Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Naga Merah - 17

$
0
0
Cerita Silat | Naga Merah | oleh Khu Lung | Naga Merah | Cersil Sakti | Naga Merah pdf

Pendekar Gila - 40. Empat Bidadari Lembah Neraka Trio Detektif 26. Misteri Kuda Tanpa Kepala Naga Merah - Khu Lung Animorphs 21: Duel antar animorphs Percy Jackson 3. Kutukan Bangsa Titan

Da1am.kagetnya empat pendeta yang diserang itu lantas pada mundur berbareng. Kesempatan itu telah digunakan sebaik—baiknya oleh si Naga Merah. Selagi pendeta—pendeta lainnya belum.medapat kesempatan untuk meintangi tindakannya, mendadak si Naga Merah sudah melesat keluar dari kurungan barisan tersebut. Si Naga Merah ternyata bisa lolos dari kepungan barisan yang amat dahsyat itu dapatlah dibayangkan betapa tinggi kepandaian orang yang sangat misterius ini. Berbareng pada waktu si Naga Merah melesat keluar dari dalam kepungan Cap pek Lo han tin, tiba—tiba terdengar suara mengaung, sebuah bom Pek lek tan telah jatuh di tempat berdirinya empat puluh hwesio itu .... Empat puluh hwesio yang tadi masih dibikin kesima oleh gerakannya si Naga Merah, dan kini mendadak kesambar bom Pek lek tan secara mendadak, bukan saja tidak merasa, bahkan memang takkan menduga sama sekali akan terjadinya perobahan secara tiba-tiba itu. Suara ledakan bom Pek lek tan yang amat dahsyat itu yang akhirnya meledak juga, meledaknya justru di biara Siao lim sie yang dipandang sebagai tempat suci oleh anak murid golongan Budha. Apakah bom itu keluar dari tangannya Pek lek cu? Dan apa sebabnya Pek lek cu harus membom anak muridnya Siao lim pay? Suara ledakan tadi begitu menggetarkan seluruh biara Siao lim sie, dan lantas disusul dengan terdengarnya suara jeritan di sana sini. Tempat di mana bom tadi meledak disitu terdapat banyak bangkai manusia yang sudah tidak karuan macamnya. Tiada suatu peristiwa pembunuhan besar besaran yang sangat mengerikan. Anak murid kasih Budha yang tidak berdosa telah dibikin hancur jadi bubur badannya, sesungguhnya tidaklah pernah terdengar bahwa biara Siao lim sie yang dipandang sebagai tempat suci itu akan mengalami bencana hebat seperti itu. Selama beberapa ratus tahun biara suci yang namanya kesohor di seluruh dunia itu untuk pertama kalinya kebanjiran darah dari empat puluh lebih anak muridnya sendiri. Setelah suara ledakan tadi sirap potongan kaki tangan serta kepala—kepala manusia berserakan disana-sini. darah manusia seperti telah membanjiri tanah suci dan empat puluh lebih anak mnridnya telah menjadi korban keganasannya bom Pek lek tan. Bom Pek lek tan itu bukan saja sudah meminta kurbannya empat puluh lebih anak muridnya Siao lim sie, bahkan juga telah menghancurkan dua ruangan kamar di biara tersebut. Seluruh anak murid di biara Siao lim.sie ketika pada hari ketempat terjadinya ledakan tadi, disitu cuma kedapatan para saudaranya yang sudah menjadi bangkai tanpa kepala kaki maupun tangan. Keadaan demikian itu sebetulnya sangatlah mengenaskan. Setiap orang yang menyaksikan pada merangkap tangan dan menyebut nama Budha. Da1am.waktu sekejapan saja biara Siao lim sie telah diliputi awan duka yang tidak terhingga. Pada waktu itu Ceng tim Hwesio yang merupakan salah seorang dari lima orang golongan tua-tua Siao lim pay tiba—tiba menghampiri pek lek cu yang masih berdiri kesima. "Pek lek cu tidak nyana kau yang kami perlakukan sebagai tamu terhormat ternyata telah berserikat dengan Naga Merah dan dengan sebuah bom Pek lek tan yang ganas kau telah membunuh empat puluh lebih anak murid kami yang tidak berdosa. Dimanakah kau taruh hatimu yang bersih itu? " Demikian hwesio tua tersebut dengan tegurannya kepada Pek lek cu. Yang ditegur tidak mejawab masih berdiri kesima seperti orang linglung. Ceng tim Hwesio berkata pula dengan suara lebih keras. "Pek lek cu! Kau sudah membunuh empat puluh lebih anak murid partai kami dengan apa kau hendak pertanggung jawabkan perbuatanmu ini? " Pek lek cu masih tetap membisu. Ceng tim Hwesio wajahnya berobah seketika, lalu berkata pula! "Pek lek cu! Kau sudah membunuh banyak anak murid kami. Kau kira kami mau sudahi perkara ini begitu saja? " Sehabis mengucapkan perkataannya tangannya lalu mengayun menyerang ke arah Pek lek cu. Hwesio tua ini yang menyaksikan empat puluh lebih anak murid Siao lim.sie semua binasa karena gara-garanya bom Pek lek tan. Sudah barang tentu gusarnya telah melampaui takaran. Maka ia turun tangan tanpa mengenal kasihan lagi. Begitu Ceng tim Hwesio bergerak, pendeta—pendeta lainnyapun lantas pada maju mengerumuni pek lek cu sambil berteriak—teriak dan menyerang. Serangan Ceng tim hwesio sendiri sebetulnya sudah sangat hebat. Akan tetapi Pek lek cu tidak berkelit juga tidak menyingkir maka serangan hwesio tua itu dengan telak telah mengenai sasarannya. Yang diserang ini mulutnya lantas menyemburkan darah badannya mundur sempoyongan. Ceng tim hwesio masih belum.mau sudah. Dikirimnya pula serangan keduanya, yang lebih hebat lagi ! Serangan itu bukan saja hebat bahkan dilakukan cepat sekali Pek lek cu Setelah menerima gebukan sekali dari serangan Ceng tim.Hwesio rasa sakit mendadak menyadarkan ia dari lamunannya. Saat itu matanya lalu terbelalak lebar dan memancarkan sinar yang menakutkan. Ketika serangan kedua Cebg tim Hwesio hampir mengenai lagi sasarannya secara reflek lalu tangannya mengayun ke depan memapaki serangan berbareng sekalian balas menyerang. Serangan yang dilakukan dalam keadaan antara setengah sadar dan tiada ingat tadi nampaknya tak seberapa hebat. Akan tetapi tangan tadi sejak tadi sudah menggenggam sebuah bom Pek lek tan. Dan secara tidak disadari oleh pemiliknya, bom tersebut mendadak lepas dari tangannya. Saat sedetik membuat Pek lek cu sendiri terkejut. "Awas bom Pek lek tan! Mnndur! " demikian serunya da lam kaget. Tapi seruan itu sudah terlambat. Pek lek tan yang tergenggam dalam tangannya tadi kembali perdengarkan suara ledakan yang gemuruh. Untuk kedua kalinya suara ledakan itu telah menggetarkan seluruh bukit, biara Siao lim sie yang selama itu tenang tentram kini seakan akan sedang menghadapi hari kiamat, keadaan kalut dimana—mana. Kembali dua ruangan kamar biara Siao lim sie hancur oleh bom kedua yang meledak ini. Meskipun ada beberapa hwesio yang dapat menyingkir karena suara peringatan Pek lek cu tadi, tetapi yang tidak sempat melarikan diri sudah tentu menjadi korban kedahsyatan bom tersebut. Ledakan bom kedua kali ini kembali sudah minta korban dua puluh lebih anak murid Siao lim pay, termasuk juga salah sati Tiang lo, yalah Ceng tim Hwesio. Peristiwa berdarah itu kembali terulang dalam tempat suci itu, hingga dalam waktu sekejap saja tempat suci tersebut berubah menjadi tempat jagal manusia. Hanya dua biah bom Pek lek tan saja cukup dapat meminta korban enam puluh lebih jiwa anak murid Siao lim.pay. Jumlah tersebut jika dibilang dengan jari sudah barang tentu besar sekali. Siao lim pay sejak didirikan oleh pendirinya Tat mo Siansu selama beberapa ratus tahun itu adalah untuk pertama kalinya mengalami soal kematian anak mnridnya dalam.sarang sendiri sampai begitu besar jumlahnya, hingga yang ketinggalan dan yang dapat lolos dari bencana maut tersebut hanya beberapa puluh orang lagi saja. Anak murid Siao lim pay yang masih hidup ini sudah tentu pula tidak berani menerjang Pek lek cu lagi. Keganasannya bom Pek lek tan telah menciutkan hati semua anak murid Siao lim pay ini rupanya. Malam sunyi . . . . .. suasana seram dan menyedihkan meliputi seluruh bukit Siong san. Siapapun tidak pernah menduga, pada malam yang tenang sunyi itu sudah terjadi pembunuhan besar—besaran di biara Siao lim sie yang selama beberapa ratus tahun tenang tenteram. Jumlah enam puluh lebih jiwa manusia itu sudah barang tentu bukanlah jumlah kecil maka itu boleh dikata sebagai suatu bencana hebat bagi orang kuat umumnya rimba persilatan khususnya. Pada saat itu tiba-tiba terdengar suara, "0 Mie To Hud" yang amat nyaring. Dan seorang hwesio tua, yang jenggotnya sudah putih seluruhnya dan yang pada waktu itu wajahnya merah padam sudah muncul tiba-tiba. Jenggot putih hwesio tua itu hampir sampai di bagian perutnya, ini menunjukkan usianya yang sudah terlalu lanjut. Namun kalau dilihat dari paras mukanya, wajah itu merah benar, seperti bayi lahir. Begitu sampai di tempat tersebut, melihat peristiwa berdarah itu lantas pejamkan matanya dan rangkap kedua tangannya, sedang sela—se1a mata yang tertutup itu muncul beberapa tetes air mata murni yang putih bersih. Sebentar lalu terdengar suaranya hwesio tua itu lagi. "Pek lek cu! Kau sungguh berani dengan bom mu kau sudah membunuh begitu banyak anak murid partai kami ada permusuhan apakah anak murid partai kami dengan kau hingga kau menurunkan tangan begitu kejam? " Pek lek cu diam saja. Badannya nampak gemetar, giginya bercatrukan. Tiba-tiba ia menengadahkan mukanya, sejurus dalam keadaan khidah lalu menjawab tetapi rupanya jawaban itu bukan ditujukan pada hwesio tua karena katanya demikian, "Naga Merah ! Selama Pek lek cu masih hidup pasti tidak akan ijinkan kau hidup dengan dosa—dosamu ini" Hwesio tua itu ketika mendengar gerendengan demikian dari mulutnya Pek lek cu lantas membentak dengan suara keras, "Pek lek cu ! Kau sudah membunuh begitu banyak jiwanya anak murid kami ada hubungan apa kau sebut si Naga Merah?" Pek lek cu mengawasi bangkai anak murid Siao 1im.pay yang bergelimpangan tak berbentuk lagi itu di tanah, matanya mendadak mengucurkan air mata. Keadaan seperti itu membikin si hwesio tua yang melihatnya dengan mata gusar rupanya membikin dia terheran-heran. Waktu itu barulah pek lek cu berkata pula, "Pek cie Taysu, bom Pek lek tan yang terlepas dari tangannya Pek lek cu tadi dilakukan dengan tidak sengaja. Sebenarnya bukan maksudku membunuh anak murid Siao lim pay dan bom Pek lek tan yang meledak mula—mu1a . . . . .. itu bukan perbuatan Pek lek cu . ll Pek cie Taysu dengan alis berdiri berkata pula, terang ia masih gusar, "Apakah di dalam rimba persilatan masih ada seorang pek lek cu lagi? " Pertanyaan Pek cie Taysu tadi yang memotong bicaranya pek lek cu memang benar. Pek lek cu kata, bom Pek lek cu yang meledak mula-mula bukan perbuatannya. Kalau begitu apakah sebuah bom Pek lek tan yang mengambil jiwa empat puluh lebih anak murid Siao lim pay disambitkan oleh orang lain? Atas pertanyaan Pek cie Taysu tadi Pek lek cu hanya dapat berkata, "Di dalam rimba persilatan meskipun tidak ada Pek lek cu yang kedua, tetapi sebuah bam Pek lek tan yang pertama tadi sungguh bukanlah Pek lek cu yang melempar, itu adalah si Naga Merah yang menyambitkan. " Nada suaranya Pek lek cu getir. "Kalau begitu kau sudah berkomplot dengan si Naga Merah menurut katamu itu, dan kau sengaja hendak membikin huru hara dalam biara Siao lim sie, betulkah? "

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>