Cerita klasik | Misteri Empat Jam Yang Hilang | by L. Ron Hubbard | Misteri Empat Jam Yang Hilang | Cersil Sakti | Misteri Empat Jam Yang Hilang pdf
Lelaki Kabut dan Boneka - Helvy Tiana Rosa Bukan di Negeri Dongeng - Helvy Tiana Rosa Hingga Batu Bicara - Helvy Tiana Rosa Sebab Aku Ingin - Helvy Tiana Rosa Ketika Cinta Berbuah Surga - Habiburrahman El-Shirazy
trinya. Selama ini ia telah bersikap jahat, meninggalkan istrinya dan melarikan diri ke tanah yang jauh, membiarkannya di tempat yang tua dan sepi ini serta kebaikan hati rekan-rekan sefakultasnya yang masih diragukan. Hidup tanpa Mary akan berarti rangkaian hari tanpa tujuan dan harapan.
Ia duduk di sana selama beberapa menit, mencoba menenangkan diri dan mencoba meyakinkan dirinya bahwa segala sesuatu berjalan dengan baik.
32
Tak lama kemudian ia berhasil menanamkan pikiran, kalau bukan rasa nyaman, yang menghentikan gemetar tubuhnya.
Pintu depan terbanting dan terdengar langkah kaki yang bergegas dari ruang muka. Lowry melompat berdiri dan berlari menuju pintu.
Ia sedang menggantungkan mantel bulunya yang baru.
"Mary!"
Terkejut ia memandang Lowry.
"Di sini kau rupanya, Lowry! Di mana saja kau selama ini, petualang!"
Tapi ia tidak mendenga rkannya; dengan tawa penuh kebahagiaan ia memeluk Mary erat sekali. Wanita itu pun tertawa, walaupun pe lukan tersebut menghancurkan tata rambutnya dan me ngusutkan kerah putih gaunnya.
"K au cantik sekali," ujar Lowry. "Kau begitu indah dan agu ng. Jikalau aku tidak memilikimu, aku akan segera kelu ar dari rumah ini dan melompat dari tebing."
&nbs p; "Sebaiknya jangan."
"Kaul ah satu-satunya wanita di dunia ini. Kau manis, setia, d an baik hati!"
Wajah Mary bersinar dan matanya terlihat lembut ketika ia mendorongnya sedikit ke belakang
33
untuk memandang suaminya. "Beruang tua. Sekarang beri penjelasan padaku. Ke mana saja kau?"
"Mengapa -" lalu ia berhenti, merasa tak nyaman. "Entahlah, Mary."
"Coba kucium napasmu"
"Aku tidak mabuk."
"Tapi kau gemetaran, Jim! Kau terkena malaria lagi? Dan sekarang kau berjalan-jalan padahal seharusnya berbaring -"
"Aku baik-baik saja. Sungguh, aku tidak apa-apa, Mary. Di mana kau tadi?"
"Keluar mencarimu."
"Maaf aku sudah membuatmu cemas."
Mary mengangkat bahunya. "Kadang-kadang kau membuatku cemas dan aku tahu betapa aku memujamu. Dan sekarang kita terus berbicara sementara kau belum makan sedikit pun. Aku ambilkan makanan untukmu segera."
"Jangan. Biar aku saja. Duduklah kau di dekat perapian. Aku akan menyalakannya dan - "
"Omong kosong."
"Lakukanlah permintaanku. Kau duduk di sana supaya aku dapat memandangimu. Jadilah yang tercantik sementara aku menyiapkan makananku. Jangan, jangan membantah."
Ia tersenyum ketika suaminya memaksanya duduk di atas kursi dan tertawa geli sewaktu Lowry menjatuhkan batang kayu yang ia ambil dari dalam keranjang. "Si beruang ceroboh"
34
Ia segera menyalakan api. Mengangkat tangannya tidak setuju ketika Mary bergerak, Lowry berlari ke ruang makan lalu ke dapur, dan tergesa-gesa membuatkan dirinya roti berisi daging panggang kemarin dan segelas susu. Ia begitu takut Mary pergi sebelum ia kembali sehingga ia melawan dorongan kuat untuk minum kopi.
Ia segera kembali ke ruang duduk dan menghela napas lega mendapati istrinya masih ada di sana. Ia duduk di sofa depan istrinya dan menggenggam roti isi di mukanya sambil memandangi Mary.
"Ayolah makan," ujar Mary. "Aku tidak suka membiarkanmu menyantap makanan dingin."
"Jangan. Kau tidak boleh melakukan apa pun. Duduk sajalah dan jadilah istriku yang cantik." Ia mengunyah perlahan, sedikit demi sedikit merasa santai sampai ia pun meringkuk dengan nyaman di sofa. Tapi sesuatu menegakkan dirinya. "Waktu aku datang, aku mendengar jeritan."
"Jeritan?"
"Ya. Kedengarannya kau memanggilku."
"Pasti acara radio Allison itu. Anak-anak memang suka mendengarkan acara buruk itu dan tidak pernah teringat untuk mengecilkan suaranya. Seluruh keluarga itu mungkin tuli."
"Mungkin kau benar. Tapi aku takut sekali tadi." Ia kembali merasa santai lalu memandanginya.
Matanya begitu menantang, hitam dan menyenangkan. Pada waktu ia memandang, Lowry
35
dapat merasakan kenyamanan yang merasuki tubuhnya. Bodohnya ia pergi meninggalkan Mary. Ia begitu muda dan cantik - Ia bertanya-tanya apa yang ia lihat dari seorang tua bodoh seperti dirinya. Tentu saja umur mereka cuma beda sepuluh tahun, dan ia sering sekali tinggal di luar rumah sehingga ia tidak terlalu kelihatan jauh sekali di atas umur tiga puluh satu atau tiga puluh dua. Namun, pada waktu ia duduk seperti ini, mengamati wajah manis Mary serta tubuhnya yang indah serta menatapi cahaya api pada rambutnya yang kelam serta merasakan rasa sayang di matanya, ia sungguh tidak dapat memahami sepenuhnya mengapa wanita itu bisa jatuh cinta padanya. Mary, yang dapat saja memilih dari lima puluh pria, yang bahkan pernah didekati oleh Tommy Williams - Apa yang ia lihat dari orang besar, ceroboh, dan menyerupai batu seperti dirinya? Selama beberapa saat ia merasa panik memiki rkan suatu hari Mary bosan dengan sikap diamnya, kebi asaan kurang menunjukkan perasaannya, ketidakhadir annya yang lama -
"Mary -"
& nbsp; "Ya, Jim?"
"Apakah ka u mencintaiku sedikit saja?" "Jauh lebih banyak dari sed ikit, Jim Lowry." "Mary -" "Ya?"
"Tom my pernah meminangmu, bukan?" Rasa tidak suka tam pak di wajah Mary. "Orang
36
yang punya banyak skandal dengan mahasiswanya tapi berani melamarku - Jim, jangan cemburu lagi. Bukankah kita sudah membicarakan hal ini sebelumnya."
"Tapi kau malahan menikahiku."
"Kau begitu kuat dan memiliki segala yang diinginkan seorang wanita, Jim. Wanita menemukan ketampanan hanya ketika mereka menemukan kekuatan. Ada yang salah pada diri seorang wanita jika ia jatuh cinta karena ketampanan seseorang."
"Terima kasih, Mary."
"Dan sekarang, Pak Lowry, sebaiknya kau tidur sebelum tergeletak di sofa itu." "Sebentar lagi."
"Tidak!" Ia berdiri dan menarik bangun Lowry. "Kau setengah demam tinggi dan setengah kedinginan. Sebaiknya kau tidur kalau mengalami serangan seperti ini. Aku tidak mengerti apa enaknya bertualang jauh dan memanggang diri di bawah matahari serta membiarkan serangga menyengatnya. Tidurlah, Pak Lowry."
Ia membiarkan Mary mendorongnya ke atas tangga lalu ke kamar. Kemudian ia memberikan istrinya ciuman panjang dan pelukan yang cukup meremukkan rusuknya sebelum ia membiarkan Mary kembali ke ruang duduk.
Ia merasa nyaman pada waktu membuka baju dan hampir saja menyanyi ketika ia menggantungkan jasnya dan mendapati robekan besar di bagian
37
kerah. Ia mengamati robekan itu dengan saksama. Ya, ada robekan lain dan kain itu kusut serta penuh dengan lumpur yang mengering. Astaga! Jasnya rusak! Ia mengamatinya dengan bingung, lalu, merasa jijik karena telah menghancurkan jas buatan Inggris yang bagus, ia melempar jas dan celananya ke dalam keranjang pakaian kotor.
Sambil mengenakan piyamanya ia merenungkan betapa baik hati Mary. Ia pasti tampak berantah an sekali tapi istrinya sama sekali tidak menyebutkan hal itu.
Ia mencuci tangan dan mukanya sambil memikirkan bagaimana ia bisa menghancurkan pakaiannya. Ia mengeringkan tubuhnya dengan handuk mandi yang besar dan hendak mengenakan jaket tidurnya ketika ia tersentak melihat sesuatu seperti tanda di atas lengannya.
Tanda itu tidak terlalu besar dan tidak terasa sakit. Ia mendekatkan lengannya ke lampu. Tanda itu berwarna merah! Tidak menyerupai tato. Aneh sekali bentuknya, seperti jejak kaki anjing kecil; satu, dua, tiga, empat jejak kaki yang kecil, seolah-olah seekor binatang mungil berjalan di atasnya. Tapi hanya sedikit anjing yang sekecil itu. Lebih mirip kelinci -
"Aneh," ia bergumam sendiri.
Ia masuk ke dalam kamar dan mematikan lampu. "Aneh." Ia masuk ke dalam selimut dan menepuk-nepuk bantalnya. Tanda yang menyerupai jejak
38
kaki kelinci. Bagaimana sampai ia mengotori jasnya dan menodainya dengan lumpur? Apa yang telah menandai lengannya? Ia merasa dingin dan merasa sulit menghentikan ketegangan rahangnya.
Bulan yang lenyap sejenak akibat awan yang berlarian membentuk gambar jendela di kaki tempat tidurnya. Ia melempar selimutnya, sedikit merasa terganggu karena lupa membuka jendela. Ia pun membuka jendela. Udara dingin menyergapnya sehingga ia bergegas kembali ke balik selimut.
Besok adalah hari yang baru. Ia akan merasa membaik pada waktu matahari terbit, namun belum pernah malaria menimbulkan rasa mual di dalam perutnya seperti ini.
Cahaya bulan berwarna biru dan angin pun menerpa pintu sehingga mulai menimbulkan suara yang menyedihkan. Suara tersebut tidak berlangsung terus-menerus tetapi perlahan-lahan berubah dari bis
↧
Misteri Empat Jam Yang Hilang - 6
↧