Cerita Silat | Kelelawar tanpa Sayap | by Huang Ying | Kelelawar tanpa Sayap | Cersil Sakti | Kelelawar tanpa Sayap pdf
Matahari Di Batas Cakrawala - Mira W Fear Street - Bayangan Maut Merpati Tak Pernah Ingkar Janji - Mira W Monk Sang Detektif Genius - Lee Goldberg Misteri Putri Peneluh - Abdullah Harahap
Bab 6. Botan (peony) hitam, teratai putih
Akhirnya si Kelelawar menghentikan semua gerak tangannya
Dia telah menyimpan kembali pisau kecilnya, tapi Lui Hong tidak tahu benda tersebut telah disimpannya dimana
Menyusul kemudian dia tertawa aneh sembari menggosokkan telapak tangannya, menyaksikan semua tingkah laku kakek itu, Lui Hong merasa panik bercampur tegang, jantungnya berdetak semakin kencang
Si Kelelawar telah menggosokkan sepasang tangannya, apa yang hendak dia lakukan? Kini air mata Lui Hong telah mengering, dia hanya bisa membelalakkan matanya sambil mengawasi sepasang tangan orang itu dengan penuh tanda tanya
Akhirnya si Kelelawar menggerakkan tangannya, tapi bukan memegang tubuh Lui Hong, melainkan memegang patung kayu wanita cantik itu
Dengan penuh kasih sayang dia belai patung itu, bahkan membelai, meraba dan menggerayangi jauh lebih seksama ketimbang sewaktu membelai tubuh Lui Hong tadi
Setelah menggerayangi atas bawah patung wanita itu, tiba tiba si Kelelawar tertawa aneh, ujarnya: “Coba kau lihat, bukankah aku kurang beres? padahal aku tahu, kau memang berpikir begitu bukan?
“Siapa bilang kau beres? Ctakmu memang tidak beres" umpat Lui Hong dalam hati
“Padahal aku memang kurang beres” ujar si Kelelawar lagi, “tapi ketidak beresanku bukan pada sepasang tanganku, juga bukan di otak, melainkan hanya pada sepasang mataku" “Kau memang si buta keparat!" kembali Lui Hong mengumpat dalam hati
Tampaknya si Kelelawar seolah mendengar umpatan dalam hati itu, dia tertawa terkekeh, serunya: “Aku tahu, sekarang kau pasti sedang mengumpatku dalam hati, mengatakan kalau aku memang si buta keparat
Lui Hong tertegun, saking herannya dia sampai tak mampu berkata kata
“Pada akhirnya manusia toh pasti mati" kata si Kelelawar lagi, “kadangkala mati lebih awal jauh lebih enak daripada mati belakangan
“Manusia macam kau memang pantas mampus sejak awal!” batin Lui Hong lagi
Mendadak si Kelelawar bertanya: “Tahukah kau, bagaimana bentuk wajahku dimasa muda dulu?
Tidak menunggu jawaban, dia melanjutkan: “Kalau diceritakan mungkin kau tidak percaya, sewaktu muda dulu, bukan saja aku ganteng bahkan gagah rupawan, tak bakal kalah tampan dengan lelaki paling ganteng sekalipun
Dasar, mungkin hanya setan yang percaya! Lui Hong mengumpat sambil menyumpah dalam hati, semestinya si Kelelawar tak akan mendengar, apa mau dikata dia justru seolah mendengar semuanya, sambil tertawa ujarnya lagi: “Sudah kuduga, kau pasti tak bakal percaya
Setelah berhenti sejenak, tegasnya: “Padahal semua yang kukatakan merupakan kenyataan!
Lui Hong tidak menanggapi, dia hanya mengawasi orang tua itu tanpa berkedip
Namun bagaimana pun dipandang, dia tetap tak bisa menemukan ketampanan wajah si Kelelawar, orang tua ini sama sekali tak mirip dengan seorang lelaki ganteng
Sesudah menghela napas panjang, kembali si Kelelawar berkata: “Aaai, harus diakui, sekarang tampangku memang jelek, mau dipandang dari sudut mana pun, aku tak bakal mirip dengan seorang lelaki tampan
Setelah tarik napas, lanjutnya: “Semua ini ada sebabnya, kalau dibicarakan sesungguhnya merupakan peristiwa yang terjadi selama banyak tahun
Lui Hong tidak bicara, dia hanya mendengarkan
Sekalipun ia benci orang ini hingga ke tulang sumsum, namun rasa ingin tahunya amat besar, dia ingin mengetahui seluk beluk dari orang tua ini
Tapi si Kelelawar segera menukas lagi: “Aaah, itu semua merupakan kejadian lama, sudah usang, lebih baik tak usah disinggung lagi
Lui Hong merasa kecewa sekali
Kembali terdengar si Kelelawar bergumam: “Manusia mana pun pada akhirnya pasti akan mati, sama seperti manusia mana pun tentu bakal tua, betapa ganteng dan gagahnya seseorang, begitu mulai tua, dia pasti akan berubah jadi jelek, tak sedap dipandang
Lalu dengan suara perlahan ia bersenandung: “Wanita cantik bagai panglima kenamaan, yang ditakuti hanya rambut mulai beruban....." Kepada Lui Hong ia bertanya: “Pernah mendengar perkataan itu?" Tentu saja Lui Hong pernah mendengar
Si Kelelawar berkata lebih lanjut: “Itulah sebabnya banyak orang berharap bisa menemukan cara yang paling jitu untuk mempertahankan masa remajanya, kalau bisa sampai mati tetap muda" Sesudah menghela napas dengan nada berat, katanya lagi: “Cleh sebab itu pula ada perempuan cantik yang tidak bisa menerima hadirnya masa tua, bahkan tak segan menggunakan kematian untuk mempertahankan kecantikannya, manusia macam begini jarang terjadi pada orang lelaki, tapi bukan berarti tak ada" Lui Hong hanya mendengarkan
Si Kelelawar berkata terus: “Masa muda seseorang tak mungkin bisa dipertahankan hingga masa tua, sejak dulu banyak orang berusaha memakai obat mujarab untuk mempertahankan kemudaannya, meski bukannya tak ada yang berhasil, namun semuanya merupakan cerita dongeng, jadi bukan tak mungkin orang mempertahankan kecantikan wajahnya" “Cara apa yang digunakan?" pikir Lui Hong dalam hati
Dengan cepat si Kelelawar menyambung perkataannya: “Padahal sederhana sekali caranya, misalkan dibuatkan lukisan
“Coh, rupanya begitu” batin Lui Hong
“Padahal caranya banyak ragam, bisa juga menggunakan cara dipahat, dibuatkan patung, sebelum generasiku, banyak orang yang telah berusaha melakukan hal tersebut, hanya tak seorang pun yang melakukannya hingga tuntas seperti diriku
Maua tak mau Lui Hong harus mengakui akan kebenaran ucapan itu
Kembali senyum idiot tersungging diwajah si Kelelawar, ujarnya: “Melakukan pekerjaan semacam ini bukanlah sesuatu yang murah, untuk persiapan saja aku harus menghabiskan waktu hampir sepuluh tahun lamanya
Setelah menghela napas, lanjutnya: “Lagipula perempuan yang betul betul cantik tak banyak jumlahnya, dalam hal seleksi pun aku harus membuang banyak pikiran, tenaga dan waktu
Setelah merandek sejenak, katanya lagi: “Dalam hal ini rasanya aku telah menjelaskan kepadamu" Terhadap apa yang telah diucapkan, dia seolah sudah melupakannya sama sekali
Lui Hong hanya mendengarkan dengan termangu
Si Kelelawar menghembuskan napas panjang, lanjutnya: “Yang paling parah lagi adalah tak seorang manusia pun yang menaruh simpatik terhadap perbuatanku ini
“Itulah sebabnya terpaksa aku harus menjalankan semuanya itu secara diam diam, aku harus mendirikan tiga belas kerajaan pribadi di tiga belas tempat yang berbeda, kerajaan pribadi yang tak mungkin diusik dan diganggu siapa pun
Tiga belas tempat? Lui Hong terperangah, kaget, heran dan nyaris tak percaya
Satu tempat semacam ini saja sudah terasa lebih dari cukup, apalagi tiga belas tempat
Dari begitu banyak model payudara, wajah, pinggul serta pinggang yang memenuhi ruangan ini, entah ada berapa banyak wanita cantik yang berhasil ditipu si Kelelawar dan terjebak ditempat ini, kalau tiga belas tempat digabungkan, bukankah tipu licik yang dilakukan kakek ini sudah kelewat batas? Tak heran Lui Hong merasa terkesiap
Tiba tiba terdengar suara aneh itu berkumandang lagi: “Dimana saja ke tiga belas tempatmu yang lain?
“Bukankah salah satunya berada disini" sahut si Kelelawar sambil tertawa bodoh
“Masih ada dua belas tempat lagi
“Tentu saja ke tiga belas tempat itu tersebar di tujuh propinsi selatan dan enam propinsi utara sungai Tiangkang
Setelah tertawa bodoh, lanjutnya: “Oleh sebab itu berada di propinsi mana pun, setiap saat aku dapat melanjutkan maha karya ku ini
“Masa kau sudah lupa dengan alamat yang sejelasnya?" suara itu bertanya lagi
“Mana mungkin aku bisa melupakannya?
“Sungguh?
“Kalau aku lupa, mana mungkin bisa sampai disini?” sahut si Kelelawar sambil tertawa idiot, “kau ini, benar benar aneh dan mengherankan
Siapa sebenarnya orang itu?
↧
Kelelawar tanpa Sayap - 21
↧