Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Pedang Sakti Tunggul Wulung - 1

$
0
0

Cerita Silat | Pedang Sakti Tunggul Wulung | karya Herman Pratikto | Pedang Sakti Tunggul Wulung | Cersil Sakti | Pedang Sakti Tunggul Wulung pdf

Selebritiku, Pulanglah - Amril Putri Mina - Titie Said Putri Kesayangan Ayah - Mary Higgins Clark Panorama Jiwa & Pesona Dua Rembulan - Sutanto Ari Wibowo Kutang Kunang - Abbe Achmad

Pedang Sakti Tunggul Wulung karya Herman Pratikto. sumber djvu web Tirai Kasih http://kangzusi.com/ . Pedang Sakti Tunggul Wulung ( Koleksi Truno Penyak di web gagakseta) Penerbit: Badan Penerbit CV Muria, Jodjakarta terbitan pertama tahun 1968 .., edit teks Saiful B admin http://cerita-silat.mywapblog.com
   selamat menikmati.......™
  

PADA PERTENGAHAN ABAD KE ™
  13 keradjaan Daha mulai gontjang. Radja Kertanegara dirumahkan oleh Djajakatwang. Kemudian Raden Widjaya dengan bantuan penasehat ulung Adipati Madura Wiraredja. Panglima Ranggalawe, Nambi dan Sora berhasil menggulingkan radja baru itu.™
   Dan Raden Widjaya mendirikan keradjaan baru bernama Madjapahit. Dialah radja per-tama. Tetapi pada saat itu, kerusuhan2 dan fitnahan2 mulai terdjadi.™
   Ter-lebih2 tatkala Raden Widjaya wafat. Banjak pahlawan2 negara hantjur berantakan ~ oleh pekerti seorang jang dikenal sedjarah bernama: Sang Mahapati.™
   Dan tjerita ini dimulai tatkala, Sang Mahapati berhasil menumbangkan kedudukan Panglima Ranggalawe Tuban dengan politik adu-domba. Tahun 1309. ™
  Pada suatu malam nampak sebuah tandu dipikul oleh delapan orang, ter-gesa2 mendaki bukit dan melintasi hutan. yang ditandu adalah seorang laki2 tua memeluk seorang anak perempuan sekira berumur l0 tahun.™
   Laki” tua itu ajah almarhum panglima Ranggalawe jang tewas dengan seluruh keluarganja dikabupaten Tuban. Dia bernama Arja Dikara. Anak perempuan jang dipeluknja adalah tjutjunja tunggal Anak Ranggalawe dengan puteri Tirtawati.™
   pengawal2nja jang mendampingi berdjumlah lima orang. Mereka bernama Sondang Makerti, Sondong Madjeruk, Kumbi, suranggana dan Sawung Indera. Mereka bersendjata penggada, limpung, pedang, tombak dan panah Kuda2 jang ditunggangi bertubuh perkasa. Warnanja hitam legam. ™
  Dalam malam pekat, seperti bajangan iblis. Penglihatan tak kuasa melihatnja, ketjuali derap kakinja jang melangkah2 mendepak batu2 djalan. Tiba2 dari kedjauhan terdengar pekik berserabutan. ™
  Kemudian terdengar derap kudab berdjumlah banjak. Tjepat Sondong Makerti berseru kepada Sondong Madjeruk. Katanja: Madjeruk ! Gempur mereka Djangan biarkan mereka mendekati kita Belokkan arah perhatiannja.™
   Sang Adipati Arja Dikara biarlah kukawal sendiri. Mereka baru dapat merabanja, apabila darahku telah lontak ditanah. Sondong Madjeruk menarik kendali kudanja.™
   Dia seorang laki” berperawakan tegap. Pandangnja penuh laki2 Sedjati. Matanja berkilat2 dalam malam gulita. Dengan menggarit perut kudanja, ia melepaskan perintah kepada ketiga kawannja: ™
   Kumbi Suranggana Sawung Indera Hunus sendjatamu. Tumpas mereka atau kalian ditumpasnja. Seperti anak panah terlepas dari busurnja, mereka menerbangkan kudanja. Keblatnja berpentjaran. Kemudian mendjepit lawan jang mengedjarnja, Sendjata mulai terdengar beradu. Perang tanding ter-djadi dari petak kepetak. Dalam pada itu, tandu Arja Dikara menjimpang kekanan menerobos hutan belantara. Arja Dikara nampak bersedih. Ia menundukkan mukanja dalam? Tjutjunja jang bangun gerugapan oleh hiruk-pikuk itu, ditjiumnja. Katanja menghibur: ™
   Kembang Sore Tidurlah Aku ada didekatmu ™
   Ejang apakah itu?. Kembang Sore bertanja pelahan. ™
   Mereka lagi berolah raga. ™
   Dalam malam begini kelam? ™
   Sekalian pradjurit ajahmu selalu berlatih perang dalam malam hari. Itulah sebabnja, mereka takkan mungkin ditumbangkan oleh tentara Madjapahit, bisik Arja Dikara. Tiba - tiba ia menoleh kepada Sordong makerti. ™
   Sondang Makerti ! Masih tidur djuga anak Tumenggung Sora? Sondong makerti tertawa melalui hidungnja Ia menjenguk seorang anak laki-laki berumur ™
  2 tahun jang selalu dipeluknja dalam lengan tangannja. Djawabnja: ™
   Anak ini agaknja tidak pedulian segala. ™
   Bagus Biarlah begitu Andika Bhayangkara harus dapat tidur njenjak, sampai ketemu orang - tuanja. Kembang Sore mendongakkan kepalanja, apabila mendengar tutur - kata kakeknja. Girang ia bertanja : ™
   Ejang ! Andika Bhayangkara ikut pula? ™
   He e. Ia berteriak girang ™
   Mengapa ejang tidak menerangkan tadi kepadaku? Kalau tadi ejang bilang bahwa Andika ikut pula, tak usah aku menangis sedih. Kemana sih kita ini? ™
   Ssst Bukankah aku berpesan, agar engkau menguntji mulutmu? Nah tidurlah Esok matahari akan terbit besar. besar sekali. Seluruh alam akan tjerah dibuatnja. Dan engkau bersama Andika akan dapat bermain - main dengan bebas merdeka, budjuk Arja Dikara. Dan setelah berkata demikian, ia kian menunduk. Nafasnja djadi tersekat -sekat pandjang. Dipalingkannja mukanja kesamping. Agaknja ia masih perlu menjembunjikan tangisnja, sekalipun gelap malam telah tjukup membungkus rapat kesan mukanja. ™
   Sondang Makerti !, katanja ter-sekat. Lembah didepan itu, bukankah lembah wilajah Daga? ™
   la. Tak salah lagi. Dahulu hamba pernah mengembara didaerah ini, tatkala masih zaman narajana, ,, sahut Sondong Makerti sambil tertawa berkakakan. Hamba pernah bertanding melawan Sampang murid warok Tjadarma.™
   Tatkala hamba menggempurnja dengan penggada, ia melontjat dan kabur. Penggada hamba menetak batang pohon djati. ™
  Nanti hamba tundjukkan bekas laga perkelahian itu. ™
   Mengapa sampai berkelahi, paman?, tiba-tiba Kembang Sore menjambung. Sondong Makerti tertawa. ™
   Perkaranja sepele sadja. Dia mengejek guru hamba Warok Suramenggala. Dan hamba kemplang kepalanja sampai ia terhojong tudjuh langkah. Kembang Sore hendak minta keterangan lebih landjut, tetapi kakeknja melarang. Sondong Makerti dan S0ndong Madjeruk adalah saudara seperguruan. Mereka berasal dari Pati dan Tuban. Keduanja. murid Warok Suramenggala jang terkenal tiada bandingnja. Masing-masing diberi keahlian berkelahi. Sondong Makerti ahli penggada. Sedang Sondong Madjeruk ahli bermain parang. Ada lagi seorang'muridnja, bernama Rara Sindura. Seorang wanita dari Daha. Oleh dendam kesumat, ia mendjadi murid. Ternjata ia mempunjai kesanggupan jang mengagumkan. Selain mendjadi seorang ahli main parang, ia memiliki ilmu-ilmu sakti. Barangkali Warok Suramenggala berpikir, bahwa seorang perempuan perlu memiliki ilmu-ilmu sakti untuk melindungi kelemahan tubuhnja. Ia kembali ke Daha setelah menjelesaikan peladjaran. Dan hilang dari pertjaturan ma-Ajarakat. Tiada orang mengetahui, dimanakah beradanja. Sondong Madjeruk pun tidak. Hanja Sondang Makerti jang mengetahui. Dalam pada itu Arja Dikara menarik nafas lagi. Ia terpekur. Mengalihkan pembitjaraan: ™
  Apa pikirmu? _Dapatkah aku mentjapai rumah Tumenggung Sora? ™
  Tentu ! Tentu Hamba bersedia mati, apabila paduka sampai terganggu. - Aku pertjaja, engkau akan bersedia mati untuk tugas. pengawalan ini. Tetapi Sondong Makerti, umurku sudah hampir mentjapai seratus tahun. Biasanja prasangkaku ikut berbitjara pula. Dan kali ini, aku mempunjai prasangka seakan-akan aku akan menemui adjalku ditengah perdjalanan ini. Ia meraba rambut tjutjunja. Diusapnja pelahan penuh perasaan. Kemudian melemparkan pandang didjauh sana.™
   Kesengsaraan jang dialaminja ini, sama sekali tak pernah diduga duganja. Seolah-olah bumi terbelah dan ia terbenam pada saat itu djuga. Tatkala anaknja masih mendjadi adipati 'Tuban, ia hidup tenang tenteram.™
   Pertama-tama radja Wijaya adalah pelindungnja jang besar. Kedua: dia berbangga hati mempunjai anak jang mendjadi salah seorang tokoh keradjaan Madjapahit. Ranggalawe - anaknja - dahulu adalah abdi setia dari radja Kertanegara.™
   Dia mendjadi pengawal raden Widjaya jang mendjadi menantu radja Kertanegara. Dalam peperangan melawan Djajakatwang, ia tak kenal mundur. Djuga waktu terdjepit di Kulawan, Kembang Sari dan Kepulungan. Dengan keberanian jang mengagumkan, ia melindungi menantu radja.™
   Menjergap musuh dan mematahkan pengepungan. Sewaktu raden Widjaya melarikan diri ke Madura, ia tak ketinggalan. Djuga sewaktu kembali ke Kediri dan mendirikan kabupaten didesa Terik.™
   Pada saat itu, ia mempunjai dua orang sahabat. Nambi dan Sora, namanja. Dengan kedua temannja, itu ia ikut berperang melawan tentara Tionghua pasukan Djendral Chen-Pi. Mereka mendarat di Djawa atas perintah radja Kubilai Khan hendak membalas dendam kepada radja Kertanegara.™
   Demikianlah, atas djasanja itu ia diangkat mendjadi Adipati Tuban. Nambi mendjadi mangkubumi Madjapahit. Sedangkan Sora mendjadi mapatih Daha.™
   Antara Ranggalawe dan Daha terdjadi suatu ikatan persahabatan jang kekal. Kemudian terdjadilah fitnah jang tak tersangka2 Anak Pandjipati-pati bernama Mahapati diangkat kepala pendeta Sjiwa. Pandji-pati dahulu berdjasa besar terhadap radja.™
   la melindungi, tatkala radja terkepung oleh pasukan radja Djajikatwang .Oleh djasa itulah mahapati memperoleh kedudukan jang tinggi. Angannja sangat besar. Ingin meniru sedjarah Ken Angrok, hendak menggeser kedudukan radja sedikit demi sedikit. Tatkala raden Widjaya wafat dan radja Djajanegara naik tahta, mulailah dia menjingkirkan sahabat2 radja almarhum.™
   Korban pertama ialah Adipati Tuban Ranggalawe. Dengan litjinnja, ia berhasil mengadu dombanja dengan sahabatnja Nambi jang mendjadi Mangkubumi. Dengan suara lantang ia menuduh pula, bahwa Ranggalawe hendak berontak.™
   Maka. radja Djajanegara mengirimkan pasukan penggempur, Sahabat ranggalawe bernama Sora jang mendjadi mapatih keradjaian Daba mentjoba menghalang-halangi maksud itu.™
   Ia tak rela menjaksikan sahabatnja akan dihamjurkan. Mula2 jang dilakukan ialah mengembalikan keperijtjaan Ranggalawe terhadap keradjaan. Ia mengirimkan anaknja-Andika Bhayangkara-ke 'Tuban untuk didjadikan djaminan maksud baiknja. Kemudian ia mentjoba mempengaruhi radja, agar membatalkan niatnja. Tetapi SAng Mahapati seorang jang benar2 litjin. Dengan akalnja jang tjerdik, ia berhasil djuga mengelabui radja Djajanegara, sehingga penggempuran terhadap kadipaten Tuban tetap dilangsungkan. Dan demikianlah, maka Ranggalawe di gempur oleh sahabat2 nja sendiri.™
   Maklumlah mereka adalah hamba keradjaan. Mau tak mau harus melakukan tugas keradjaan. Seorang panglima bernama Kebo' Anabrang ingin membuat djasa.™
   Dengan semangatnja jang me-luap2, ia mendjebak Ranggalawe mentjehur kesungai dengan kudanja bernama Nilambara. Ranggalawe adalah seorang brangasan. Ia tak memperdulikan siasat lawan jang hendak mendjepitnja diantara sungai Tambak Osi dan Tambak Beras. Ia terlalu pertjaja kepada kesaktian dan kesanggupannja.™
   Tetapi betapa dia & orang dapat melawan ratusan orang jang mengerubutinja? Maka dia berhasil ditewaskan oleh Kebo Anabrang. Sora membalas dendam atas kematian sahabatnja itu.™
   Segera ia membunuhnja dan mengumumkan, bahwa kedua panglima itu mati berbareng. Kadipaten Tuban kemudian dimasuki oleh tentara Madjapahit. Kedua isteri Ranggalawe Mertaraga dan Tirtawati yang masing2 mempunjai anak seorang membunuh diri di pendopo kddipaten. Perbuatannja ditiru oleh sekalian keluarganja.™
   Maka pendapa kadipaten penuh majat bergelimpangan. Kuda Anjampiani - putera Mertaraga _jang lagi berumur l2 tahun mentjabut keris dan hendak membalas dendam.™
   Untunglah seorang pengawal bernama Gagak Mundarang menyambarnja tjepat. Ia membawanja lari. Diungsikan kepada ajah Mertaraga bernama Kyahi Ageng Pelandongan, Gusti Aju Kembang Sore puteri Tirtawati, dibawa oleh ayah Ranggalawe kekediamannja.™
   Ditempat itulah, puteri itu menarg4s me-ronta2, Ia mendjerit memanggil ibunja, setiap kali ia teringat akan peristiwa jang mengerikan itu. Dalam tidurnja ia mengigau. Tetapi lambat-laun oleh kesabaran ejangnja ™
  Arja D.kara - hatinja dapat ditenteramkan buat sementara.™
   Kemudian kabar jang menggontjangkan hati terdjadi lagi. Pasukan Madjapahit mulai mentjari jejak. Putera puteri Ranggalawe akan dilenjapkan dari muka bumi. Menurut faham mereka, keturunan Ranggalawe pasti akan membalas dendam. oleh berita itu, Arja D kara tjepat2 memanggil pengawalnja peribadi bernama Sondang Makerti.™
   la berniat hendak mengungsikan puteri itu kepusat kota, kepada sahabatnya Sang mahapati. Orang tua itu tidak menduga, bahwa biang keladi dari peristiwa ngeri itu adalah pekerti Sang mahapati.™
   Maklumlah bukankah Sang Mahapati adalah kepala agama Sjiwa? Betapa mungkin akan berbuat sesuatu ikut campur urusan perang saudara ini? Maka pada malam itu, berangkatlah dia dengan tandu dengan dikawal oleh Sondang Makerti.™
   Ditengah perdjalanan rombongannya bertemu dengan Sondong Madjeruk, Kumbi


Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>