Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Bayi Pinjaman - 3

$
0
0

Baby on Loan | Bayi Pinjaman | by Liz Fielding | Bayi Pinjaman | Cersil Sakti | Bayi Pinjaman pdf

Fear Street - One Evil Summer - Musim Panas Berdarah Bintang Dini Hari - Maria A Sardjono Cinta di Dalam Gelas - Andrea Hirata Fear Street - Switched - Tukar Tubuh Burung Kertas - Billy Koesoemadinata

dalam semak-semak, lalu tangisannya melengking.
  "Oh..." Jessie menatap Bertie dan menelan kembali kata-kata yang hampir terloncat keluar dan bibirnya. "Mao!" panggil Jessie. Tapi kucing itu sudah hilang. Bagaimana kalau dia tidak pernah kembali? Dua jam yang lalu Jessie tidak akan peduli, tapi kalau Bertie menyukai kucing itu, maka Jessie harus membeli ayam paling mahal dari Fortman dan mencincangnya untuk memikat makhluk yang berharga itu. Mungkin ada gambar kucing di suatu tempat....
  Carenza memungut koran bekas, memakainya untuk menaungi matanya dari pantulan air laut yang
  menyilaukan.
  "Bukankah itu kasus pamanmu?" kata Sarah sambil menoleh ke belakang untuk membaca berita utama. KASUS PENIPUAN TIMUR JAUH. "Benar, lihat, ada fotonya." Dia merebut koran itu dan tersenyum lebar. "Wow, dia seksi sekali!"
  "Oh, to-long! Dia cukup tua untuk menjadi ayahmu."
  "Nyaris seumur ayahku." Sarah menghela napas. "Aku ingat waktu dia datang ke hari pidato, bertahun-tahun yang lalu... Dia kelihatan sangat
  25
  menderita. Sangat... tertutup. Aku berfantasi tentang dia selama berminggu-minggu. Menenangkannya, membuatnya hidup lagi..." Sarah menyeringai. "Yah, kau tahu..."
  Carenza memutar bola matanya. "Aku tahu. Kau dan separo perempuan di London yang menurut ibuku, orang-orang bodoh. Pamanku sudah kehilangan belahan jiwa dan juga bayi perempuannya. Melupakan hal seperti itu... yah, kurasa kau takkan pernah bisa melakukannya. Hanya pekerjaanlah yang membuatnya bertahan. Mum bilang, kalau dia tidak bersantai, mungkin dia bakal menjabat Lord Chief Justice."
  "Sia-sia sekali." Kemudian Sarah membaca, "Terdakwa Mengubah Pengakuan?" Apa artinya?"
  Carenza mengerutkan kening, mengambil koran itu dari temannya supaya bisa membacanya sendiri, lalu mengerang. "Artinya, Sarah, aku dalam masalah besar. Aku sudah menyewakan rumahnya pada seorang wanita dengan bayinya yang senang menangis sekeras-kerasnya..." Mereka bertukar pandangan ngeri. "Dan mungkin pamanku sedang dalam perjalanan pulang sekarang. Bagaimana aku bisa setolol ini?"
  "Karena kau sudah banyak berlatih?" usul Sarah berusaha membantu temannya.
  Ada banyak gambar. Lukisan Belanda di atas perapian di ruang makan semi basement di sebelah dapur. Satu seri gambar kartun pengacara-pengacara yang mengenakan wig dan jubah di
  26
  tangga, dan gambar kuda di ruang duduk di lantai atas.
  "Lihat kuda yang cantik ini, Bertie," bujuk Jessie. Bertie tidak terkesan.
  Ada lukisan pemain cricket abad ke-19 yang terkenal di tangga utama dan lorong, setidaknya Jessie menduga mereka terkenal, kalau tidak, tak akan ada yang mau repot-repot melukis mereka.
  Tidak ada kucing.
  Kamar tidur utama didekorasi dalam warna merah yang hangat dan dilengkapi perabot kayu walnut yang antik. Tidak terlalu cocok dengan gambaran Carrie: celana panjang cargo, tindikan di hidung, dan model rambutnya yang radikal.
  Kamar kedua dibuat menjadi ruang kerja, dengan rak buku yang tingginya sampai ke langit-langit rumah dan penuh berisi buku-buku hukum. Jessie ingat gambar kartun tadi dan bertanya-tanya apakah gambar-gambar itu milik keluarga. Mungkin pemilik rumahnya yang baru mewarisi rumah dan buku-bukunya. Itu bisa menjelaskan banyak hal.
  Ada meja yang luar biasa besar dengan ruang yang cukup untuk pemindai dan komputer yang dibawanya. Ia belum sempat menghubungkan keduanya. Kalau Bertie sudah tidur, janji Jessie pada dirinya sendiri, ia akan mulai bekerja, mencoba mengejar ketinggalannya.
  Jessie belum melihat kamar yang ketiga. Carrie hanya melewatinya, menggumamkan sesuatu tentang kamar yang dijadikan gudang dan sudah tidak digunakan selama bertahun-tahun itu. Pintunya
  27
  keras, sepertinya belum pernah dibuka untuk waktu yang cukup lama, tapi di balik debu. cat kamar itu berwarna kuning-putih yang ceria hingga bakal kelihatan cerah bahkan di malam gelap sekalipun. Tapi tidak ada gambar apa-apa, hanya beberapa kotak yang kelihatannya tidak pernah dibuka selama bertahun-tahun.
  Jessie kembali ke dapur sambil berharap Mao sudah kembali. Kucing itu belum kembali, tapi Bertie, yang sudah kecapekan, akhirnya tertidur dalam pelukan Jessie.
  Merasa lapar tapi tidak mau mengusik si bayi yang sedang tidur, Jessie menemukan setengah bungkus biskuit cokelat yang ditinggalkan Carenza, lalu dengan hati-hati ia duduk di kursi berlengan yang besar dan nyaman, dan mulai makan dengan lahap.
  Jessie pasti sudah tertidur waktu biskuitnya baru setengah digigit karena sewaktu Mao, yang mengeong dan mencakar-cakar jendela membangunkannya, ada remah-remah cokelat mengotori bagian depan kemejanya: sisa biskuitnya sudah jatuh ke lantai dengan sisi cokelatnya terbalik di atas karpet.
  Jessie lalu memasukkan kucing itu, memandikan dan menyuapi Bertie, dan akhirnya menidurkannya dalam tempat tidurnya. Lalu Jessie menjatuhkan kemejanya yang sudah kusut dan ternoda cokelat dalam keranjang cuci beserta seluruh pakaiannya, menarik kaus, benda pertama yang bisa diraihnya, menggosok gigi. dan roboh ke tempat tidur.
  Sejenak sebelum tertidur, dalam benaknya Jessie melihat biskuit cokelat yang tergeletak di atas
  28
  karpet Persia di ruang duduk dan menyadari seharusnya ia bangun dan membersihkannya. Dan menyalakan alarm antimaling. Lalu semuanya hilang.
  Patrick menjatuhkan tasnya di koridor dan berjalan menuju sistem alarm untuk memasukkan nomor kodenya. Alarmnya tidak dinyalakan. Carenza pasti lupa. Seharusnya Patrick tidak menyerah pada permintaan kakaknya dan mengizinkan Carenza
  tinggal di sini.
  Besok ia akan menulis cek untuk Carenza. gadis itu akan langsung pergi seperti salju di bulan Agustus dan semuanya akan kembali normal.
  Yah, setidaknya hampir normal. Sekarang tengah malam di London, tapi ia sudah tidur di pesawat dan mungkin bakal perlu beberapa hari sebelum tubuhnya bisa menyesuaikan diri lagi. Saat ini, ia masih terjaga dan lapar.
  Patrick hanya berharap masih ada sesuatu yang bisa dimakan di kulkas. Ia menyalakan lampu dapur, menelan ludah, dan dengan teguh berusaha mengabaikan bak cuci yang penuh dengan piring-piring kotor.
  Lebih sulit lagi untuk mengabaikan aroma familier yang samar-samar dan menganggu itu. Aroma yang tidak terlalu diingatnya. Mungkin karena terhalang bau ikan kukus.
  Bunyi remah-remah biskuit yang hancur seperti pasir di bawah kakinya yang mengalihkan perhatian Patrick juga tidak membuatnya merasa lebih baik.
  29
  Lupakan ceknya. Carenza akan sangat bersyukur bisa lolos dan sini saat Patrick sudah selesai berurusan dengannya. Menjaga rumah, huh! Gadis itu bahkan tidak bisa diandalkan untuk menjaga kotak kardus.
  Pikiran pertama Jessie waktu terbangun dengan tiba-tiba adalah panik. Terlalu tenang. Ia melompat turun dari tempat tidur, mengintip cemas ke dalam tempat tidur bayi, lalu meraba-raba kacamatanya dan memakainya supaya bisa melihat lebih jelas. Hanya untuk berjaga-jaga. Seminggu melakukan ini dan ia akan menderita gangguan saraf.
  Tapi tidak ada yang salah dengan Bertie. Dalam sinar temaram yang berasal dari lampu di koridor, Jessie bisa melihat bayi itu sedang tidur nyenyak. Jessie menyentuh pipi Bertie; hangat, tapi tidak terlalu hangat. Keponakannya baik-baik saja. Malah sebenarnya sangat menawan, dengan pipi kemerahan dan rambut hitamnya yang mengikal lembut di telinganya.
  Mao juga baik-baik saja.
  Jessie membeku, rasa ngeri menyergapnya. Faye pasti akan mengalami serangan hebat kalau dia bisa melihat bayinya yang berharga berbagi tempat tidur dengan Mao, yang sudah melingkar nyaman di kaki Bertie.
  Jessie mengangkat kucing itu. Mao memprotes. Bertie bergerak. Jessie memaksa dirinya memeluk kucing itu, bergumam sambil membelainya, walaupun kulitnya merinding waktu menyentuh bulu Mao.
  30
  Mao menatapnya dengan sepasang mata curiga dan menyipit. Sepertinya dia tahu persis apa yang sedang dipikirkan Jessie sewaktu gadis itu berjingkat menuju pintu.
  Jessie baru saja sampai di koridor waktu menyadari apa yang sudah membuatnya terbangun. Ada orang di dapur.
  Dua
  JESSIE punya banyak pilihan. Menelepon polisi. Berteriak. Membuat penghalang untuk dirinya, Bertie. dan Mao, serta menunggu sampai pencuri itu mengambil apa pun yang diinginkannya dan pergi. Berteriak. Menghadapi penjahat itu. Berteriak...
  Oh, hentikan! perintah Jessie pada otaknya yang kacau. Polisi. Ia punya telepon seluler; ia akan menelepon polisi. Jessie menarik kacamatanya turun ke hidung dan mengedarkan pandangannya. Di mana benda itu? Kapan terakhir kali ia memakainya? Oh. sial, telepon itu ada dalam tas tangannya dan tas itu ada di bawah. Bersama pencuri itu. Kalau begitu pilihan pertama batal.
  Dan Jessie berpikir hidupnya tidak bisa jadi lebih buruk lagi.
  Berteriak, benar-benar berteriak, dan mengeluarkan semua kepenatannya selama dua hari terakhir ini bisa jadi hiburan tersendiri.
  Tapi berteriak berarti membangunkan Bertie dan
  32
  membuat Mao takut. Pencuri itu mungkin tidak akan lari. Mungkin dia malah akan mencarinya untuk membungkam mulutnya. Pikiran itu cukup untuk membuat Jessie menahan teriakannya. Untuk saat ini.
  Berarti pilihan ketiga. Penghalang.
  Jessie menurunkan Mao dan melihat ke sekeliling kamar. Ingatan serta cahaya lampu dari koridor mengingatkannya bahwa perabot di situ adalah jenis perabot yang memerlukan sedikitnya tiga pria berotot besar untuk mengangkatnya. Dengan tambahan orang keempat untuk mengarahkan. Kecuali tempat tidur Bertie yang ringan. Terlepas dari fakta bahwa benda itu tidak akan bisa menghentikan rencana pelarian yang matang, Bertie ada di dalamnya, terlelap. Dan tidak seorang pun boleh membuatnya terbangun selama Jessie bisa mencegahnya.
  tapi pencuri yang pekerjaannya teliti pasti akan naik untuk mencari perhiasan dan uang.
  Ini waktunya untuk pilihan keempat. Tidak! Bukan berteriak! Dan mungkin bukan menghadapi penjahat itu; sebisa mungkin Jessie lebih suka tetap bertahan. Kalau begitu yang dibutuhkannya adalah senjata untuk melindungi diri. Dan Bertie. Dan, karena termasuk tanggungannya juga, Mao.
  Jessie menelan ludah. Dan kalau pencurinya lebih dari satu?
  Menolak memikirkan itu, Jessie membuka pintu lemari baju dan mengintip ke dalam lemari yang gelap, putus asa mencari-cari ide. Ia tadi terlalu sibuk untuk membongkar barang-barangnya dan
  33
  sekarang ia menemukan lemari itu penuh dengan baju-baju berwarna gelap dan berat. Yang benar saja, Carrie kan bisa saja mengosongkan bagian lemari yang berisi barang-barang gothik-nya sebelum membiarkan tempat ini...
  Jessie tidak punya waktu untuk mengkhawatirkan hal itu. Yang dibutuhkannya sekarang adalah sebuah payung yang ujungnya tajam, atau... sesuatu yang keras dan berat jatuh keluar dan menimpa kakinya. Jessie berusaha menahan jerit kesakitannya dan membungkuk untuk mengambil benda tadi.
  Tongkat cricket. Brilian. Aneh-Jessie tidak bisa membayangkan Carenza memimpin tim cricket putri inggris-tapi brilian. Jessie menggenggam tongkat itu dan langsung merasa lebih tenang. Sambil mengangkat pemukul itu dengan defensif di tangannya, ia melintasi ruangan menuju pintu, membukanya sedikit lebih lebar supaya bisa mendengarkan.
  Sebelum Jessie mampu menghentikannya, Mao meloncat keluar lewat celah itu.
  Patrick membuka kulkas. Dalam rak di bagian dalam pintu, ada kardus susu yang terbuka; ia menciumnya dengan hati-hati. Masih segar. Ia meletakkan susu itu dan melanjutkan pencariannya.
  Patrick mengeluarkan sebuah pinng, membuka tutupnya. Kelihatannya ikan tumbuk. Tidak terkesan dengan kemampuan memasak Carenza, ia menyingkirkan ikan itu. Tapi ketika membuka sekotak telur, sesuatu yang lembut dan hangat menyapu pergelangan kalanya.
  34
  Terkejut, Patrick melangkah mundur. Makhluk itu menjerit nyaring saat Patrick menginjak ekornya, kemudian berputar di antara kaki Patrick dan mencoba melarikan diri.
  Akibat kehilangan keseimbangan dan karena tidak yakin di mana bisa meletakkan kakinya dengan aman, Patrick berusaha mencengkeram benda pertama yang bisa diraihnya.
  Benda itu adalah rak di bagian dalam pintu kulkas.
  Benda itu menahan berat badannya selama beberapa detik yang membuatnya berpikir ia sudah aman. Kemudian saat rak dan pintunya terpisah, susu dan cetakan plastik melayang keluar dan jatuh ke lantai. Patrick dan telur-telur yang dipegangnya menyusul tak lama kemudian, sementara kepalanya membentur ujung permukaan meja dapur.
  Jessie sedang berdiri gemetaran di balik pintu kamar tidur dan bertanya-tanya apa tongkat itu ide yang bagus-jangan-jang


Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>