Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Alice in Wonderland - 12

$
0
0

Cerita Misteri | Alice in Wonderland | by Lewis Carroll | Alice in Wonderland | Cersil Sakti | Alice in Wonderland pdf

Vampire Academy 2 : Frostbite - Richelle Mead Lupus Kecil - Hilman Hariwijaya Anak Kos Dodol - Dewi Rieka Aku Sudah Dewasa! - And Baby Makes Two - Dyan Sheldon Anugerah Bidadari - Astrella

akinya?" Tanya si kura-kura. "Bagaimana ia bisa melepaskannya dari hidungnya, kau tahu?"
"Posisi pertama ketika menari," kata Alice; tapi ia sangat dibingungkan oleh semua hal itu dan ingin mengubah bahan pembicaraan.
"Lanjutkan dengan bait berikutnya," ulang si Gryphon tak sabar: "Dimulai dengan aku melintasi taman miliknya."
Alice tak berani membantah, meski ia yakin pasti akan
124
salah, dan ia melanjutkan dengan suara gemetar: -
Aku melintasi taman miliknya, dan memperhati kan dengan sebelah mata,
Betapa burung hantu dan harimau kumbang itu sedang berbagi kue bersama.
"Apa gunanya mengulanginya lagi," sela si kura-kura, "kalau kau tak menjelaskan maksudnya? sampai sekarang, itu semua membuatku bingung!"
"Ya, kupikir kau lebih baik berhenti mengulanginya," kata si Gryphon dan Alice gembira karenanya.
"Akankah kita coba gerakan tari lobster yang lain?" lanjut si Gryphon, "atau sukakah kau bila si kura-kura menyanyikan sebuah lagu?"
"Oh, nyanyikan saja, bila si kura-kura mau melakukannya," jawab Alice, dengan bersemangat ketika si Gryphon menyatakan, dengan agak tersinggung, "Hm! jangan pikirkan soal selera! maukah kau nyanyikan untuknya lagu sup kura-kura, teman?"
Si kura-kura mendesah panjang, dan mulai, dengan suara kadang diselingi isakan, menyanyikan lagu ini:
Sayur sop yang enak, segar dan merangsang lidah
sudah terhidang di mangkuk besar dan indah
Oh siapakah yang tak ingin mencicipi?
Sop di sore hari, sop enak sekali!
Sop di sore hari, sop enak sekali!
Uee-naak sopp-nya
Uee-naak sopp-nya
Sop di sore hari
Sop yang sangat enak sekali!
Sop yang merangsang lidah! Siapa yang akan teringat pada ikan, Permainan, dan makanan lain? Siapakah yang tidak akan menukarkannya dengan dua poundsterling demi sup itu ? Harga yang pantas untuk sop enak
So-op yang ue-nak! So-op yang ue-nak! So-op di sore hari SOP ENAK sekali !
"Diulang lagi!" teriak si Griphon. Namun ketika si kura-kura hendak melakukannya, tiba-tiba terdengar teriakan di kejauhan sebagai tanda dimulainya pengadilan.
"Ayo!" ajak si Griphon tergesa-gesa menggandeng tangan Alice. Tentu saja lagu itu tidak jadi dinyanyikan lagi.
"Itu sidang apa?" tanya Alice terengah-engah. Tapi si Griphon hanya menjawab: "Ayo, cepat!" Dan iapun terus berlari dan dari belakang masih terdengar nyanyian sayup-sayup bersama angin:
Sop di sore hari
Sop yang enak sekali!
126
pencurian Kue Tart
SANG Raja dan Ratu duduk di singgasana ketika mereka tiba di ruang sidang dengan kerumunan di sekeliling mereka - kelompok burung dan berbagai jenis binatang, semuanya seperti kartu remi; sementara Jack si pembohong berdiri di hadapan Raja dan Ratu dalam keadaan terantai, dengan seorang prajurit penjaga di sisinya; dan di samping sang Raja berdiri si kelinci putih, tangan kanannya memegang sebuah terompet, dan tangan kirinya menggenggam gulungan kertas perkamen. Di tengah ruang pengadilan itu berdiri sebuah meja dengan kuetart besar di atasnya: nampak sangat lezat, membuat Alice merasa
sangat lapar saat memandanginya - "kuharap mereka sudah selesai bersidang," pikirnya, "dan akan membagikan hidangan itu!" tapi tampaknya kesempatan seperti itu tak pernah ada. Untuk melewatkan waktu Alice pun mulai meneliti apa saja yang ada di ruangan itu dengan pandangan matanya.
Alice tak pernah berada di ruang pengadilan sebelumnya, tapi pernah membacanya di sejumlah buku, dan ia amat gembira tahu nama-nama apa saja yang ada di situ. "Itu jaksanya," katanya pada diri sendiri, "karena ia memakai wig besar."
Tentu saja, jaksa itu tak lain adalah sang Raja sendiri; dan karena Raja memakai mahkotanya di atas wig itu, ia kelihatan tidak nyaman, dan sungguh sangat tak pantas.
"Dan itu tempat para juri," pikir Alice, "mereka semua ada dua belas mahluk." (Alice menyebut mereka mahluk, karena beberapa di antara mereka memang terdiri dari para binatang dan sisanya burung-burung.). "Kupikir merekalah para juri itu." Dia mengucapkan kalimat itu dua atau tiga kali pada dirinya sendiri, dan menjadi bangga karenanya; sebab ia pikir, pastilah sangat sedikit gadis kecil seumurannya tahu soal itu. Para juri itu telah siap semua dengan pekerjaannya.
Kedua belas juri itu semuanya sibuk menulis sesuatu di kertas. "Apa yang sedang mereka tuliskan?" bisik Alice pada si Gryphon. "Mereka belum punya apa-apa untuk di tulis, sidangnya saja belum dimulai, kok."
"Mereka menuliskan nama-nama mereka sendiri," Gryphon menjawab dengan berbisik, "karena mereka takut lupa menuliskannya sebelum sidang berakhir."
128
"Bodoh!" Kata Alice dengan suara keras dan mantap, tapi ia buru-buru berhenti, karena si kelinci itu berteriak, "diam!" Lalu sang Raja memakai kaca matanya dan memandang ke seluruh ruangan dengan gelisah, mencari-cari siapa yang berteriak itu.
Alice bisa melihat, dengan mengintip dari atas bahu mereka, para juri itu sedang menuliskan kata-kata bodoh! pada kertas di tangan mereka dan ia juga yakin bila salah satu dari mereka tak bisa mengeja kata bodoh itu dan harus bertanya pada sebelahnya, "kertas mereka akan penuh coretan sebelum persidangan itu selesai!" pikir Alice
Salah seorang dari juri itu punya pensil yang ujungnya berderit. Tentu saja Alice tak tahan mendengarnya, lalu ia berjalan mengitari ruangan hingga berada tepat di belakang juri, dan berkesempatan untuk merebut pensilnya. Alice melakukannya sangat cepat sehingga juri malang itu (si kadal Bill) tak menyadarinya; lalu setelah mencari kesana-kemari, kadal itu terpaksa menulis dengan menggunakan jari-jemarinya; dan tentu saja itu sia-sia karena tak akan membekaskan apa-apa pada kertas.
"Umumkan dan bacakan tuntutannya!" perintah sang Raja.
Lalu si kelinci putih meniup terompetnya tiga kali, membuka gulungan kertas dan membaca tuntutan seperti ini: Ratu Hati telah membuat kue tart Semuanya dilakukan saat musim panas: Lalu Jack si pembohong, dia telah mencuri kue tart, Dan membawa lari dengan bergegas
"Pikirkan putusan anda," kata sang Raja pada juri.
"Jangan dulu, belum, belum waktunya!" sela si-kelinci dengan terburu-buru. "Masih ada runtutan penjelasan lain sebelum itu!"
129
"Panggil saksi pertama," perintah .sang Raja, dan kelinci, itu meniup terompetnya tiga kali dan menyeru, "saksi pertama!"
Saksi pertama itu ternyata adalah si Hatter. Dia maju ke tempat saksi dengan secangkir teh di tangan kanannya serta sepotong roti mentega di tangan kirinya. "Maafkan saya, Yang Mulia," dia berkata, "karena telah membawanya ke sini: tapi saya belum selesai minum teh.."
"Mestinya kau sudah minum teh itu. kapan kamu tadi mulai minum teh?"
Si Hatter menatap ke arah si March Hare, yang juga ikut ke pengadilan bersamanya dan bergandengan tangan dengan si Dormouse. "Hari keempatbelas bulan Maret, sejak itulah kukira," katanya.
"Kelimabelas," kata si March Hare.
"Enambelas," tambah si Dormouse.
"Catat itu," kata sang Raja pada juri, dan merekapun bergegas mencatat ketiga pernyataan itu di kertas, kemudian menjumlahkan ketiganya dan menuliskan hasilnya dalam bentuk angka mata uang.
"Lepaskan topimu," kata sang Raja pada si Hatter.
"Topi itu bukan milikku," kata si Hatter.
"Curian!" seru sang Raja, menoleh pada para juri. Serta merta mereka pun mencatatnya.
"Saya menyimpannya untuk dijual," tambah si March Hare menjelaskan. "Saya tak memilikinya satupun, karena saya adalah seorang penjual topi."
Pada saat itu, sang Ratu memakai kacamatanya dan mulai
130
menatap ke arah si Hatter yang berubah pucat dan gugup.
"Berikan buktinya," perintah sang Raja; "dan jangan gugup atau aku akan menghukummu."
Perintah itu sama sekali tidak membuat si saksi menjadi berani-dari tidak gugup, ia masih saja berdiri dengan satu kaki berpindah-pindah, menatap sang Ratu dengan gugup dan khawatir. Dan dalam kebingungannya ia malah menggigit tepian cangkir itu dan bukannya roti menteganya.
Tepat pada saat itu Alice merasakan suatu sensasi yang sangat aneh dan membuatnya jadi bingung sebelum akhirnya ia menyadarinya: Tubuhnya sudah membesar lagi. Awalnya ia berpikir untuk berdiri dan meninggalkan saja ruang pengadilan itu tapi kemudian ia memutuskan untuk tetap berada di situ selama masih ada tempat yang cukup bagi dirinya.
"Semoga tubuhmu tidak akan menghimpitku," kata si Dormouse yang duduk di sebelahnya. "Aku jadi susah bernafas."
"Aku tak bisa menghindarinya," kata Alice tanpa berusaha membantah: "Aku sedang tumbuh menjadi besar."
"Kau tak punya hak untuk tumbuh besar disini," kata Dormouse.
"Jangan ngawur," sahut Alice dengan lebih terbuka, "kau juga pasti pernah mengalaminya."
"Ya, tapi aku tumbuh besar secara normal," kata Dormouse: "Tidak dengan cara yang menggelikan seperti itu." Dan binatang itupun berdiri dengan sangat sebal lalu melangkah ke sisi lain ruang sidang itu.
Sementara sang Ratu tak pernah berhenti menatap si Hatter
131
dan ketika si Dormouse sedang melintas, sang Ratu berkata pada salah satu petugas pengadilan, "bawakan aku daftar nama penyanyi di pertunjukkan terakhir!" Si Hatter langsung gemetar, dan ia melepas sepatunya.
"Berikan bukti yang kau punya," perintah sang Raja dengan marah, "atau aku akan menghukummu, tak perduli kau gugup atau tidak."
"Saya orang miskin, Yang Mulia," si Hatter berucap dengan suara gemetar-"dan saya belum minum teh. Lebih dari seminggu ini roti dan mentega habis - dan kelap-kelip cahaya teh itu -"
"Kelap-kelip apa?" Tanya sang Raja.
132
"Awalnya teh," jawab si Hatter yang terdengar sang Raja seperti menyebut huruf T.
"Tentu saja berawalan huruf T!" sergah sang Raja tajam. "Apakah kau menganggapku bodoh? Ayo katakan!"
"Saya orang miskin," lanjut si Hatter, "banyak yang berkelap-kelip sesudah itu - hanya kata si March Hare -"
"Saya tidak mengatakan apa-apa!" sela si March Hare dengan buru-buru.
"Kau mengatakannya!" kata si Hatter.
"Saya menyangkal telah mengatakannya!" kata si March
Hare.
"Dia menyangkalnya," kata sang Raja: "Hilangkan saja bagian itu."
"Baiklah, pada dasarnya, kata si Dormouse-" lanjut si Hatter, hati-hati melirik si Dormouse untuk mengecek apakah dia juga akan menyangkalnya: Tapi ternyata si Dormouse tidak melakukannya, karena sudah tertidur lagi.
"Setelah itu," lanjut si Hatter, "saya potong beberapa buah roti mentega-"
"Tapi apa kata Dormouse?" Tanya salah seorang j uri.
"Saya tak ingat," kata si Hatter.
"Kau harus ingat," tegas sang Raja, "kalau tidak, aku akan menghukummu."
Si Hatter yang menyedihkan itu menjatuhkan teh dan roti menteganya kemudian berlutut. "Saya orang miskin, Yang Mulia," pintanya.
"Kau saksi yang payah," kata sang Raja. 133
Pada saat itu si babi Guinea bersorak, dan segera didiamkan oleh petugas pengadilan (karena agak sulit diungkapkan dengan kata-kata, saya hanya akan menjelaskan cara mereka melakukannya. Mereka memiliki karung kain, yang ujungnya diikat dengan tali, di karung inilah babi itu kemudian dimasukkan, kepalanya dulu, dan kemudian mereka mendudukinya).
"Aku senang mereka melakukannya," pikir Alice. "Aku sering baca di Koran, pada akhir persidangan, ada yang mencoba bertepuk tangan tapi kemudian segera ditindak oleh petugas pengadilan, dan aku tak bisa memahami sebabnya hingga sekarang."
"Bila hanya itu yang kau ketahui, kau boleh merendahkan
diri."
"Aku tak bisa lebih rendah lagi," kata si Hatter: "Aku sudah berlutut di lantai."
"Kalau begitu kau boleh duduk," jawab sang Ratu.
Babi lainnya bersorak tapi segera ditindak oleh petugas pengadilan.
"Ayolah, hukum babi itu!" pikir Alice. "Kita teruskan saja dengan bukti lain yang lebih baik."
"Saya lebih suka bila disuruh menyelesaikan minum teh saja," kata si Hatter, dengan pandangan khawatir ke arah Alice yang sedang membaca daftar penyanyi.
"Kau boleh pergi," kata sang Raja, dan si Hatter bergegas meninggalkan pengadilan, bahkan tanpa sempat memakai sepatunya.
"Dan lepaskan topinya itu di luar," tambah sang Raja pada salah satu petugas pengadilan: namun si Hatter sudah lenyap tak terkejar sebelum petugas itu sampai di pintu.
134
"Panggil saksi berikutnya!" perintah sang Raja.
Saksi berikutnya ternyata adalah tukang masak si permaisuri. Dia masuk ruangan dengan membawa sekotak lada. Alice bisa menebak siapa saksi itu, bahkan sebelum tukang masak itu memasuki ruang sidang, karena semua yang berada di dekat pintu serentak mulai bersin.
"Katakan buktimu," kata sang Raja.
"Aku tak akan memberikannya," kata si tukang masak.
Sang Raja menatap kelinci putih dengan cemas. Saat itu si kelinci berucap lirih, "


Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>