Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Ksatria Panji Sakti - 191

$
0
0
Cerita Silat | Ksatria Panji Sakti | oleh Gu Long | Ksatria Panji Sakti | Cersil Sakti | Ksatria Panji Sakti pdf

Goosebumps 42 Monster telur dari Mars Pendekar Mabuk - 91. Tantangan Anak Haram Pendekar Perisai Naga - 6. Pemanah Sakti Bertangan Seribu Animorphs 20 : Anggota baru animorphs Rahasia Bukit Iblis - Kauw Tan Seng

Pukulan itu benar benar luar biasa dahsyatnya, bahkan disertai kekuatan untuk membelah batu cadas sekalipun. Tampaknya Siang—tok Thaysu tidak menyangka kalau dalam detik terakhir lawannya masih memiliki tenaga pukulan sedahsyat itu, tanpa sadar teriaknya kaget: “Dewa racun, hati hati!” “Blaaaam!” ditengah benturan dahsyat, pukulan terakhir yang dilontarkan Lui-pian Lojin telah bersarang telak ditubuh dewa racun. Walaupun tubuh dewa racun keras bagai lempengan baja, ternyata ia tak mampu untuk menahan gempuran yang maha dahsyat itu, badannya mencelat ke belakang hingga membentur dinding batu, dinding yang kena ditumbuk pun retak dan hancur berantakan, batu dan debu beterbangan memenuhi angkasa. Sementara itu tubuh Lui-pian Lojin sendiripun ikut terpental hingga mundur berapa langkah dengan sempoyongan, meskipun sekuat tenaga ia berusaha berdiri tegar, namun akhirnya tak tahan dan roboh terjungkal ke tanah. Un Tay—tay sekalian merasakan tekanan yang luar biasa menyelimuti seluruh ruangan, sedemikian sesaknya hingga napas seakan ikut berhenti, kini mereka hanya berharap Lui-pian Lojin masih memiliki sisa tenaga, merekapun berharap dewa racun yang roboh terjungkal tak pernah bangkit lagi untuk selamanya. Siapa tahu dengan sekali lompatan si dewa racun telah melompat bangun kembali, bukan saja tubuhnya tidak menderita luka apapun bahkan cahaya siluman yang terpancar keluar dari matanya pun sama sekali tak berkurang. Siang—tok Thaysu tertawa terbahak—bahak, ejeknya: “Wahai orang she-Lui, hari ini kau sudah tahu kelihayan dewa racun ku bukan? Sekalipun kau pertaruhkan nyawa tua mu pun sulit untuk mencederai dewa racun kami” “Hmm, ayoh maju lagi.....” seru Lui-pian Lojin dengan napas terengah. Kembali Siang—tok Thaysu tertawa dingin. “Begitu tanganmu menyentuh tubuh dewa racun, racun jahat segera akan menyerang jantungmu, buat apa mesti beradu jiwa? Baiklah, biar aku kabulkan permintaanmu, memberi kematian yang lebih memuaskan untuk mu!” Kembali ia tepuk punggung dewa racun Sambil bentaknya: “Maju!” Angin berhawa dingin kembali menderu deru, ditengah kilatan cahaya api, sekali lagi dewa racun menerjang ke depan Lui-pian Lojin. Biarpun Seng Toa-nio sekalian amat membenci Lui-pian Lojin, bahkan rasa benci mereka sudah merasuk ke tulang sumsum, namun saat ini mau tak mau mereka harus ikut berdoa, mereka berharap Lui-pian Lojin bisa sekali lagi bangkit berdiri dan secara mukjijad dapat melancarkan pukulan maut lagi. Bagaimana pun kini Lui-pian Lojin sudah menjadi pengharapan terakhir mereka, asal Lui-pian Lojin tewas maka jangan harap siapa pun yang hadir dalam gua saat ini bisa pergi dalam keadaan selamat. Suasana amat hening, sedemikian heningnya sampai napas setiap orang pun serasa ikut berhenti. Dada Lui-pian Lojin masih berombak naik turun, napasnya masih tersengkal, mengawasi dewa racun yang selangkah demi selangkah berjalan makin dekat, tangan dan kakinya terasa mulai mendingin, sementara butiran keringat sebesar kacang kedele jatuh bercucuran. Sejak ternama dan menghadapi pertempuran selama puluhan tahun lamanya, sudah beratus kali pertarungan besar maupun kecil yang dia alami, tapi tak sekali pun pernah merasakan penghinaan dan kehilangan muka seperti yang dialaminya hari ini, mimpipun dia tak menyangka dengan posisi serta statusnya saat ini, dia masih bisa dijagal orang tanpa mampu membalas. Baginya kematian bukan masalah, tapi penghinaan dan kehilangan muka sulit diterima dengan begitu saja. Tiba tiba Siang—tok Thaysu tertawa terbahak bahak, ejeknya: “Asal dewa racun ku maju satu langkah lagi, niscaya kau akan kehilangan nyawa!” Lui-pian Lojin seketika merasakan hawa darah yang mendidih menerjang naik keatas kepalanya, Sambil meraung keras tubuhnya yang tinggi kekar tiba tiba bangkit berdiri . . . . . . . . .. berdiri tegak bagaikan sebatang tombak. Un Tay—tay sekalian merasa terkejut bercampur girang, saking terperananya mereka seperti lupa untuk bersorak sorai. Siang—tok Thaysu seperti terkena pukulan dahsyat, tanpa sadar dia mundur selangkah dari posisi semula. Dalam waktu yang amat singkat itu, sesungguhnya Lui-pian Lojin sendiripun dibuat tertegun, bahkan dia sendiripun tidak tahu darimana datangnya kekuatan tersebut, tapi saat dan situasi yang dihadapinya sekarang tidak memberi kesempatan baginya untuk berpikir lebih jauh. Cakar setan dari dewa racun telah menyerang kembali. Lui-pian Lojin membentak keras, sepasang kepalannya dilontarkan bersama, “Blaaaam!” kembali sebuah pukulan dahsyat bersarang telak di dada si dewa racun. Kembali sekujur tubuh dewa racun bergetar keras, tubuhnya mencelat ke udara dan menumbuk lagi diatas dinding batu. Kelihatannya tenaga pukulan yang dia lontarkan kali ini jauh lebih dahsyat ketimbang serangan yang pertama tadi, namun kali inipun tubuh Lui-pian Lojin terpental mundur ke belakang dengan sempoyongan sebelum akhirnya roboh terduduk ditanah. Berubah hebat paras muka Siang—tok Thaysu, tapi Sambil tertawa paksa serunya lagi: “Manusia she-Lui, apakah kau masih memiliki tenaga untuk bangkit kembali?” Sambil menggertak gigi diam diam Lui-pian Lojin mencoba untuk mengatur pernapasan, mendadak ia menjumpai aliran tenaga dalamnya makin lama semakin bertambah lancar, bahkan jauh lebih lancar ketimbang waktu sebelum bertarung melawan dewa racun. Waktu itu dewa racun telah berdiri kembali, berhadapan dengan musuh tangguh membuat Lui-pian Lojin tak sanggup berpikir lebih jauh apa gerangan yang Sebenarnya telah terjadi. Un Tay—tay ikut termenung Sambil memutar otak, sesaat kemudian dia pun menjadi sadar kembali apa yang Sebenarnya telah terjadi. Tak tahan serunya dengan gembira: “Rupanya racun coat—cing-hoa telah bertemu dengan racun dari dewa racun, pertarungan antara dua jenis racun membuat kekuatan racun yang ada ditubuhmu jadi punah. Semakin banyak kau menerima racun dari dewa racun, semakin cepat pula tenaga murni mu pulih kembali” Kontan Lui-pian Lojin merasakan semangatnya berkobar kembali, dia mendongakkan kepala dan berpekik panjang, serunya: “Benar! Wahai makhluk tua beracun, ayoh suruh saja dewa racunmu menyerangku, coba buktikan lohu menjadi takut atau tidak!” Sambil bicara dia kembali melompat bangun. Sebenarnya Siang—tok Thaysu sudah siap menabok kembali punggung dewa racunnya, namun setelah mendengar perkataan itu, dia jadi ragu untuk melanjutkan tabokannya, tanpa terasa peluh dingin mulai bercucuran membasahi jidatnya. Sementara itu Lui-pian Lojin sudah mulai menerjang lagi ke depan. Sambil menggigit bibir terpaksa Siang—tok Thaysu menabok kembali punggung dewa racunnya Sambil berteriak: ! II Semua orang hanya merasakan pandangan mata jadi kabur, tahu tahu . . . . . ..”Blaaaam!” benturan dahsyat bergema memenuhi seluruh ruangan, terlihat dua sosok bayangan manusia kembali terpental ke belakang. Untuk kesekian kalinya tubuh dewa racun mencelat ke udara dan kembali menumbuk diatas dinding batu. Walaupun Lui-pian Lojin ikut terhuyung mundur berapa langkah, namun kali ini tubuhnya sama sekali tidak roboh, sementara si dewa racun meski mampu bangkit berdiri lagi, namun gerakan tubuhnya sudah jauh lebih lamban. Perubahan situasi yang diluar dugaan ini membuat Seng Toa-nio, Thiat Cing-su, Pek Seng-bu, Im Ting-ting . . . . . ..menjadi kebingungan sendiri, mereka tak tahu harus gembira atau sedih, mereka pun tak tahu pihaknya berada sebagai teman atau lawan. Dengan wajah gembira gumam Un Tay—tay: “Karena bencana malah dapat rejeki . . . . . .. karena bencana malah dapat rejeki, kalau dia tidak terkena racun coat—cing-hoa terlebih dulu, mungkin tak seorang pun diantara kita sekarang masih bisa hidup bugar” Ditengah kilatan cahaya api, tampak Lui-pian Lojin berdiri tegar dengan wajah yang angker dan penuh wibawa, kegagahannya dimasa lampau kini sudah tumbuh kembali di tubuhnya. Dibawah cahaya obor, ia gagah bagaikan malaikat langit. Siang—tok Thaysu berdiri dengan wajah pucat, keringat dingin bercucuran membasahi seluruh wajahnya. Padahal kepandaian silat yang dimilikinya sekarang boleh dibilang sangat tangguh, bila ditambah dengan kekuatan dewa racun, belum tentu Lui-pian Lojin sanggup menandingi kerubutannya, apalagi tenaga dalamnya belum seratus persen pulih kembali. Namun semua perubahan yang terjadi kelewat cepat dan kelewat diluar dugaan, kekuatan dari Lui-pian Lojin terlalu cepat pulih kembali, hal ini membuat Siang—tok Thaysu menjadi keder terlebih dulu sebelum sempat melakukan pertarungan. “Ayoh maju!” terdengar Lui-pian Lojin membentak lagi dengan suara menggelegar, “ayoh, maju lagi!” Tiba tiba Siang—tok Thaysu membalikkan tubuh dewa racun dan berteriak nyaring: “Kabur!” Belum habis dia menghardik, tubuh dewa racun sudah melesat keluar meninggalkan gua. Sambil mementangkan sepasang cakarnya Lui-pian Lojin ikut merangsek keluar dari gua, tubuhnya melambung bagaikan seekor rajawali raksasa, Cakar tajamnya langsung mencekik tenggorokan Siang-tok Thaysu. Tampaknya Siang—tok Thaysu tak berani menangkis datangnya ancaman itu, cepat dia membalikkan badan Sambil kabur ke luar, biarpun sudah cukup cepat dia menghindar ternyata masih belum cukup cepat untuk menghindari datangnya ancaman. “Breeett....!" jubah lhasa berwarna merah yang dikenakan Siang—tok Thaysu segera tersambar oleh Cakar maut yang dilancarkan Lui-pian Lojin dan robek sebagian. “Traaaang!” sebuah benda terjatuh dari balik saku bajunya yang robek dan menggelinding berapa jengkal ke samping, dibawah timpaan cahaya api tampak benda itu memantulkan cahaya terang. Sebenarnya Lui-pian Lojin hendak mengejar lebih jauh, namun baru saja kakinya bergerak akhirnya dia urungkan kembali niatnya itu. Lama sekali dia memandang keluar gua dengan tubuh mematung, akhirnya sesudah menghela napas panjang dia berjalan balik lagi ke dalam gua, dadanya nampak naik turun dengan cepatnya, dengusan napas yang memburu sampai lama kemudian baru bisa mereda. Sekalipun pertarungan yang barusan berlangsung tidak nampak seru, namun bukan saja pertarungan itu merupakan pertarungan habis habisan bahkan mempertaruhkan keselamatan jiwa Semua orang yang ada didalam gua saat itu. Kini bukan hanya Lui-pian Lojin saja yang berdiri dengan napas tersengkal, semua orang yang menonton pun sudah basah kuyup tubuhnya karena keringat dingin, begitu tegang dan paniknya mereka seolah mereka terlibat langsung dalam pertempuran tadi. Akhirnya Sambil membesut keringat yang membasahi jidatnya, Lui-pian Lojin bergumam: “Berbahaya! Sungguh berbahaya!” “Mungkinkah dia..... dia akan balik lagi?” gumam Un Tay—tay gemetar. “Selama ini makhluk tua bangkotan itu selalu akan mundur teratur bila gempurannya tidak mendatangkan hasil, aku rasa kali inipun tidak terkecuali, bisa jadi dia tak bakalan balik kemari lagi” Walaupun ucapan tersebut disampaikan dengan tegas, padahal dalam hati kecilnya pun tidak terlalu yakin kalau dugaannya benar. Dia memang sengaja bicara begitu, tujuannya tak lain adalah untuk menghibur serta mententeramkan hati orang lain, disamping tentu saja untuk mententeramkan hati sendiri, dia sadar, bila Siang—tok Thaysu sampai balik kembali, belum tentu dia memiliki keberanian yang cukup untuk menghadapinya. Un Tay—tay menghela napas panjang. “Moga moga saja dia memang tak balik lagi . . . . . . .. gumamnya. Mendadak sorot matanya terbentur dengan benda berkilat disudut ruang gua, benda yang memancarkan cahaya silau ketika tertimpa II sinar obor. “Benda apa itu?” serunya tak tahan. Mengikuti arah yang ditunjuk, Semua orang berpaling. Ternyata benda itu mirip sekali dengan sebuah bule-bule arak, hanya besarnya sekepalan dan seluruh tubuhnya terbuat dari batu kemala hijau. “Dari mana datangnya benda itu?” tegur Lui-pian Lojin dengan mata berkilat. “Kelihatannya terjatuh dari dalam saku Siang—tok Thaysu” Mendadak wajah Lui-pian Lojin berubah jadi sangat tegang, ia seperti terkejut seperti juga kegirangan, kembali tanyanya dengan suara dalam: “Kau sempat melihatnya dengan jelas?” “Benar, aku melihatnya dengan jelas” Un Tay—tay mengangguk. Mendadak satu ingatan melintas lewat, kemudian serunya pula dengan girang: “Jangan jangan bule bule itu berisi obat penawar racun?” Tidak menunggu perempuan itu selesai bicara, Lui-pian Lojin telah menerjang maju ke depan dan memungut benda kemala tersebut, setelah diperiksa sejenak dibawah cahaya api, mimik girang segera tersungging di wajahnya. “Apakah ada..... ada tulisan disana?” tanya Un Tay—tay. Lui-pian Lojin mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak. “Hahahaha . . . . . . .. Thian memang maha adil, akhirnya kita mendapatkan kesempatan untuk hidup terus, hahahaha . . . . .. mimpi pun lohu tidak menyangka kalau secara tanpa sengaja bisa menemukan benda penolong nyawa” Sambil tertawa terus diapun menggapai: “Kemarilah, coba kau ikut periksa” Sebetulnya Un Tay—tay sudah tak sabar untuk ikut memeriksa benda itu, cepat dia maju mendekat, berita gembira yang muncul di sela sela putus harapan ini seketika mendatangkan tenaga kehidupan yang lebih segar di tubuhnya. Betul saja, diatas bule bule batu kemala itu tertera berapa huruf kecil, huruf itu berbunyi: “obat mestika, penawar segala racun” “Ternyata dugaanku tak salah . . . . . ..” dengan penuh kegembiraan Un Tay—tay segera bersorak, “tak nyana dugaanku tepat sekali,

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles


Kahwin Ganti


Luahan Hati Cikgu Tuisyen


Prosedur Akuan Sumpah untuk Bakal Guru


Cadangan bina jambatan konkrit elak ancaman bahaya murid SK Sungai Kapit


Sarapan ZUS Coffee - Delivery Menu


Semakan Keputusan STPM 2016 Online Penggal 1


Shhh… I Love You


Kad bude bice - epizoda 2


Awek Melayu Tayang Body Mantap Untuk Lelaki Di Laman Sosial


(TAHNIAH)Jaclyn Victor Sudah Kahwini Shawn Rivera 17 Julai Lalu



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>