumpulan Bunga Merah sendiri kerugian yang diderita boleh dibilang cukup parah juga..." Menyaksikan kesemuanya itu Gan In menghela napas panjang, ujarnya : "Kita sudah terkena tipu muslihat dari hartawan keparat itu..." "Aku akan pergi menghitung jumlah anggota kita yang selamat," kata Pertapa Nelayan dari Lam-beng sambil menggigit bibir, "Ji tong-kee, engkau tak usah bersedih hati..." Memandang bayangan punggung Pertapa Nelayan dari Lam-beng yang berlalu Gan In merasa matanya mengembang air mata, ia tak ingin merasakan kekalahan yang mengenaskan itu dan tak ingin menyaksikan wajah-wajah para korban yang mati dalam keadaan mengenaskan itu... "Undang kemari Hee Pek-li..." teriaknya kemudian dengan suara mendongkol. Akhirnya Hee Pek-li disadarkan oleh Pertapa Nelayan dari Lam-beng dengan guyuran sebaskom air dingin, dengan wajah ketakutan ia lari menghadap, mukanya pucat dan badannya gemetar. "Ji tongkee..." serunya. "Hmmm! Mengapa para anggota kita bisa jatuh tak sadarkan diri?? Ayoh jawab..." bentak Gan In dengan suara keras. "Ketika kulihat barang-barang yang diberikan hartawan itu tak mengandung racun dan merasa sayang kalau dibuang, maka aku telah bagikan kepada mereka..." Hee Pek-li dengan suara gemetar, "sungguh tak nyana makanan itu mengandung obat pemabuk yang tak berwujud..." "Hmmm! Tahukah kamu berapa banyak anggota kita yang jadi korban akibat keteledoranmu itu?" "Delapan orang meninggal dan enam orang terluka," ujar Pertapa Nelayan dari Lam-beng, "sebagian besar dibunuh pada saat tak sadarkan diri, Ji tongkee... harap engkau suka memberi petunjuk dalam mengurusi layon mereka..." "Aturlah sendiri..." Pertapa Nelayan dari Lam-beng menghela napas panjang. "Aaaaai...! Inilah pelajaran berdarah bagi kita semua, kita harus balaskan dendam untuk para anggota kita yang mati, Ji tongkee harap engkau suka mengutus seorang anggota untuk menemui ketua kita, bagaimana juga kita harus melangsungkan suatu pertempuran terbuka melawan Komplotan Tangan Hitam..." "Benar! Terpaksa kita harus undang kehadiran dari ketua..." jawab Gan In dengan sedih, setelah melotot sekejap ke arah Hee Pek-li dengan pandangan gemas, serunya lagi dengan gusar : "Hmmm! Semuanya ini adalah gara-gara keteledoranmu... coba lihat begitu banyak anggota kita yang mati... menurut peraturan perkumpulan atas dosamu itu kau bisa dijatuhi hukuman mati..." Peraturan Perkumpulan Bunga Merah ketat sekali, peduli siapa pun yang melanggar kesalahan maka dia akan dijatuhi hukuman sesuai dengan peraturan, Hee Pek-li sebagai kepala regu tentu saja mengetahui jelas tentang peraturan itu, dengan badan gemetar buru-buru sahutnya : "Tecu bersedia menjalankan hukuman sesuai dengan peraturan, tapi tecu harap agar pelaksanaan hukuman bisa diundur lebih dahulu, aku hendak balaskan dendam lebih dahulu untuk para saudara yang telah meninggal kemudian baru melaksanakan hukuman..." Saking sedihnya ia mengucurkan air mata, lanjutnya kembali : "Hamba bukanlah seorang pengecut yang takut mati, tetapi hamba merasa penasaran kalau tidak membunuh bangsat-bangsat itu dengan tangan sendiri, aku ingin balaskan dendam bagi saudara- saudara kita lebih dahulu, agar sukmaku di alam baka nanti bisa peroleh ketenangan, dengan begitu hamba tak usah malu menjumpai saudara kita yang berada di sana, rasa sedih dalam hatiku pun akan jauh berkurang..." "Ji tongkee, aku ada satu permintaan..." tiba-tiba Pertapa Nelayan dari Lam-beng berkata. "Nelayan tua, kau ada urusan apa???" Haruslah diketahui meskipun di hari-hari biasa para jago perkasa ini sering kali bergurau dan tak pernah membedakan tentang tingkatan usia, akan tetapi setelah terjadinya suatu persoalan mereka semua bersikap serius sekali. Dalam Perkumpulan Bunga Merah kedudukan Pertapa Nelayan dari Lam-beng jauh di bawah kedudukan Gan In, maka dari itu dalam melakukan sesuatu apa pun ia tak berani berlaku gegabah dan semuanya menurut aturan. Terdengar nelayan tua itu menghela napas panjang dan berkata : "Sekarang adalah saat bagi kita membutuhkan orang lebih banyak, satu orang berarti tenaga kekuatan kita bertambah besar, menurut pendapatku hukuman bagi Hee Pek-li tidak pantas kalau dilaksanakan pada saat ini..." "Lalu menurut pendapatmu???" "Menurut pendapatku lebih baik untuk sementara waktu kita pertahankan jiwa Hee Pek-li, jika Komplotan Tangan Hitam telah kita musnahkan barulah saat itu hukuman dilaksanakan, bila selama ini Hee Pek-li banyak melakukan pahala maka sudah sepantasnya kalau kita memberi kesempatan hidup baginya..." "Baik!" ujar Gan In kemudian setelah berpikir sebentar, "untuk sementara waktu kukabulkan permintaan itu, tetapi engkau harus ingat bahwa selama penundaan pelaksanaan hukuman ini kau si nelayan tualah yang bertanggung jawab atas segala-galanya,kalau sampai terjadi keonaran maka engkau pun akan kujatuhi hukuman!" "Aku bersedia memikul tanggung jawab..." Dengan penuh kesedihan berlalulah Hee Pek-li dari situ, mereka sibuk mempersiapkan penguburan bagi rekan-rekannya hingga tanpa terasa fajar telah menyingsing... Di tengah munculnya cahaya sang surya yang menerangi seluruh jagad, para anggota Perkumpulan Bunga Merah dengan wajah murung memandang delapan buah gundukan tanah baru di hadapan mereka, di situlah ke delapan orang rekan mereka bersemayam. Selesai melakukan upacara penguburan Gan In mengutus seorang anggota untuk menyelidiki gerak gerik Komplotan Tangan Hitam lalu mengutus pula seorang anggota untuk menghubungi ketua mereka, sesudah itu dengan wajah uring-uringan mereka kembali ke dalam kemahnya masing-masing. Siangnya setelah bersantap, baru saja Gan In hendak mengajak Pek In Hoei untuk menyelami keadaan lawan di kota Hek-Lan-Tian, tiba-tiba dari depan muncul tiga ekor kuda, dengan cepatnya ke-tiga ekor kuda itu meluncur datang. Dalam waktu singkat di hadapannya telah berdiri tiga orang pria kekar, sambil angsurkan sebuah kartu merah yang besar katanya : "Nah, terimalah surat tantangan bertempur dari kami!" Setelah berhenti sebentar, lanjutnya kembali : "Kami mendapat perintah dari pemimpin kami untuk mengundang para saudara dari Perkumpulan Bunga Merah untuk berjumpa di bukit Siau-In-San kurang lebih sepuluh lie dari sini..." Kemudian ia melirik sekejap ke arah Pek In Hoei dan menambahkan : "Mungkin engkaulah yang disebut Jago Pedang Berdarah Dingin Pek toa enghiong???" "Sedikit pun tidak salah," jawab Pek In Hoei sambil mendengus, "ada urusan apa..." "Hemmmm... aku Mao Bong sudah lama mengagumi nama besar Pek toa enghiong..." Diam-diam Pek In Hoei dan Gan In merasa terkejut mendengar nama itu, mereka tak menyangka kalau Lak Ci Kiam atau Pedang Enam Jari Mao Bong yang tersohor di wilayah Kam-siok merupakan utusan dari Komplotan Tangan Hitam, jika ditinjau dari perbuatannya yang jahat serta namanya yang tersohor kejadian ini benar-benar ada di luar dugaan.
Pendekar Rajawali Sakti - 104. Perawan Lembah Maut Lord of the Rings 1 - Sembilan Pembawa Cincin Lord of the Rings 2 - Dua Menara Lord of the Rings 3 - Kembalinya Sang Raja 3 Kehidupan 3 Dunia 10 Mil Bunga Persik - Tangqi Gongzi
Tiga jam km kota Hek-Lan-Tian sudah berada di depan mata, kota ini tersohor karena nama sebuah kedai yang bernama Hek lan-jian, sebagian besar penduduknya berdagang dan suasana di dalam kota ramai sekali. Gan In segera memerintahkan anak buahnya mendirikan kemah di luar kota tersebut, para anggota Perkumpulan Bunga Merah yang sudah biasa hidup dalam pengembaraan segera mengerjakan tugasnya masing-masing dengan lancar. Sementara mereka sedang sibuk bekerja, tiba-tiba dari dalam kota Hek- Lan-Tian muncul serombongan manusia, di antaranya terdapat para pekerja kasar yang memikul bahan makanan dan minuman, dua orang berdandan majikan memimpin mereka di paling depan. Salah seorang di antaranya berdandan kakek bermuka putih berjenggot lebat, ia mengaku sebagai salah seorang hartawan dari kota Hek-Lan-Tian yang sengaja datang untuk menjumpai Gan In. Dengan cepat wakil ketua dari Perkumpulan Bunga Merah ini munculkan diri, ujarnya : "Lo sianseng, ada urusan apa engkau mencari diriku??" Hartawan itu tertawa terbahak-bahak. "Haaaah... haaaah... haaaah... nama besar dari komandan Gan sudah tersohor sampai di man-man, sudah lama aku mengaguminya, terutama sekali perjuangan Perkumpulan Bunga Merah yang memberantas Komplotan Tangan Hitam membuat semua pedang di kota Hek-Lan-Tian merasa amat gembira, aku diajukan sebagai wakil di antara mereka untuk menyampaikan sedikit hadiah untuk kalian semua..." "Memberantas kejahatan dari muka bumi adalah kewajiban dari kita semua, harap Lo sianseng jangan sungkan-sungkan," sahut Gan In sambil tertawa hambar, "perkumpulan kami tidak ingin mengganggu ketenangan kota kalian, maka kami tidak bersedia masuk kota..." "Kalau begitu kuucapkan banyak terima kasih dahulu..." hartawan itu ulapkan tangannya dan para pekerja kasar pun menurunkan barang bawaannya. "Lo sianseng, harap engkau bawa pulang barang- barang itu, pihak kami..." "Aaaah, cuma sedikit barang bawaan sebagai tanda hormat kami, jika Gan Ji tong-kee tak mau menerima, bagaimana aku bisa mempertanggung-jawabkan diri..." Habis berkata ia segera memberi hormat dan buru- buru berlalu dari tempat itu. Gan In jadi gelengkan kepalanya karena kehabisan akal. "Lo sianseng, terima kasih atas pemberianmu..." serunya. Dengan sorot mata tajam ia melirik sekejap ke arah barang-barang hadiah itu, sebagai seorang jago yang berpengalaman dari kemunculan sang hartawan yang mendadak kemudian berlalu dengan tergesa-gesa timbullah kecurigaan dalam hatinya. Kepada Hee Pek-li segera perintah : "Cobalah barang-barang itu, apakah beracun atau tidak??" Hoa Pek Tuo ambil keluar sebatang jarum perak dan memeriksa semua barang bawaan itu namun sama sekali tidak menunjukkan gejala racunnya, hal ini membuat jago tersebut gelengkan kepalanya dengan wajah tercengang bercampur bingung. "Malam ini perketat penjagaan di sekitar sini," ujar Gan In dengan wajah serius, "lebih baik barang- barang itu disingkirkan saja, ketahuilah permainan setan pihak Komplotan Tangan Hitam paling banyak, setiap saat kita harus selalu waspada..." Hee Pek-li berlalu untuk menjalankan perintah, Gan In sendiri sudah melakukan perondaan setiap kemah ia memberi pesan khusus kepada para penjaga malam... Suasana sunyi dan hening... udara cerah dan angin malam berhembus sepoi-sepoi, ketika kentongan ke- tiga sudah lewat, sebagian besar anggota Perkumpulan Bunga Merah sudah tertidur sementara beberapa orang penjaga malam pun mulai merasakan matanya amat berat... Pada saat itulah dari balik semak belukar muncul beberapa sosok bayangan hitam, setelah memadamkan lampu di sekitar situ mereka cabut pedang dan menyerbu ke dalam kemah. Sungguh cepat gerakan tubuh orang-orang itu, di tengah kegelapan malam jeritan ngeri berkumandang memecahkan kesunyian, disusul suara bentakan gusar dari Pek In Hoei memecahkan ketenangan : "Gan heng, ada sergapan..." Dengan lincah tubuhnya menerjang ke muka, pedang mestika penghancur sang surya berkilauan memancarkan cahaya tajam, ketika para penyergap menyaksikan bahwa di antara anggota Perkumpulan Bunga Merah ada yang tidak mabok oleh obat pemabok, mereka nampak tertegun kemudian sambil membentak segera menerjang ke arah Pek In Hoei. Cahaya pedang berkilauan, semburan darah membasahi seluruh permukaan... dengan perkasa Pek In Hoei membinasakan dua orang musuh yang sedang menerjang ke muka itu... kelihayannya ini kontan mengejutkan musuh yang lain hingga mereka mundur kembali ke belakang. Pada saat itulah Gan In sudah menerjang datang, bentaknya dengan penuh kegusaran : "Jangan lepaskan seorang pun di antara mereka..." Dalam perkiraan Komplotan Tangan Hitam, usaha mereka kali pasti akan berhasil dan para anggota Perkumpulan Bunga Merah bisa dibunuh sampai ludes, siapa tahu di tengah jalan muncul tokoh sakti yang segera membabat rekan-rekannya, hal ini membuat mereka jadi ketakutan dan segera melarikan diri terbirit-birit. Pertapa Nelayan dari Lam-beng dengan bersenjatakan pancingan secara beruntun membinasakan empat orang musuh, sedang Pek In Hoei serta Gan In membinasakan enam orang, kerugian yang diderita pihak Komplotan Tangan Hitam kali ini besar sekali, namun pada pihak Perkumpulan Bunga Merah sendiri kerugian yang diderita boleh dibilang cukup parah juga..." Menyaksikan kesemuanya itu Gan In menghela napas panjang, ujarnya : "Kita sudah terkena tipu muslihat dari hartawan keparat itu..." "Aku akan pergi menghitung jumlah anggota kita yang selamat," kata Pertapa Nelayan dari Lam-beng sambil menggigit bibir, "Ji tong-kee, engkau tak usah bersedih hati..." Memandang bayangan punggung Pertapa Nelayan dari Lam-beng yang berlalu Gan In merasa matanya mengembang air mata, ia tak ingin merasakan kekalahan yang mengenaskan itu dan tak ingin menyaksikan wajah-wajah para korban yang mati dalam keadaan mengenaskan itu... "Undang kemari Hee Pek-li..." teriaknya kemudian dengan suara mendongkol. Akhirnya Hee Pek-li disadarkan oleh Pertapa Nelayan dari Lam-beng dengan guyuran sebaskom air dingin, dengan wajah ketakutan ia lari menghadap, mukanya pucat dan badannya gemetar. "Ji tongkee..." serunya. "Hmmm! Mengapa para anggota kita bisa jatuh tak sadarkan diri?? Ayoh jawab..." bentak Gan In dengan suara keras. "Ketika kulihat barang-barang yang diberikan hartawan itu tak mengandung racun dan merasa sayang kalau dibuang, maka aku telah bagikan kepada mereka..." Hee Pek-li dengan suara gemetar, "sungguh tak nyana makanan itu mengandung obat pemabuk yang tak berwujud..." "Hmmm! Tahukah kamu berapa banyak anggota kita yang jadi korban akibat keteledoranmu itu?" "Delapan orang meninggal dan enam orang terluka," ujar Pertapa Nelayan dari Lam-beng, "sebagian besar dibunuh pada saat tak sadarkan diri, Ji tongkee... harap engkau suka memberi petunjuk dalam mengurusi layon mereka..." "Aturlah sendiri..." Pertapa Nelayan dari Lam-beng menghela napas panjang. "Aaaaai...! Inilah pelajaran berdarah bagi kita semua, kita harus balaskan dendam untuk para anggota kita yang mati, Ji tongkee harap engkau suka mengutus seorang anggota untuk menemui ketua kita, bagaimana juga kita harus melangsungkan suatu pertempuran terbuka melawan Komplotan Tangan Hitam..." "Benar! Terpaksa kita harus undang kehadiran dari ketua..." jawab Gan In dengan sedih, setelah melotot sekejap ke arah Hee Pek-li dengan pandangan gemas, serunya lagi dengan gusar : "Hmmm! Semuanya ini adalah gara-gara keteledoranmu... coba lihat begitu banyak anggota kita yang mati... menurut peraturan perkumpulan atas dosamu itu kau bisa dijatuhi hukuman mati..." Peraturan Perkumpulan Bunga Merah ketat sekali, peduli siapa pun yang melanggar kesalahan maka dia akan dijatuhi hukuman sesuai dengan peraturan, Hee Pek-li sebagai kepala regu tentu saja mengetahui jelas tentang peraturan itu, dengan badan gemetar buru-buru sahutnya : "Tecu bersedia menjalankan hukuman sesuai dengan peraturan, tapi tecu harap agar pelaksanaan hukuman bisa diundur lebih dahulu, aku hendak balaskan dendam lebih dahulu untuk para saudara yang telah meninggal kemudian baru melaksanakan hukuman..." Saking sedihnya ia mengucurkan air mata, lanjutnya kembali : "Hamba bukanlah seorang pengecut yang takut mati, tetapi hamba merasa penasaran kalau tidak membunuh bangsat-bangsat itu dengan tangan sendiri, aku ingin balaskan dendam bagi saudara- saudara kita lebih dahulu, agar sukmaku di alam baka nanti bisa peroleh ketenangan, dengan begitu hamba tak usah malu menjumpai saudara kita yang berada di sana, rasa sedih dalam hatiku pun akan jauh berkurang..." "Ji tongkee, aku ada satu permintaan..." tiba-tiba Pertapa Nelayan dari Lam-beng berkata. "Nelayan tua, kau ada urusan apa???" Haruslah diketahui meskipun di hari-hari biasa para jago perkasa ini sering kali bergurau dan tak pernah membedakan tentang tingkatan usia, akan tetapi setelah terjadinya suatu persoalan mereka semua bersikap serius sekali. Dalam Perkumpulan Bunga Merah kedudukan Pertapa Nelayan dari Lam-beng jauh di bawah kedudukan Gan In, maka dari itu dalam melakukan sesuatu apa pun ia tak berani berlaku gegabah dan semuanya menurut aturan. Terdengar nelayan tua itu menghela napas panjang dan berkata : "Sekarang adalah saat bagi kita membutuhkan orang lebih banyak, satu orang berarti tenaga kekuatan kita bertambah besar, menurut pendapatku hukuman bagi Hee Pek-li tidak pantas kalau dilaksanakan pada saat ini..." "Lalu menurut pendapatmu???" "Menurut pendapatku lebih baik untuk sementara waktu kita pertahankan jiwa Hee Pek-li, jika Komplotan Tangan Hitam telah kita musnahkan barulah saat itu hukuman dilaksanakan, bila selama ini Hee Pek-li banyak melakukan pahala maka sudah sepantasnya kalau kita memberi kesempatan hidup baginya..." "Baik!" ujar Gan In kemudian setelah berpikir sebentar, "untuk sementara waktu kukabulkan permintaan itu, tetapi engkau harus ingat bahwa selama penundaan pelaksanaan hukuman ini kau si nelayan tualah yang bertanggung jawab atas segala-galanya,kalau sampai terjadi keonaran maka engkau pun akan kujatuhi hukuman!" "Aku bersedia memikul tanggung jawab..." Dengan penuh kesedihan berlalulah Hee Pek-li dari situ, mereka sibuk mempersiapkan penguburan bagi rekan-rekannya hingga tanpa terasa fajar telah menyingsing... Di tengah munculnya cahaya sang surya yang menerangi seluruh jagad, para anggota Perkumpulan Bunga Merah dengan wajah murung memandang delapan buah gundukan tanah baru di hadapan mereka, di situlah ke delapan orang rekan mereka bersemayam. Selesai melakukan upacara penguburan Gan In mengutus seorang anggota untuk menyelidiki gerak gerik Komplotan Tangan Hitam lalu mengutus pula seorang anggota untuk menghubungi ketua mereka, sesudah itu dengan wajah uring-uringan mereka kembali ke dalam kemahnya masing-masing. Siangnya setelah bersantap, baru saja Gan In hendak mengajak Pek In Hoei untuk menyelami keadaan lawan di kota Hek-Lan-Tian, tiba-tiba dari depan muncul tiga ekor kuda, dengan cepatnya ke-tiga ekor kuda itu meluncur datang. Dalam waktu singkat di hadapannya telah berdiri tiga orang pria kekar, sambil angsurkan sebuah kartu merah yang besar katanya : "Nah, terimalah surat tantangan bertempur dari kami!" Setelah berhenti sebentar, lanjutnya kembali : "Kami mendapat perintah dari pemimpin kami untuk mengundang para saudara dari Perkumpulan Bunga Merah untuk berjumpa di bukit Siau-In-San kurang lebih sepuluh lie dari sini..." Kemudian ia melirik sekejap ke arah Pek In Hoei dan menambahkan : "Mungkin engkaulah yang disebut Jago Pedang Berdarah Dingin Pek toa enghiong???" "Sedikit pun tidak salah," jawab Pek In Hoei sambil mendengus, "ada urusan apa..." "Hemmmm... aku Mao Bong sudah lama mengagumi nama besar Pek toa enghiong..." Diam-diam Pek In Hoei dan Gan In merasa terkejut mendengar nama itu, mereka tak menyangka kalau Lak Ci Kiam atau Pedang Enam Jari Mao Bong yang tersohor di wilayah Kam-siok merupakan utusan dari Komplotan Tangan Hitam, jika ditinjau dari perbuatannya yang jahat serta namanya yang tersohor kejadian ini benar-benar ada di luar dugaan.