Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Pedang Kunang Kunang - 82

$
0
0
Cerita Silat | Pedang Kunang Kunang | Oleh SD Liong | Pedang Kunang Kunang | Sakti Cersil | Pedang Kunang Kunang pdf

Love Latte - Phoebe Beauty Honey - Phoebe Blind Date - aliaZalea Miss Pesimis - Alia Zalea Cewek - Esti Kinasih

“Mengapa? Apakah wajahmu mempunyai.... sesuatu yang tak boleh dilihat orang ?" “Aku sendiri juga tak jelas." Li Kok-hoa terbeliak heran. Pada saat ia hendak mendesak, Siu-mey sudah mendahului, menceritakan asal mula Gak Lui memakai kedok muka itu. “Ah, ah," Li Kok-hoa mendesuh, “kiranya begitu. Kukira karena wajahnya cacad maka aku bersedia akan mengobatinya ...." “Paman Li," tiba2 Gak Lui menyelutuk, “aku mempunyai taci angkat yang mukanya rusak penuh guratan pedang. Apakah paman dapat mengobati ?" “Tujuan dari ilmu pengobatan itu adalah untuk menolong orang. Jangan lagi saudara angkatmu, sedang orang yang belum kenal saja asal aku dapat mengobati tentu akan kutolong ...." Juga Siu-mey ikut menyelutuk: “Engkoh Lui, yang engkau maksudkan dengan taci angkatmu itu apakah bukan Hi Kiam-gim yang mukanya ditutup dengan kain kerudung itu?" “Benar," sahut Gak Lui, “apakah dia sudah ke Ceng- sia-san ?" “Memang sudah tetapi sayang dia dingin sekali terhadap orang. Kecuali hendak membunuh si Maharaja, lain2 hal dia tak mau peduli. Maksudmu yang baik itu mungkin sukar diterimanya !" “Kukira ... dia dapat menerima...” “Mengapa ?" “Engkau masih ingat ketika di sumber air Pencuci Jiwa engkau hampir berjumpa dengannya?” “Ya." “Karena melihat kuburanku maka dia lalu merusak wajahnya sendiri. Kalau sekarang kita tak kurang suatu, tentulah dia juga ingin wajahnya itu pulih kembali." “O," Siu-mey mendesuh dan kerutkan alis seperti orang cemburu. Pada saat ia hendak bertanya, ayahnyapun sudah mendahului menghela napas, ujarnya: “Soal itu aku sudah meluluskan tetapi adalah hal semacam itu maka rumahtanggaku sampai berantakan. Sungguh suatu kenangan yang menyedihkan ..." “Paman, apakah Li Hui-ting juga menipu paman untuk mengobati orang yang wajahnya rusak?" Li Kok-hoa mengiakan. “Lalu siapakah yang paman obati?" Mata si tabib berkilat-kilat memancar rasa ketakutan dan tak mau menjawab. Melihat itu Siu-mey cepat mendesak: “Yah, tak perlu engkau takut. Biar musuh bagaimana kuatnya tetapi aku dan engkoh Lui sanggup menghadapi !" “Ini ....” “Mengapa ayah masih ini itu lagi! Karena engkau menghilang, mamah sampai meninggal karena sedih. Kalau ayah sekarang tetap tak mau bilang, bukankah ayah berdosa kepada mamah?" “Ai ...” tabib itu menghela napas panjang melihat puterinya berduka, "baiklah. Kesatu, peristiwa itu sudah berselang puluhan tahun dan pula durjana itu sudah mati. Tentulah mereka tak tahu kalau aku masih hidup. Nah, silahkan kalian tanya saja kepadaku !" Gak Lui segera mengajukan pertanyaan: “Paman, dari pembicaraan paman dengan Tio Yok-bing tempo hari, pernah paman menyebut seorang Hidung Gerumpung. Sedang tentang Tabib-jahat Li Hui-ting memang paman sebut2 beberapa kali. Apakah paman ditipu oleh Li Hui-ting untuk mengobati paman guruku yang bernama Lengan-besi-hati-baik itu? Kalau benar, mengapa wajahnya belum sembuh?" “Murid hianat itu memang benar telah menipu aku untuk mengobati wajah seseorang, tetapi siapa orang itu, aku tak tahu !" “Pernahkah paman pergi ke gunung Busan?" “Busan ?" “Benar, yalah tempat persembunyian dari paman guruku itu." “Memang aku dibawa oleh muridku hianat itu melintasi beberapa gunung dan sungai. Tetapi di manakah letak Busan itu sampai sekarang aku tak jelas." “O, kiranya selain ditipu pun paman diikat oleh murid penghianat itu ?" "Ya, benar." "Kalau begitu tolong paman berikan sedikit gambaran tentang wajah orang yang paman obati itu." Li Kok-hoa gelengkan kepala menghela napas: "Wajah mereka akupun tak dapat mengatakan. Kecuali tahu kalau hidungnya gerumpung, lain2nya aku tak dapat melihat." "Mereka? Apakah jumlahnya lebih dari seorang ?" "Dua!" "Apakah keduanya mengenakan kerudung muka semua ?" Li Kok-hoa mengiakan. "Apakah keduanya terserang penyakit yang sama ?” baru Gak Lui bertanya begitu tiba2 hatinya tergetar. Ia teringat suatu peristiwa yang aneh dan buru2 menyusuli kata : "Tidak! .... paman, ah ,.... apakah engkau memotong hidung paman guruku untuk dipindahkan kepada seorang ?" Gemetarlah tubuh tabib-sakti Li Kok-hoa mendengar perkataan itu. Dengan terbata-bata ia menyahut: "Benar.... ya, benar. Tetapi bagaimana engkau dapat menduga seseorang?" Mendengar tabib itu sudah mengaku, tersadarlah pikiran Gak Lui. Kini jelaslah ia mengapa pada saat menutup mata paman gurunya si Lengan-besi-hati- baik itu menanyakan diri Maharaja Persilatan Tio Bik- lui. Kiranya kedua orang itu mempunyai hubungan yang erat sekali sehingga Lengan besi hati-baik mau mengorbankan hidungnya diberikan kepada Tio Bik-lui. Tujuan daripada paman gurunya Lengan-besi hati-baik itu tentulah mengharap agar Tio Bik-lui mau menyadari kesesatan dan kembali kejalan yang benar. Itulah pula sebabnya ketika Gak Lui menceritakan bagaimana dirinya ditolong oleh Tio Bik lui, paman gurunya segera memuji Tio Bik-lui itu memang orang yang baik hati. Padahal tindakan Tio Bik-lui menolong dirinya itu hanya suatu siasat untuk mengambil keuntungan. Sama sekali bukan suatu tanda kalau orang itu sudah mau memperbaiki kesalahannya. Kini makin jelaslah Gak Lui akan pribadi paman gurunya yang berhati luhur dan pribadi Tio Bik-lui yang ganas. Tiba2 ia tertegun. Timbul seketika suatu pertanyaan dalam hatinya. Ya, mengapa paman gurunya begitu baik hati sekali kepada Tio Bik-lui ? Dan mengapa Tio Bik-lui membalas kebaikan Lengan- besi-hati-baik dengan tindakan bermusuhan ? Gak Lui tak dapat menjawab pertanyaan itu. Ia tegak termenung-menung memikirkan soal itu. Karena melihat pemuda itu diam saja, Li Kok-hoa mengira kalau Gak Lui tak puas kepadanya. Maka buru2 ia menyusuli keterangan lagi: “Sesungguhnya memindahkan anggauta badan orang kepada orang lain itu melanggar kodrat alam dan tidak seharusnya kulakukan. Tetapi .... benar2 aku terpaksa melakukan hal itu dan karenanya akupun tak leluasa mengatakan....." "Paman Li, dalam hal itu memang paman guruku sendiri mempunyai tujuan dan tak dapat menyesalkan paman. Tetapi kuharap paman suka mengingat lagi peristiwa itu dan memberi keterangan yang jelas." "Baik, baik! Sekarang hendak kuceritakan dulu tentang riwayat murid hianat Li Hui-ting itu." "Silahkan, paman." "Pada waktu datang mengangkat guru kepadaku, dia memang bersikap baik sekali. Akupun tahu kalau dia itu seorang persilatan tetapi tak mengerti ilmu pengobatan. Tetapi dia menaruh perhatian besar terhadap obat2 racun." "Adakah paman tak memberikan pelajaran ilmu itu kepadanya ?" "Kuberinya sedikit ilmu tentang racun. Sedang obat2 istimewa dari perguruanku, tak kuberikan kepadanya." "Apakah diantaranya termasuk ilmu cairan racun yang dapat menyurutkan tubuh ?" "Benar." "Apakah dia begitu saja lalu lepaskan keinginannya ?" "Dia seorang yang mempunyai tipu muslihat banyak sekali. Tahu kalau aku tak mau mengajarkan, diapun tak dapat berbuat apa2. Tetapi lewat beberapa waktu kemudian, iapun pergi dari rumahku." "Dia baru kembali lagi ketika hendak menipu paman, bukan?" "Benar, pada suatu malam kira2 delapan belas tahun yang lalu, tiba2 dia muncul dan meminta kepadaku untuk mengobati seorang penderita penyakit yang sukar diobati. Dia meminta supaya aku membawa peti obat dan ikut bersamanya ke suatu tempat." "Pada waktu paman tinggalkan rumah, apa saja yang paman alami ?" "Tak berapa jauh meninggalkan rumah, tiba2 murid hianat itu menutuk jalan darahku hingga pingsan lalu membawaku kesebuah tempat. Setelah aku sadar, kulihat empat orang berkerudung muka tengah menunggu. Salah seorang yang menjadi pemimpinnya bicara tetapi suaranya tak jelas. Terang kalau dia tak mempunyai hidung." "Hm, yang mencelakai gihu-ku, tentulah keempat orang itu. Yang tiga orang adalah kawanan Topeng Besi yang sudah hilang kesadaran pikirannya. Tetapi Lima Pendekar Im-leng itu masih belum masuk dalam gerombolan itu. Kuharap tawanan yang dibawa ke Ceng-sia itu, salah seorang dari ketiga Topeng Besi itu agar dapat diperoleh keterangan2 yang penting..." pikir Gak Lui. "Paman Li, bagaimanakah sikap Hidung Gerumpung itu kepadamu?" “Dia bertanya apakah aku dapat menambal hidung? Kujawab kalau aku dapat melakukan hal itu. Tetapi dengan syarat bahwa hidung yang akan ditambal itu belum membusuk. Kalau sudah busuk, aku tak sanggup." “Lalu apakah hidungnya yang terpapas hilang masih disimpannya?" “Dia mengatakan kalau sudah hilang. Kukatakan kepadanya bahwa aku sanggup membuat hidung palsu, tetapi dia hanya mendengus dingin dan mengatakan sebuah cara yang ganas." “Cara bagaimana ?" “Dia hendak menangkap seorang manusia, suruh aku pilih yang cocok untuk ditambatkan pada hidungnya." “Adakah paman menolak ?" “Memang aku menolak…” tetapi sampai di sini wajah Li Kok-hoa tampak merah, katanya pula: “tetapi dia hendak membunuh seluruh keluargaku. Karena terpaksa, akupun meluluskan." “Karena sudah memutuskan dengan cara itu, mengapa mereka masih mencari paman guruku di Busan dan memindahkan hidungnya kepada orang itu?" tanya Gak Lui pula. “Karena dia bertanya kepadaku, berapa lamakah waktu yang kubutuhkan untuk pencangkokan hidung itu. Aku mengatakan kalau memakan waktu lebih kurang tujuh hari. Rupanya dia terburu buru sekali. Tak dapat menunggu lama. Akhirnya ia memutuskan membawa aku. Ia hendak menyelesaikan suatu pekerjaan lain dulu baru nanti mengurus soal pengobatan itu lagi." “Bagaimana pengalaman sepanjang jalan?" “Mereka menutup kedua mataku dan suruh si Hui-ting menggendong aku. Oleh karena itu aku tak dapat melihat suatu apa kecuali mendengar suara kesiur angin dan gemercik air mendesir di tanah pegunungan." “Kemudian ?" “Kemudian tiba di sebuah gunung. Di situ kedatangan kami disambut oleh seseorang. Kain penutup mukakupun dibuka. Kudapati diriku berada di sebuah gunung yang aneh. Gunung itu terdiri dari duabelas puncak. Lapisan dalam enam puncak dan lapisan luar enam puncak. Keadaan tampaknya berbahaya sekali ...." “Benar, itulah tempat persembunyian paman guruku di Busan. Lalu apakah paman dibawa masuk?" “Tidak, kurasa saat itu aku berada di tepi dari keenam puncak gunung itu." “Lalu bagaimana gerak gerik paman guruku ?" Li Kok hoa kerutkan kening mengenangkan peristiwa yang lampau itu, lalu menjawab: “Paman gurumu juga mengenakan kerudung muka sehingga tak tampak bagaimana wajahnya. Saat itu ketiga orang Kerudung Hitam dan muridku hianat si Hui-ting tidak berada di situ. Mungkin mereka bersembunyi di balik batu karang. Hanya tinggal si Hidung Gerumpung yang berhadapan dengan paman gurumu." “Bicara apa sajakah mereka itu?" “Kuperhatikan kain kerudung mereka bergerak-gerak tengah bicara tetapi sama sekali aku tak dapat mendengar pembicaraan mereka." “Paman, mereka telah menggunakan ilmu Menyusup Suara yang tinggi. Sudah tentu paman tak dapat menangkap pembicaraan mereka. Lalu ?" “Lama juga mereka bicara. Tampak keduanya tegang seperti orang yang sedang berdebat keras. Akhirnya mereka sama2 menunjuk ke langit dan ke bumi seperti orang yang mengangkat sumpah. Setelah itu baru putuslah pembicaraan mereka." “Kemudian ....?" “Tiba2 paman gurumu mengulurkan tangan meminta pedang dari si Hidung Gerumpung. Setelah itu ia memapas hidungnya sendiri...." “Oh…..” “Setelah itu paman gurumu lemparkan pedang lalu lari menyusup ke dalam gerumbul di puncak gunung. Cepat2 akupun memungut batang hidung paman gurumu lalu kulekatkan pada hidung si Hidung Gerumpung...." Mendengar berita itu tahulah sekarang Gak Lui mengapa paman gurunya si Lengan besi-hati baik tak punya hidung sebaliknya Maharaja Persilatan Tio Bik- lui hidungnya utuh. Diam2 ia terkejut sekali. “Paman, orang yang engkau obati hidungnya itulah musuhku besar. Dia adalah durjana nomor satu yang membawa bencana pada dunia persilatan. Tetapi menilik keganasannya, mengapa paman dapat lolos dari cengkeramannya? Dan mengapa rumahtangga paman tak dibasmi ?"

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>