Cerita Silat | Mustika Gaib | oleh Buyung Hok | Mustika Gaib | Cersil Sakti | Mustika Gaib pdf
Pendekar Gila - 40. Empat Bidadari Lembah Neraka Trio Detektif 26. Misteri Kuda Tanpa Kepala Naga Merah - Khu Lung Animorphs 21: Duel antar animorphs Percy Jackson 3. Kutukan Bangsa Titan
Sepasang mata Hong Pin tidak bisa digunakan, tidak bisa melihat jalannya pertempuran, tapi sepasang telinganya mendengar bagaimana suara teriakan saling susul. Kejadian ternyata di luar dugaan semua orang. Karena badan Pek kut Ie-su yang melambung melakukan serangan ke arah batok kepala Kang Hoo, mendadak terpental ke atas hingga membentur langit-langit ruangan besar, genteng dan kayu berlompatan ditubruk tubuh Pek kut Ie- su yang mental ke atas. Semua mata memandang ke arah nyeplosnya Pek kut Ie-su keluar genteng, dan ia langit-langit ruangan tadi mendadak menjadi bolong. Sedang waktu itu Kang Hoo menggebrakkan kakinya ke bumi sudah menyilang tangan di depan dadanya. Itulah gerak dari kunci ilmu Karakhter. Mekipun Pek kut Ie-su sudah terpental ke atas menubruk langit-langit ruangan dan baberapa pecahan genteng menimpa badan Kang Hoo. Tapi Kang Hoo belum berani bergerak, ia terus melakukan gerak kunci dengan menyilang tangan di depan dada, berdiri seperti seorang yang sedang melakukan gerak jurus pembukaan dari salah satu aliran ilmu silat. Cui Ngo Kho yang menyaksikan kejadian itu, ia melompongkan mulutnya. Seorang murid merobohkan gurunya sendiri. Dan tak lama badan Pek-kut Ie-su yang mental ke atas jatuh kembali, lalu ambruk di lantai. Kedua tangan dan kaku Pek-kut Ie-su seperti melekat satu sama lain di lantai, ia berkutet guna melepaskan dirinya, tapi bagaimanapun mengamuknya Pek kut Ie-su, ia tak berhasil melepaskan kekangan tadi, tubuhnya terus berkutet di lantai. Sementara itu Kang Hoo vang melihat kalau Pek- kut Ie-su sudah roboh. Ia baru bergerak maju, memperhatikan wajah sang guru yang terkunci oleh ilmu Karekhternya, kemudian terdengar ia berkata, “Suhu, apa ingat itu jurus apa?” Pek kut Ie-su yang menggeletak tak berdaya di bawah lantai mendelikkan matanya, membentak, “Anak setan! Siapa suhumu. Ilmu apa yang kau gunakan terhadap diriku? Huh tentunya ilmu setan.” “Ah.” Kang Hoo mundur lagi selangkah. “Apakah kau bukan guruku?” Berbarengan dengan kata-kata Kang Hoo, mendadak saja Hong Pin yang berdiri di samping Cui Ngo Kho jalan menghampiri Kang Hoo, katanya, “Kau minggirlah! Aku akan membuka tabir rahasia ini.” Kang Hoo bingung, ia mundur ke belakang membiarkan Hong Pin maju mendekati Pek-kut Ie su. Dengan ujung tongkat Tiok-ciat-pian, Hong Pin menggores wajah Pek-kut Ie-su. Maka kulit wajah itu jadi terbelah, sedang sepasang mata Pek-kut Ie-su terbelalak keluar. Tapi dari kulit wajah yang terbelah dua itu tak mengeluarkan darah. Hong Pin terus bekerja merusak wajah Pek kut Ie- su. Hingga wajah itu menjadi potongan-potongan daging. Kang Hoo yang melihat kejadian itu, ia melototkan matanya, wajah itu mengapa tak mengeluarkan darah. Dan ketika kulit muka tadi sudah hancur, maka kini tampaklah satu wajah yang sangat menyeramkan. Itulah seraut wajah yang sudah rusak. Sampai di situ Hong Pin melangkah mun¬dur, ia menoleh ke arah gurunya, serunya, “Suhu, bagaimana?” Cui Ngo Kho juga membelalakkan mata, karena wajah Pek-kut Ie-su yang ia kenal itu adalah wajah palsu. Dan di balik wajah itu, terdapat wajah lain, itulah wajah manusia yang menyeramkan. Pada bagian mulut wajah tadi tak terdapat daging. Itulah wajahnya Tengkorak hidup. Melihat itu Cui Ngo Kho bergumam, “Setan lembah. Kau setan lembah. Kau memalsu wajah Pek kut Ie-su!” Setelah berkata demikian Cui Ngo Kho menoleh ke arah Hong Pin, katanya, “Bunuh setan tua itu!” Dengan tongkat Tiok ciat-pian Hong Pin melaksanakan perintah gurunva, ia menekan ujung tongkat di atas dada Setan lembah dengan perlahan-lahan, maka darah menyembur keluar Setan Lembah yang mendapat tikaman di dadanya, ia berkelejetan tapi tak terdengar suara teriakannya. Kang Hoo yang menyaksikan kejadian itu hatinya jadi lega, ternyata manusia yang jadi pemimpin pembunuhan terhadap ayahnya bukanlah Pek-kut Ie-su asli, itulah pemalsuan Setan Lembah, orang yang menjalani kematiannya di ujung tongkat Tiok-cita-pian Hong Pin, Baru saja Kang Hoo bernapas lega dari pintu ruangan besar berlari masuk seseorang, orang itu berteriak memanggil, “Kang Hoo......” “Suhu .. suhu .... “ Teriak Kang Hoo. Cui Ngo Kho menoleh ke arah pintu, lalu ia berteriak, “Aaaaa .... Pendekar Pedang Kitiran Beng Cie sianseng. Apa kau sudah bertemu dengan Pek-kut Ie-su?” Sambil jalan menghampiri Kang Hoo, Beng Cie sianseng menghela napas, ia berkata, “Pek kut Ie-su sudah binasa, ia sudah mati di dalam goa Hoa-ie-tong di atas gunung Hong tong san. Aku tak sempat membalas dendam.” “Hmmm. Kau ingin balas dendam?” Kata Cui Ngo Kho tersenyum. “Nah kau cincanglah orang yang menggeletak di sana. Muridmu Kang Hoo yang berhasil merobohkannya.” Beng Cie sianseng memandang ke arah orang yang sedang ditusuk perlahan-lahan oleh tongkat Tiok ciat pian Hong Pin ia mengkerutkan kening. Katanya, “Dia Setan Lembah?” “Ya. Dialah Pek kut Ie-su tetiron!” jawab Cui Ngo Kho. “Lihatlah wajahnya itu rusak akibat pukulan tulang putih Pek kut Ie-su asli pada tiga puluh tahun berselang dan untuk melampiaskan dendamnya ia telah mengganti rupa menyaru Pek kut Ie-su dan membuat teror, hingga orang-orang menyangka kalau Pek kut Ie-su asli yang melakukan keja¬hatan.” Berbarengan dengan akhir ucapan Cui Ngo Kho kembali datang ke dalam ruangan itu dua orang, itulah Siong In dan Lo Siauw Houw. Tapi waktu itu si ketua golongan Kalong sudah menghembuskan napasnya yang penghabisan di ujung tongkat Hong Pin. Dan tiga orang anggota golongan Kalong, sudah tak tampak di sana, mereka sudah lari kabur entah kemana. Hong Pin setelah menbunuh Setan Lembah, ia jalan menghampiri Kang Hoo yang berdiri di samping Beng Cie sianseng, di depan jago tua pedang kitiran Hong Pin merangkapkan kedua tangan memberi hormat, katanya, “Terimalah hormat siauwte.” Beng Cie Sianseng tersenyum. “Bagaimana tentang janjimu?” Tanya Hong Pin pada Kang Hoo. Kang Hoo tersenyum, ia menyerahkan Angsa Emas pada Hong Pin. Dengan girang Hong Pin segera menerima Angsa Emas tadi, diletakkannya di atas telapak tangannya, dicium-ciumnya. Semua orang yang hadir dalam ruangan itu berkerumun ingin melihat benda mustika yang berada di atas telapak tangan Hong Pin hingga tubuh Hong Pin dikurung oleh empat orang jago rimba persilatan yang melihat dengan kagum benda mustika di tangan pendekar buta. Tapi mendadak saja timbul satu keanehan, karena Angsa Emas yang sedang dicium di atas telapak tangan Hong Pin mendadak mencelat ke atas. Angsa Emas itu bagaikan terbang melesat menuju langit-langit ruangan yang bobol kemudian lenyap. Semua orang yang menyaksikan kejadian itu jadi melompongkan mulut, mata mereka memandang ke arah lenyapnya Angsa Emas, sedang Hong Pin yang sepasang matanya buta ia tidak melihat gerakan terbang mustika itu, tapi dari kesiuran anginnya ia bisa tahu kalau benda tadi terbang ke arah lubang di langit-langit ruangan. Ia membalikkan badan menubruk tapi terlambat karena gerakan terbang si benda mustika terlalu cepat. Setelah benda tadi lenyap, maka di sana terdengar Cui Ngo Kho berteriak, “Mustika Gaib!” “Ah ya....Mustika Gaib,” teriak Beng Cie sianseng. Cui Ngo Kho setelah mengeluarkan teriakan Mustika Gaib, ia segera membentak Hong Pin, “Kau apakah?” “Suhu! Aku lupa. Hari ini mendadak aku datang bulan,” Seru Hong pin. Mendengar itu, Beng Cie sianseng, Siong In, Kang Hoo dan Lo Siauw Houw jadi melengak kaget mendengar pengakuan Hong Pin yang sedang datang bulan, bagaimana seorang pemuda bisa datang bulan? Dan Beng Cie sianseng menoleh ke arah Cui Ngo Kho, katanya, “Eh, Cui Ngo Kho, bagaimana murid laki¬-lakimu ini bisa datang bulan?” Cui Ngo Kho tersenyum lalu berkata kepada Hong Pin, “Hong Pin, bersihkan wajahmu.” Dengan malu-malu Hong Pin membersihkan wajahnya dengan obat pelumer, maka wajah itu berubah menjadi wajah seorang gadis manis bermata buta. Kang Hoo yang melihat perobahan wajah Hong Pin, ia jadi mundur selangkah. Ia tidak menyangka kalau Hong Pin itu adalah seorang gadis. Tidak terkecuali Siong In, ia juga jadi melompongkan mulut. Sementara itu, Cui Ngo Kho sudah berkata lagi, “Angsa Emas Berkepala Naga itu sebenarnya barang suci, ia tak boleh dipegang oleh seorang perempuan yang sedang datang bulan, tadi muridku lupa hingga dengan girang ia telah menyentuh benda itu, kini benda itu sudah lenyap. Apa mau dikata. Mata muridku akan tetap buta.” “Mustika Gaib!” Terdengar suara ramai menggema di dalam ruangan itu. Dan dengan terdengarnya suara Mustika Gaib menggema di dalam ruangan itu maka para jago rimba persilatan itu kembali ke gunung masing- masing. Tahun berganti tahun, sepuluh tahun dilewatkan. Di rimba persilatan tersiar berita tentang munculnya Tiga Gabungan Pendekar Pembela Keadilan dan Kebenaran, mereka adalah Kang Hoo si jago Karakhter, Hong Pin si gadis buta dan Siong In jago betina dari Hong-san. Di samping mengembara menyumbangkan tenaga dan kepandaiannya untuk menolong si lemah dan menghancurkan si jahat. Tiga Gabungan Pendekar, terus berusaha mencari kembali Angsa Emas Berkepala Naga yang telah lenyap secara mendadak.TAMAT
Pendekar Gila - 40. Empat Bidadari Lembah Neraka Trio Detektif 26. Misteri Kuda Tanpa Kepala Naga Merah - Khu Lung Animorphs 21: Duel antar animorphs Percy Jackson 3. Kutukan Bangsa Titan
Sepasang mata Hong Pin tidak bisa digunakan, tidak bisa melihat jalannya pertempuran, tapi sepasang telinganya mendengar bagaimana suara teriakan saling susul. Kejadian ternyata di luar dugaan semua orang. Karena badan Pek kut Ie-su yang melambung melakukan serangan ke arah batok kepala Kang Hoo, mendadak terpental ke atas hingga membentur langit-langit ruangan besar, genteng dan kayu berlompatan ditubruk tubuh Pek kut Ie- su yang mental ke atas. Semua mata memandang ke arah nyeplosnya Pek kut Ie-su keluar genteng, dan ia langit-langit ruangan tadi mendadak menjadi bolong. Sedang waktu itu Kang Hoo menggebrakkan kakinya ke bumi sudah menyilang tangan di depan dadanya. Itulah gerak dari kunci ilmu Karakhter. Mekipun Pek kut Ie-su sudah terpental ke atas menubruk langit-langit ruangan dan baberapa pecahan genteng menimpa badan Kang Hoo. Tapi Kang Hoo belum berani bergerak, ia terus melakukan gerak kunci dengan menyilang tangan di depan dada, berdiri seperti seorang yang sedang melakukan gerak jurus pembukaan dari salah satu aliran ilmu silat. Cui Ngo Kho yang menyaksikan kejadian itu, ia melompongkan mulutnya. Seorang murid merobohkan gurunya sendiri. Dan tak lama badan Pek-kut Ie-su yang mental ke atas jatuh kembali, lalu ambruk di lantai. Kedua tangan dan kaku Pek-kut Ie-su seperti melekat satu sama lain di lantai, ia berkutet guna melepaskan dirinya, tapi bagaimanapun mengamuknya Pek kut Ie-su, ia tak berhasil melepaskan kekangan tadi, tubuhnya terus berkutet di lantai. Sementara itu Kang Hoo vang melihat kalau Pek- kut Ie-su sudah roboh. Ia baru bergerak maju, memperhatikan wajah sang guru yang terkunci oleh ilmu Karekhternya, kemudian terdengar ia berkata, “Suhu, apa ingat itu jurus apa?” Pek kut Ie-su yang menggeletak tak berdaya di bawah lantai mendelikkan matanya, membentak, “Anak setan! Siapa suhumu. Ilmu apa yang kau gunakan terhadap diriku? Huh tentunya ilmu setan.” “Ah.” Kang Hoo mundur lagi selangkah. “Apakah kau bukan guruku?” Berbarengan dengan kata-kata Kang Hoo, mendadak saja Hong Pin yang berdiri di samping Cui Ngo Kho jalan menghampiri Kang Hoo, katanya, “Kau minggirlah! Aku akan membuka tabir rahasia ini.” Kang Hoo bingung, ia mundur ke belakang membiarkan Hong Pin maju mendekati Pek-kut Ie su. Dengan ujung tongkat Tiok-ciat-pian, Hong Pin menggores wajah Pek-kut Ie-su. Maka kulit wajah itu jadi terbelah, sedang sepasang mata Pek-kut Ie-su terbelalak keluar. Tapi dari kulit wajah yang terbelah dua itu tak mengeluarkan darah. Hong Pin terus bekerja merusak wajah Pek kut Ie- su. Hingga wajah itu menjadi potongan-potongan daging. Kang Hoo yang melihat kejadian itu, ia melototkan matanya, wajah itu mengapa tak mengeluarkan darah. Dan ketika kulit muka tadi sudah hancur, maka kini tampaklah satu wajah yang sangat menyeramkan. Itulah seraut wajah yang sudah rusak. Sampai di situ Hong Pin melangkah mun¬dur, ia menoleh ke arah gurunya, serunya, “Suhu, bagaimana?” Cui Ngo Kho juga membelalakkan mata, karena wajah Pek-kut Ie-su yang ia kenal itu adalah wajah palsu. Dan di balik wajah itu, terdapat wajah lain, itulah wajah manusia yang menyeramkan. Pada bagian mulut wajah tadi tak terdapat daging. Itulah wajahnya Tengkorak hidup. Melihat itu Cui Ngo Kho bergumam, “Setan lembah. Kau setan lembah. Kau memalsu wajah Pek kut Ie-su!” Setelah berkata demikian Cui Ngo Kho menoleh ke arah Hong Pin, katanya, “Bunuh setan tua itu!” Dengan tongkat Tiok ciat-pian Hong Pin melaksanakan perintah gurunva, ia menekan ujung tongkat di atas dada Setan lembah dengan perlahan-lahan, maka darah menyembur keluar Setan Lembah yang mendapat tikaman di dadanya, ia berkelejetan tapi tak terdengar suara teriakannya. Kang Hoo yang menyaksikan kejadian itu hatinya jadi lega, ternyata manusia yang jadi pemimpin pembunuhan terhadap ayahnya bukanlah Pek-kut Ie-su asli, itulah pemalsuan Setan Lembah, orang yang menjalani kematiannya di ujung tongkat Tiok-cita-pian Hong Pin, Baru saja Kang Hoo bernapas lega dari pintu ruangan besar berlari masuk seseorang, orang itu berteriak memanggil, “Kang Hoo......” “Suhu .. suhu .... “ Teriak Kang Hoo. Cui Ngo Kho menoleh ke arah pintu, lalu ia berteriak, “Aaaaa .... Pendekar Pedang Kitiran Beng Cie sianseng. Apa kau sudah bertemu dengan Pek-kut Ie-su?” Sambil jalan menghampiri Kang Hoo, Beng Cie sianseng menghela napas, ia berkata, “Pek kut Ie-su sudah binasa, ia sudah mati di dalam goa Hoa-ie-tong di atas gunung Hong tong san. Aku tak sempat membalas dendam.” “Hmmm. Kau ingin balas dendam?” Kata Cui Ngo Kho tersenyum. “Nah kau cincanglah orang yang menggeletak di sana. Muridmu Kang Hoo yang berhasil merobohkannya.” Beng Cie sianseng memandang ke arah orang yang sedang ditusuk perlahan-lahan oleh tongkat Tiok ciat pian Hong Pin ia mengkerutkan kening. Katanya, “Dia Setan Lembah?” “Ya. Dialah Pek kut Ie-su tetiron!” jawab Cui Ngo Kho. “Lihatlah wajahnya itu rusak akibat pukulan tulang putih Pek kut Ie-su asli pada tiga puluh tahun berselang dan untuk melampiaskan dendamnya ia telah mengganti rupa menyaru Pek kut Ie-su dan membuat teror, hingga orang-orang menyangka kalau Pek kut Ie-su asli yang melakukan keja¬hatan.” Berbarengan dengan akhir ucapan Cui Ngo Kho kembali datang ke dalam ruangan itu dua orang, itulah Siong In dan Lo Siauw Houw. Tapi waktu itu si ketua golongan Kalong sudah menghembuskan napasnya yang penghabisan di ujung tongkat Hong Pin. Dan tiga orang anggota golongan Kalong, sudah tak tampak di sana, mereka sudah lari kabur entah kemana. Hong Pin setelah menbunuh Setan Lembah, ia jalan menghampiri Kang Hoo yang berdiri di samping Beng Cie sianseng, di depan jago tua pedang kitiran Hong Pin merangkapkan kedua tangan memberi hormat, katanya, “Terimalah hormat siauwte.” Beng Cie Sianseng tersenyum. “Bagaimana tentang janjimu?” Tanya Hong Pin pada Kang Hoo. Kang Hoo tersenyum, ia menyerahkan Angsa Emas pada Hong Pin. Dengan girang Hong Pin segera menerima Angsa Emas tadi, diletakkannya di atas telapak tangannya, dicium-ciumnya. Semua orang yang hadir dalam ruangan itu berkerumun ingin melihat benda mustika yang berada di atas telapak tangan Hong Pin hingga tubuh Hong Pin dikurung oleh empat orang jago rimba persilatan yang melihat dengan kagum benda mustika di tangan pendekar buta. Tapi mendadak saja timbul satu keanehan, karena Angsa Emas yang sedang dicium di atas telapak tangan Hong Pin mendadak mencelat ke atas. Angsa Emas itu bagaikan terbang melesat menuju langit-langit ruangan yang bobol kemudian lenyap. Semua orang yang menyaksikan kejadian itu jadi melompongkan mulut, mata mereka memandang ke arah lenyapnya Angsa Emas, sedang Hong Pin yang sepasang matanya buta ia tidak melihat gerakan terbang mustika itu, tapi dari kesiuran anginnya ia bisa tahu kalau benda tadi terbang ke arah lubang di langit-langit ruangan. Ia membalikkan badan menubruk tapi terlambat karena gerakan terbang si benda mustika terlalu cepat. Setelah benda tadi lenyap, maka di sana terdengar Cui Ngo Kho berteriak, “Mustika Gaib!” “Ah ya....Mustika Gaib,” teriak Beng Cie sianseng. Cui Ngo Kho setelah mengeluarkan teriakan Mustika Gaib, ia segera membentak Hong Pin, “Kau apakah?” “Suhu! Aku lupa. Hari ini mendadak aku datang bulan,” Seru Hong pin. Mendengar itu, Beng Cie sianseng, Siong In, Kang Hoo dan Lo Siauw Houw jadi melengak kaget mendengar pengakuan Hong Pin yang sedang datang bulan, bagaimana seorang pemuda bisa datang bulan? Dan Beng Cie sianseng menoleh ke arah Cui Ngo Kho, katanya, “Eh, Cui Ngo Kho, bagaimana murid laki¬-lakimu ini bisa datang bulan?” Cui Ngo Kho tersenyum lalu berkata kepada Hong Pin, “Hong Pin, bersihkan wajahmu.” Dengan malu-malu Hong Pin membersihkan wajahnya dengan obat pelumer, maka wajah itu berubah menjadi wajah seorang gadis manis bermata buta. Kang Hoo yang melihat perobahan wajah Hong Pin, ia jadi mundur selangkah. Ia tidak menyangka kalau Hong Pin itu adalah seorang gadis. Tidak terkecuali Siong In, ia juga jadi melompongkan mulut. Sementara itu, Cui Ngo Kho sudah berkata lagi, “Angsa Emas Berkepala Naga itu sebenarnya barang suci, ia tak boleh dipegang oleh seorang perempuan yang sedang datang bulan, tadi muridku lupa hingga dengan girang ia telah menyentuh benda itu, kini benda itu sudah lenyap. Apa mau dikata. Mata muridku akan tetap buta.” “Mustika Gaib!” Terdengar suara ramai menggema di dalam ruangan itu. Dan dengan terdengarnya suara Mustika Gaib menggema di dalam ruangan itu maka para jago rimba persilatan itu kembali ke gunung masing- masing. Tahun berganti tahun, sepuluh tahun dilewatkan. Di rimba persilatan tersiar berita tentang munculnya Tiga Gabungan Pendekar Pembela Keadilan dan Kebenaran, mereka adalah Kang Hoo si jago Karakhter, Hong Pin si gadis buta dan Siong In jago betina dari Hong-san. Di samping mengembara menyumbangkan tenaga dan kepandaiannya untuk menolong si lemah dan menghancurkan si jahat. Tiga Gabungan Pendekar, terus berusaha mencari kembali Angsa Emas Berkepala Naga yang telah lenyap secara mendadak.TAMAT