Cerita Cinta | Anugerah Bidadari | by Astrella | Anugerah Bidadari | Cersil Sakti | Anugerah Bidadari pdf
Solandra - Mira W Pendekar Sejati II - Gan KL Hunger Game 2 - Tersulut (Catching Fire) Topeng Sang Putri - Astrella Tarian Liar Naga Sakti III - Marshall
p itu. Ia mengulurkan tangan mengambil roti
yang diulurkan Altamyra padanya.
Meliha tmereka makan dengan lahap, Altamyra tersenyum senang. Penduduk lain yang juga kelaparan
tidak dapat menahan air liur mereka. Perut mereka merengek minta makan melihat teman-teman mereka
makan dengan lahap. Mereka segera menyerbu Altamyra.
Kincaid segera melindungi Altamyra. "Kalian bisa mengambil makanan sebanyak-banyaknya di kereta!"
Orang banyak itu beralih ke kereta.
"Paduka membuktikan perbuatan lebih berguna daripada kata-kata," kata Ludwick lalu ia melompat
turun diikuti prajurit lain.
Dalam waktu singkat mereka sibuk menurunkan makanan dari kereta untuk diberikan pada warga.
Mereka sibuk mengatasi tangan banyak yang terulur itu. Beberapa orang berusaha masuk ke kereta
untuk mengambil sendiri makanan dan membuat prajurit kebingungan.
"Tenang! Semua pasti mendapatkan!"
Teriakan-teriakan itu terdengar di sekitar kereta.
Altamyra melihat kereta yang dikerumuni orang yang sedang berebutan itu. Ia berdiri dan berjalan ke
sana untuk membantu mereka.
Kincaid segera menyusul gadis itu untuk melindunginya dari kerumunan orang banyak. Kincaid turut
membantu menurunkan barang-barang dan membagikannya pada orang-orang.
Karena semua mencegah ia turun tangan, Altamyra hanya bisa duduk di antara orang-orang itu dan
berbincang-bincang dengan mereka. Sambil berbincang-bincang, Altamyra memberikan obat-obatan
kepada mereka yang membutuhkan. Gadis itu juga tidak segan merawat mereka yang terluka.
Kincaid yang berjanji untuk terus berada di sisi Altamyra, mengambilkan segala yang diperlukan gadis
itu.
"Anda pusing?" tanya Altamyra penuh perhatian, "Sejak tadi saya melihat Anda terus memegang dahi."
"Tidak, Nona."
Altamyra tersenyum. "Kincaid, tolong kau carikan obat untuk Tuan ini."
"Baik, Nona."
Altamyra merasa pria itu terus menatapnya tetapi ia tidak mempedulikannya. Dalam hari-hari terakhir ini,
Altamyra sudah biasa menjadi pusat perhatian. Gadis itu meneruskan kesibukannya menjadi dokter untuk
orang-orang miskin itu.
Pria itu terus berusaha mengenali Altamyra. Ia merasa pernah bertemu gadis itu. Di suatu waktu dan di
suatu tempat. Ia terus berpikir keras.
"Anda membuat saya khawatir, Tuan. Apakah Anda sakit? Kalau Anda merasa tidak sehat, silakan
mengatakannya. Saya akan mencari dokter untuk Anda."
Pria itu terus menatap Altamyra. Mata biru yang penuh perhatian itu mengingatkannya pada seseorang.
Seseorang yang dengan tegas berkata &
"Yang Mulia Paduka Ratu Altamyra!" seru pria itu, "Tidak salah lagi. Anda pasti Paduka Ratu. Saya
pernah melihat Anda di Gedung Parlemen ketika Anda mengumumkan kematian Raja Wolve."
Altamyra terkejut. Mungkinkah pria itu adalah salah satu wartawan yang dulu mengikui jalannya kegiatan
di Gedung Parlemen.
Tetapi, Kincaid lebih terkejut lagi. Ia cepat-cepat menghampiri Altamyra dan membantu gadis itu berdiri.
Orang-orang berpandang-pandangan tak percaya.
"Anda pasti Yang Mulia Paduka Ratu Altamyra," kata pria itu percaya diri.
"Sebaiknya kita segera kembali, Paduka," bisik Kincaid.
Altamyra tersenyum manis pada pria itu lalu mengikuti Kincaid ke kereta.
Melihat keributan itu, pasukan segera bersiap-siap kembali ke Azzereath.
"Paduka! Paduka!"
Orang-orang itu berseru memanggil Altamyra dan berusaha mendekati gadis itu. Namun, pasukan segera
menghadang mereka.
"Paduka! Paduka!" Orang-orang itu melambai-lambaikan tangan kepada Altamyra. "Paduka, terima
kasih! Terima kasih atas kebaikan hati Anda!"
"Mari, Paduka," Ludwick dan Dewey dengan tidak sabar mengulurkan tangannya.
Pasukan yang sedikit itu mulai tidak sanggup menghadapi rakyat yang terus memaksa mendekati
Altamyra.
"Kita kembali ke Istana Azzereath!" seru Kincaid.
Segera pasukan itu melompat ke kereta. Kusir kuda melajukan kereta dengan kencang.
"Terima kasih, Paduka! Terima kasih!"
Dari dalam kereta, Altamyra melihat mereka berlutut di tanah dan menyembah-nyembah sambil terus
meneriakkan ucapan terima kasih mereka. Hingga mereka jauh pun suara-suara itu masih terdengar.
"Maafkan aku," kata Altamyra, "Aku tidak bermaksud membuat kalian kewalahan."
"Sudah menjadi tugas kami untuk melindungi Anda, Paduka," jawab mereka hampir bersamaan.
"Aku senang mempunyai orang-orang sesetia kalian. Kalian selalu menjaga dan melindungiku. Aku
takkan melupakan hal ini."
"Anda terlalu berlebihan, Paduka. Tugas kami adalah terus menjaga dan melindungi Anda," kata
Kincaid.
Altamyra hanya tersenyum.
Tak lama kemudian kereta berhenti di depan pintu Istana. Dua orang prajurit sudah bersiap untuk
membantu Altamyra.
"Bagaimana perjalanan Anda, Paduka?" sambut Briat.
"Baru kali ini aku harus lari dari orang banyak karena ketahuan," kata Altamyra menahan geli, "Aku
merasa seperti pencuri."
"Benarkah itu?" tanya Briat tidak percaya.
"Benar, Briat. Kami tidak menyangka ada yang mengenali Paduka di sana. Kami telah memilih tempat
yang cukup jauh dari Istana," Ludwick menerangkan.
"Saya bersyukur Anda baik-baik saja, Pad uka."
"Jangan memberitahu Hannah. Aku tidak ingin dia khawatir."
"Tentu, Paduka. Ketika mengetahui Anda pergi, ia sangat cemas."
"Aku akan menemuinya agar ia tidak cemas lagi."
Altamyra berlari ke kamarnya.
"Paduka! Mengapa Anda melakukan tindakan berbahaya seperti itu?"
Serbuan yang didapatnya ketika ia tiba, membuat Altamyra tersenyum, "Aku harus melakukannya,
Hannah. Engkau tidak perlu cemas. Aku pergi dengan beberapa prajurit."
Hannah tidak dapat berbuat apa-apa. "Brenda, ambilkan baju ganti untuk Paduka!" perintahnya.
Altamyra tidak membantah sedikitpun ketika para pelayan sibuk membantunya mengganti gaun. Mereka
menyiapkan air mandi yang hangat dan wangi untuknya. Mereka pula yang mengenakan gaun sutra lain
yang indah pada dirinya dan menghiasi rambut panjangnya dengan manik-manik yang indah.
Hingga mereka selesai dengan dirinya, Altamyra diam berpikr.
"Terima kasih, Hannah," Altamyra bersiap pergi lagi setelah rambutnya selesai disisir rapi.
"Anda mau ke mana lagi?"
"Jangan khawatir. Aku ingin menemui Ludwick."
"Anda harus beristirahat. Anda sudah terlalu lama bekerja."
Altamyra beranjak ke pintu sebelum dicegah Hannah. "Selamat tinggal," katanya ketika membuka pintu.
"Jangan lupa untuk makan malam!"
Altamyra tersenyum mendengar seruan itu, "Kali ini aku takkan lupa, Hannah," katanya perlahan sambil
menuju Hall.
Briat masih sibuk mengatur Hall ketika Altamyra datang.
"Di mana Ludwick dan Dewey serta Kincaid?"
"Kincaid pergi ke pusat kota untuk mengumumkan titah Anda sedangkan Tuan Ludwick dan Tuan
Dewey saya minta untuk beristirahat. Apakah Anda memerlukan mereka, Paduka? Saya akan memanggil
mereka untuk Anda."
"Tidak perlu, Briat. Biarkan mereka beristirahat. Suruhlah seorang prajurit untuk menemuiku di Ruang
Kerjaku."
"Baik, Paduka."
Altamyra kembali ke Ruang Kerjanya dan menulis sesuatu pada secarik kertas.
"Hamba datang memenuhi panggilan Anda, Paduka."
Altamyra menghampiri prajurit itu. "Antarkan surat ini pada Menteri Keamanan."
"Baik, Paduka."
Setelah prajurit itu pergi, Altamyra menemui penjaga pintu Ruang Kerjanya. "Salah satu dari kalian,
panggilkan Liplannd untukku."
"Baik, Paduka."
Sesaat kemudian Liplannd sudah menghadap Altamyra.
"Apakah semua ahli keuangan itu masih ada di sini?"
"Tidak, Paduka. Siang tadi beberapa di antara mereka meninggalkan Istana."
"Bila malam ini mereka makan di Ruang Makan cukup?"
Liplannd berpikir sebentar lalu berkata, "Cukup, Paduka."
"Siapkan makan malam di sana. Aku akan makan bersama mereka."
"Baik, Paduka."
"Bila Ludwick dan Dewey masih di sini, aku ingin mereka turut bersamaku."
"Saya akan memberitahu mereka, Paduka."
Altamyra kembali menekuni pekerjaannya membuat keputusan baru untuk memperbaiki kehidupan
rakyat.
Ketika hari mulai gelap, seorang pelayan datang untuk menutup jendela-jendela dan menghidupkan lilin.
Ia tahu kesibukan Altamyra, karena itu ia tidak mengusik gadis itu.
Hingga hari menjadi gelap, Altamyra masih sibuk di ruangannya dengan tumpukan tebal laporan para
menterinya dan surat-surat keputusannya.
"Makan malam sudah disiapkan, Paduka."
Altamyra mengangkat kepalanya. "Aku akan segera ke sana."
Pelayan itu membungkuk dan pergi.
Altamyra merapikan meja kerjanya. Lalu meraih secarik kertas dan pergi ke Ruang Makan.
"Selamat malam, Paduka."
"Selamat malam, Ludwick, Dewey."
"Anda akan mengumumkannya sekarang, Paduka?"
"Benar. Aku tidak dapat menunda hal ini lebih lama lagi, Dewey. Aku akan mengatakannya seusai
makan malam."
"Saya melihat Anda bekerja terlalu keras, Paduka. Beristirahatlah demi kesehatan Anda. Bila Anda
sakit, siapa yang akan memperbaiki kehidupan rakyat?"
Altamyra tersenyum. "Engkau mirip Hannah, Ludwick." Sebelum pria itu menanggapi, Altamyra berkata,
"Bagaimana perkembangan tugas yang kuberikan pada kalian?"
"Saya hampir selesai, Paduka. Kami telah menyusun semuanya. Sekarang kami sedang memeriksa ulang
semuanya."
"Karena undang-undang kami berhubungan dengan negara lain, kami sedikit mengalami hambatan
karena hampir semua keputusan itu masih dilaksanakan. Tetapi, kami telah menghubungi negara-negara
tersebut dan meminta mereka tetap mau bekerja sama dengan kita bila keputusan baru itu dilaksanakan.
Mereka mengetahui perubahan yang terjadi di kerajaan ktia dan mereka mendukung Anda sepenuhnya.
Kami sedang membuat laporannya."
"Aku berharap menteri-menteri lain juga hampir selesai."
"Mereka juga hampir selesai, Paduka," kata Ludwick dengan tersenyum, "Kami terpengaruh oleh
semangat Anda. Kami ingin memberikan yang terbaik untuk Anda."
"Tidak, Ludwick. Kalian bisa melakukan tugas besar ini dengan cepat karena sejak dulu kalian tahu
mana yang salah dan mana yang harus diubah. Sejak dulu kalian telah mempunyai gambaran tentang
peraturan yang lebih baik, tetapi kalian tidak berani mengatakannya. Sekarang kalian mengingatnya
kembali dan menyempurnakannya."
Tidak seorang pun dari mereka yang bisa membantah Altamyra karena saat itu mereka sudah tiba di
Ruang Makan. Prajurit membuka pintu dan mengumumkan kedatangan Altamyra.
Mereka segera berdiri dan berkata, "Selamat malam, Paduka Ratu Altamyra."
"Selamat malam," balas Altamyra, "Silakan duduk, Tuan-tuan."
Selama makan malam berlangsung, Altamyra tidak menyebutkan siapa saja yang telah berhasil melalui
penyeleksian keduanya. Ia mengajak mereka membicarakan hal selain itu.
Setelah pelayan membawa pergi hidangan penutup, Altamyra berkata,
"Dalam kesempatan ini saya akan mengumumkan nama-nama mereka yang telah lolos pemilihan kedua."
"Ijinkan saya untuk menggantikan Anda, Paduka."
"Silakan." Altamyra kembali duduk.
Ludwick berdiri dan mulai menyebut satu per satu nama yang tertera di kertas.
Sesaat Ruang Makan menjadi ramai setelah Ludwick selesai membaca nama-nama itu. Altamyra
menanti ruangan menjadi sepi sebelum ia berkata,
"Selamat pada kalian yang berhasil. Bagi yang belum berhasil, jangan putus asa. Berusahalah terus.
Mereka yang nama-namanya disebutkan Ludwick, aku tunggu di Ruang Pertemuan besok setelah makan
pagi."
Altamyra beranjak bangkit. "Selamat malam, Tuan-tuan."
Ludwick dan Dewey segera mengikuti Altamyra.
"Paduka, Anda akan bekerja lagi?"
"Kalian tidak perlu mencemaskanku," Altamyra menerangkan, "Aku ingin malam ini kalian menginap di
sini tetapi bila kalian merindukan keluarga kalian, aku tidak melarang. Selamat malam."
Altamyra membuka pintu Ruang Kerja dan menghilang di baliknya.
Ludwick dan Dewey hanya dapat berpandang-pandangan sambil mengangkat bahu.
Altamyra mirip ayahnya bila sedang bekerja. Mereka bekerja siang malam tanpa henti dan tanpa kenal
lelah.
Mereka tidak tahu Altamyra melakukannya di samping untuk rakyatnya juga untuk mencegah dirinya
memikirkan Erland.
Setelah makan pagi usai, Altamyra berada di Ruang Pertemuan. Tak lama ia menanti ke 36 ahli
keuangan itu datang.
"Selamat pagi," sapa Altamyra.
"Selamat pagi, Paduka Ratu."
"Silakan duduk. Kita akan segera memulai rapat kecil kita."
Mereka duduk mengitari meja panjang.
Altamyra menatap mereka semua dan memulai rapat.
"Saya memilih kalian bukan tidak berdasar. Saya percaya pada kemampuan kalian. Itulah sebabnya
saya memilih kalian. Kalian, yang terpilih, akan saya beri tugas. Kalian saat ini bukan lagi sebagai saingan
tetapi sebagai satu kelompok orang yang bekerja sama."
"Tugas kalian adalah menghitung jumlah pemasukan dan pengeluaran selama 20 tahun terakhir ini. Di
hadapan saya ini telah tercantu
↧
Anugerah Bidadari - 17
↧