Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Pendekar Bunga Cinta - 44

$
0
0

Cerita Silat | Pendekar Bunga Cinta | by BBT | Pendekar Bunga Cinta | Cersil Sakti | Pendekar Bunga Cinta pdf

Dylan, I Love You! - Stephanie Zen Dear Dylan - Stephanie Zen Jerat - Esti Kinasih Aku menggugat Akhwat & Ikhwan - Fajar Agustanto Bidadari Untuk Ikhwan - Fajar Agustanto

"Silang! Silang! cepat kau keluar dan pulang ... Turun lagi sebelah tangan Sin Lan yang dipakai buat nuding-nuding Kwee Su Liang, batal dia ngomel-ngomel akan tetapi sempat dia tertawa lagi seperti tadi, yakni lima kali ‘hi’ ditambah dengan satu kali panjang, setelah itu dia lompat melesat keluar meninggalkan Kwee Su Liang, bukan lagi dia jalan igel—igelan seperti 'wak Semar'. Bo-im kiamhiap Kwee Su Liang goyang goyang kepala dan tersenyum seorang diri, membayangkan betapa cewek yang cakep dan merangsang tadi ternyata hanyalah seorang ‘gongli'; dia merasa tidak perlu mengejar 'gongli' Sebab takut ketahuan bini, sebaliknya Kwee Su Liang memasuki rumah In Kek See dengan lagak seorang detektip-bayaran yang sedang memeriksa rumah. Tidak berhasil Kwee Su Liang menemui In Kek See yang sahabatnya, meskipun Kwee Su Liang sudah memasuki kamar tidur dan memeriksa dikolong ranjang, sebaliknya waktu dia memeriksa diruangan dapur, ditemuinya sang nyonya rumah alias ‘Lady In‘ yang bukan lagi masak, akan tetapi lagi meringkuk diikat seperti ketupat. Kwee Su Siang menjadi sangat terkejut dan buru—buru mendekati, dia jongkok buat melepaskan tali-tali yang mengikat ketupat (maaf salah menterjemahkan, yang seharusnya 'ba-cang'), sambil Kwee Su Liang berkata lembut lembut dan perlahan—lahan : "In hujin, ngapain anda disini .. ,?" Dan Kwee Su Liang ikut menjadi terharu bercampur marah, Sebab melihat In hujin atau nyonya In mukanya merah bercampur biru, bekas kena digebuk entah oleh siapa yang melakukannya, namun yang pasti bukan dilakukan oleh In Kek See, Sebab Kwee Su Liang tahu benar bahwa In Kek See punya jiwa lembut dan sopan, kagak pernah mukul bini. Nangis In hujin sengguk-sengguk selagi kepalanya oleng-oleng seperti ketiup angin, namun dia tetap duduk bersila dilantai, ogah ditolong dan diajak bangun berdiri, sehingga ikut Kwee Su Liang duduk dilantai, selagi dia mendengarkan nyonya In yang menangis sambil berkicau : "Oh, Kwee tayjin ngapain anda datang sekarang ? saya merasa lebih baik mati daripada disakiti...” dan nyonya In nangis lagi; tetapi punya telinga buat mendengarkan Kwee Su Liang yang ngoceh lagi "In hujin, apa sebenarnya yang telah terjadi, dimana gerangan In-heng ... ?" "Uh u—u—u-h - " In hujin menangis lima kali 'u' ditambah dua huruf 'h' yang nyelip dimana saja, tanpa In hujin mampu mengucap kata-kata sehingga Kwee Su Liang memerlukan mengambilkan secangkir air teh dingin, yang lalu diguyurkan kedalam perut nyonya In setelah itu baru nyonya bisa berkicau lagi: "Dua bulan mantu saya nginap disini, dua bulan dia membikin ulah tanpa dia takut kena tulah; cape hati saya melihat perbuatannya yang sering keluyuran dengan laki-laki lain, selagi anak saya masih bertugas tanpa saya mengetahui dimana tempatnya \\ "Bukankah kedua putera In hujin bertugas didalam istana kerajaan Watzu ... ?" tanya Kwee Su Liang yang merasa heran, karena In hujin mengatakan dia tidak mengetahui dimana anaknya bertugas. "Pada mulanya mereka memang ditugaskan didalam istana itu, akan tetapi yang pertama; In Bong Ie kemudian dipindahkan ke negeri cina, katanya bekerja di istana Pangeran Kim Lun dan ...." Begitu cepat gerakan si pendekar tanpa bayangan Kwee Su Liang yang mendorong tubuh In hujin yang sedang bicara sambil duduk bersila, namun dia tetap kalah cepat dengan melayangnya sebatang anak panah yang kecil bentuknya, yang membenam dibatang leher In hujin, sehingga In hujin tewas seketika tanpa dia mampu mengeluarkan pekik teriak. Lompat Kwee Su Liang bangun berdiri, merasa penasaran karena ada seseorang pembunuh yang melepas senjata rahasia tanpa dia mengetahui dan tak mampu melindungi In hujin. Setelah tangan Kwee Su Liang kemudian bergerak ke arah daun jendela, mengerahkan tenaga pukulan 'pek—kong-ciang' selagi lima jari tangannya terentang tegang; dan tenaga pukulan udara kosong itu berhasil membuat daun jendela hancur berantakan, lalu secepat itu juga Kwee Su Liang melesat ke luar lewat daun jendela itu, sambil memutar pedangnya yang masih berada dalam sarungnya, maksudnya untuk menghindar dari suatu serangan mendadak. Dilain kesempatan Kwee Su Liang telah berdiri dibagian halaman samping rumah, tapi tak dilihatnya adanya seseorang disekitar tempat itu, sebaliknya secara mendadak dia mendengar suara tawa Sin Lan yang mengikik seperti kuntianak habis minum darah, sehingga didalam hati Kwee Su Liang menuduh sebagai perbuatan Sin Lan yang telah membunuh In hujin, mertuanya sendiri ! "Perempuan laknat ,.,...!" Kwee Su Liang memaki cukup keras, tanpa dia perduli Sin Lan tidak mendengar suara makinya itu: sebaliknya dengan gerak yang indah dan ringan tubuhnya melesat naik ke atas genteng rumah, lalu dia mengawasi kearah suara Sin Lan tadi tertawa, namun selekas itu juga dia menjadi terkejut, sebab didepan rumah itu ternyata telah berkumpul sekian banyaknya orang—orang, merupakan penduduk setempat yang bercampur dengan beberapa orang pasukan tentara Watzu ! "Tangkap penjahat , , !” "Tangkap pembunuh . , . !" Terdengar pekik—teriak orang-orang yang berada didepan rumah in Kek See, oleh karena tentunya ada yang melihat Kwee Su Liang yang berdiri diatas genteng. Untuk sejenak Kwee Su Liang menjadi ragu—ragu berdiri diatas genteng rumah itu. Kalau dia turun pasti bakal melakukan pertempuran yang mengakibatkan adanya orang-orang yang terluka bahkan tewas, sehingga akan merupakan suatu permusuhan yang dia tanam dengan penduduk setempat, bahkan dengan pihak pemerintah bangsa Watzu; Sementara Sin Lan yang telah melakukan pembunuhan terhadap nyonya In, pasti akan berlaku cerdas dengan umpatkan diri ditengah tengah keramaian orang banyak, sehingga tidak mudah buat Kwee Su Liang menangkap. Disamping itu, Kwee Su Liang merasa yakin bahwa sukar untuk dia memberikan penjelasan kepada penduduk maupun anggota tentara Watzu, bahkan bukan dia yang telah melakukan pembunuhan terhadap diri nyonya In, sebaliknya adalah menjadi perbuatan Sin Lan; namun Sin Lan tentu sudah berhasil menghasut orang-orang itu dengan menuduh sebagai perbuatan Kwee Su Liang yang telah membunuh In hujin ! Akan tetapi, siapakah sebenarnya Sin Lan ini? Apakah sebenarnya dia istrinya In Bong Ie yang putranya In Kek See? Mengapa dia sampai hati dia membunuh ibu mertuanya sendiri ? Terasa sukar buat Kwee Su Liang mencari jawaban atas pertanyaan itu, namun dia yakin bahwa dibelakang Sin Lan, pasti ada seseorang yang mendalangi dan seseorang itu pasti Kim Lun Hoat ong, seperti yang nyonya In sebutkan tadi bahwa In Bong ditugaskan di istana pangeran Kim Lun Hoat—ong. Sementara itu tidak sempat buat Kwee Su Liang berpikir lama, oleh karena pada saat itu telah melompat lima orang laki laki yang bertubuh tinggi besar, dengan ditemani Sin Lan yang ternyata ikut melompat naik. Sekilas Kwee Su Liang menjadi girang saat melihat Sin Lan ikut lompat naik, ingin dia memberikan penjelasan kepada S orang laki-laki ini, dan sekaligus ingin dia menangkap Sin Lan hidup—hidup, untuk dipaksa mengakui perbuatannya. Tetapi, saat itu ternyata Kwee Su Liang tidak mempunyai kesempatan buat mengucap apa—apa, Sebab kelima orang laki-laki itu sudah langsung melakukan penyerangan secara bertubi-tubi, bahkan dalam sikap mengurung supaya Kwee Su Liang tidak mempunyai kesempatan buat melarikan diri ! Ternyata Kwee Su Liang harus melayani bertempur, namun tak ada niatnya buat melukai kelima orang laki-laki yang tidak dikenalnya itu, sebaliknya berulangkali dia berusaha mendekati Sin Lan yang hendak dia serang dan tangkap hidup—hidup, namun Sin—Lan memberikan perlawanan dengan berteriak menuduh Kwee Su Liang yang melakukan pembunuhan terhadap diri In hujin, dan Kwee Su Liang bahkan hendak memperkosa dirinya. Jelas muka Kwee Su Liang jadi berobah merah, menyimpan rasa malu bercampur marah, Sebab Sin Lan telah menuduh dengan menyebut namanya, bahkan kedudukannya sebagai gubernur penguasa kota perbatasan Gan bun koan, sehingga dalam sekejap dibagian bawah rumah ramai dibicarakan orang, tentang gubernur Kwee Su Liang yang tukang perkosa bini orang ! ANDAIKATA Bo-im kiamhiap Kwee Su—Liang mengetahui siapa sebenarnya Sin Lan, dan juga kelima orang laki-laki yang sedang mengepung dia, maka sudah pasti Kwee Su Liang tidak berlaku lunak. Mereka sebenarnya merupakan suatu komplotan yang telah membinasakan bibiknya Kwee Su Liang dan menculik salah seorang keponakannya si pendekar tanpa bayangan, dan pimpinan dari komplotan itu sebenarnya merupakan pasangan suami-isteri yang tidak diketahui namanya namun hanya dikenal dengan nama Hong-bie ceecu berdua Hong-bie niocu. Untuk mengetahui siapa gerangan nama Hong-bie ceecu serta isterinya, dua tokoh yang memimpin persekutuan Hong-bie pang; terpaksa kita harus beralih dan mengikuti kisah seorang pemuda yatim, yang kelak erat hubungannya dengan Cheng-hwa liehiap Liu Giok Ing, maupun dengan si pendekar tanpa bayangan Kwee Su Liang. Tio Bun Wan adalah nama pemuda yatim piatu itu, oleh karena sejak kecil kedua orang tuanya telah binasa menjadi korban pembunuhan tanpa dia mengetahui siapa pelakunya; oleh karena pada waktu peristiwa pembunuhan itu terjadi, Tio Bun Wan sedang berada di kuil Siao lim buat menuntut ilmu. Dalam usia 18 tahun, Tio Bun Wan telah menjadi seorang pemuda yang tampan dan mahir ilmu silatnya; serta memiliki suatu keistimewaan yang sukar dicari keduanya, oleh karena dia memiliki sepasang alis yang putih. Semenjak kecil Tio Bun Wan mengikuti Tek—ceng taysu dikuil Siao-lim diatas bukit See hong san, di propinsi Kwie—tang, sedikit diluar kota Sin hwee sebelah selatan, yang letaknya terpisah tak terlalu jauh dengan laut Leng teng yo dengan pantainya yang berpasir putih. Waktu itu fajar baru saja merekah, ketika Tio Bun Wan sedang menyusuri dataran luas yang berbukit- bukit. Tubuhnya bersimbah peluh bercampur debu, menandakan perjalanan yang ditempuhnya cukup jauh, tetapi kelihatannya pemuda itu tak merasa lelah, tenaganya cukup kuat buat meneruskan perjalanannya, berkat latihan dan pelajaran yang dimilikinya. Tio Bun Wan sedang melakukan perjalanan hendak mencari musuhnya, sepasang suami istri kejam yang bernama Gan Hong Bie dan Lie Bie Nio, setelah Tio Bun Wan diberitahu gurunya tentang kejadian yang telah membinasakan ayah dan ibunya. Tek ceng taysu melihat dan mengetahui bahwa muridnya yang satu ini tidak memiliki bakat untuk menjadi seorang paderi, sebaliknya bagaikan sudah ditentukan oleh sang Dewata, bahwa Tio Bun Wan bakal mengamalkan ilmunya demi masyarakat luas, sehingga diberinya kesempatan buat sang murid melakukan balas dendam terhadap kedua orang musuhnya, yang sekaligus merupakan perbuatan amal mengenyahkan manusia laknat itu dari muka bumi ini. Namun demikian, perjalanan Tio Bun Wan dalam usaha hendak mencari kedua musuhnya itu, bukanlah merupakan suatu pekerjaan yang mudah buat dia lakukan, terutama dia belum berpengalaman bahkan belum pernah melakukan perjalanan seorang diri, apalagi menjelajah dikalangan rimba persilatan yang lazim atau biasa terjadi dan berlaku hukum rimba yang kejam membunuh atau dibunuh! Baru tiga hari Tio Bun Wan meninggalkan tempat bersemayam gurunya, maka pemuda ini telah menemukan suatu peristiwa yang hampir saja merampas jiwanya. Hari itu Tio Bun Wan memasuki sebuah kota Pao-kee tin, suatu kota yang kecil tapi banyak penduduknya, dan ramai dari lalu lintas orang-orang yang melakukan perjalanan dan harus melewati kota itu. oleh karena hari sudah mendekati magrib, maka Tio Bun Wan mencari sebuah tempat penginapan, untuk dia beristirahat dan bermalam. Waktu Tio Bun Wan sedang menulis namanya pada buku tamu ditempat penginapan itu, maka sempat didengarnya percakapan di kalangan para tamu, tentang adanya peristiwa perampokan yang sering terjadi didalam kota Pao kee tin itu. Perhatian Tio Bun Wan ikut tertarik dengan peristiwa yang sedang dibicarakan itu, Setelah diantar masuk kedalam kamarnya, maka pemuda ini menanyakan keterangan lebih lanjut kepada pelayan yang mengantar dia. Dikatakan oleh pelayan itu, bahwa peristiwa perampokan di kota Pao-kee tin mulai terjadi sejak kira-kira setengah bulan yang lalu. Sebelum itu kota Pao—kee tin katanya merupakan sebuah kota yang cukup aman dan tenteram. Semalam penjahat itu katanya telah melakukan


Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>