Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Strangers - 40

$
0
0
Cerita Cinta | Strangers | by Barbara Elsborg | Strangers | Cersil Sakti | Strangers pdf

Hilangnya Suzumiya Haruhi - Tanigawa Nagaru Ketika Flamboyan Berbunga - Maria A Sardjono Fade into You - by Kate Dawes Fade into Me - Kate Dawes Fade into Always - Kate Dawes

kau katakan akan diputarbalikkan. Mereka akan mencoba untuk menghancurkanmu."
  Charlie menarik Kate ke dalam pelukannya. "Tutup mulutmu, Ethan. Kau tidak membantu."
  "Aku hanya memperingatkan apa yang harus dia hadapi jika dia terus bersamamu."
  Charlie mencengkeram Kate erat. "Tidak ada jika."
  "Hei, realistislah. Kate tidak dalam bisnis ini. Dia tidak tahu bagaimana rasanya. Jika dia memiliki rahasia, mesin ronsen berjalan yang ada di luar sana akan me nemukannya. Apa kau memiliki rahasia, Kate? Apa ada sesuatu yang harus aku ketahui tentangmu?" Kalau Ch arlie tidak memeluknya, Kate tahu ia sudah roboh.
  "Sudah kukira kau memilikinya," kata Ethan.
  Suaranya yang dingin terdengar jelas. Kate bertanya-tanya apa yang Ethan ketahui.
  "Tidak, Kate tidak melakukannya," bentak Charlie.
  "Kate tidak memutuskan hubungan cinta dengan seseorang. Si Dickhead memperalatnya untuk taruhan dan dia menjebak Kate untuk ini. Aku ingin menuntut pelanggaran privasi."
  "Dan membuat keadaan menjadi lebih buruk? Kau membangkitkan masalah itu sekarang dan mereka benar-benar akan mengejarmu. Biarkan itu mereda sendiri. Lagi pula kau harus meninggalkan negara ini, sehingga akan membantu."
  "Apa? Ke mana aku harus pergi?"
  "Kau dibutuhkan besok di Dublin. Pertemuan pra-produksi untuk The Green. Aku memesankan tiketmu pada penerbangan sore ini."
  "Kate ikut denganku. Pesankan dia kursi juga."
  "Aku tidak punya paspor." Nyeri kejang lain mencengkeram hati Kate. Kate sudah mengisi aplikasi pasport-nya dan Richard bilang padanya bahwa dia yang akan mengurusnya.
  Charlie menatapnya tak percaya. "Kau belum pernah ke luar negeri?"
  "Tidak." Charlie menekan wajahnya ke rambutnya.
  "Kau bisa membuatkannya satu, ya kan, Ethan?"
  "Tidak pada hari Minggu dan tidak secepat itu. Biarkan aku membawa Kate pulang. Ini akan menyingkirkan mereka."
  "Mengapa aku ingin mereka disingkirkan? Mereka tahu kita bersama-sama sekarang. Kami bersama-sama," kata Charlie.
  "Jadi, saat kau pergi, kau ingin mereka duduk di depan pintu rumahnya, mengganggu dirinya, mengambil foto dari gulungan toilet yg dia beli dan meniup hidungnya? Ini adalah cara kita akan menanganinya. Kita akan berpura-pura itu perselingkuhan. Beberapa kencan. Dengan cara itu mereka mungkin akan meninggalkannya sendirian. Hanya saja lebih berhati-hatilah ketika kau sudah kembali."
  "Tidak. Aku tak akan pergi," kata Charlie.
  "Aku tidak akan meninggalkan Kate."
  "Kau benar-benar harus pergi," bentak Ethan.
  "Kau tidak punya pilihan. Ini adalah karirmu. Tidak akan ada kesempatan lagi. Aku yang akan mengurus Kate."
  Charlie mengambil tangan Kate. "Bagaimana menurutmu? Aku tidak ingin kau harus menangani ini sendirian."
  "Aku tidak suka orang memberitahuku apa yang harus dilakukan."
  Kate menatap Ethan, tahu Ethan ingin menyingkirkan dirinya, bertanya-tanya bagaimana Charlie tidak bisa melihatnya.
  "Aku tidak akan pergi," ulang Charlie, mengangkat jari-jarinya ke pipi Kate.
  Kate menaruh tangannya di tangan Charlie dan menatap matanya.
  "Aku akan baik-baik saja, Charlie. Kau harus pergi."
  Charlie menghela napas. "Isilah aplikasi paspor sementara aku pergi. Biarkan Ethan menanganinya." Langkahi dulu mayatnya.
  "Kapan kau akan kembali?" Tanya Kate.
  Charlie menatap Ethan.
  "Rabu."
  "Itu malam pameran di galeri Rachel," kata Kate.
  "Aku akan datang dan kita akan pergi keluar untuk makan setelah itu."
  Kate tersenyum. Ethan dan Kate keluar melalui belakang rumah, sementara Charlie pergi untuk mengalihkan perhatian para jurnalis di depan. Kate harus memakai pakaian Charlie celana dan t-shirt putihnya, gaun Kate, masih basah, tergeletak di lantai kamar mandi.
  "Ada apa dengan pakaian?" Tanya Ethan saat mereka duduk di dalam mobil.
  "Charlie mencoba gaunku dan merobeknya."
  "Benarkah?" Ethan berpaling untuk melirik ke arahnya.
  "Tidak," kata Kate dengan tertawa dipaksakan.
  "Aku terkejut menemukanmu di sana pagi ini setelah apa yang terjadi di Armageddon." Kate berbalik di kursinya untuk menatap Ethan.
  "Tidak ada yang terjadi di Armageddon." Ethan tidak suka padanya dan Kate tidak yakin apa yang harus dilakukan tentang hal itu.
  Ketika Ethan berbelok menuju Elm Gardens, sekelompok fotografer menunggu di luar pintu masuk ke blok Kate.
  "Aku sudah bilang. Apa ini kehidupan yang kau inginkan, Kate? Diganggu oleh pers?"
  "Aku menginginkan Charlie. Aku akan menghadapi apa pun yang akan datang bersamanya."
  Suaranya tegas dan jelas. Ethan menatapnya sejenak sebelum ia bicara.
  "Aku akan mengalihkan perhatian mereka sementara kau masuk ke dalam. Jangan bicara dengan siapa pun. Bahkan jangan bilang no comment."
  Kate melarikan diri ke dalam gedung. Dia berlari menaiki tangga, langsung melewati seorang pria yang duduk di tangga paling atas, terlalu lambat untuk menangkapnya, dan menarik napas lega setelah dia aman di dalam apartemennya. Saat Kate menutup pintu, telepon berdering. Kemudian pria itu menggedor pintu kamarnya. The Mirror yang menelepon. Kate memutuskan hubungan, namun saat ia mulai menelepon Charlie, telepon berdering lagi. Kali ini dari seorang reporter dari The Star. Kate mencabut sambung an kabel dan menghubungi Charlie lewat ponselnya.
  "Aku baru saja masuk," kata Kate.
  "Kembalilah," pinta Charlie.
  "Bukankah kau akan segera pergi ke bandara?" Charlie mengerang.
  "Kenapa kau tidak punya paspor?"
  "Aku tidak pernah membutuhkannya."
  "Aku ingin membawamu ke seluruh dunia dan aku bahkan tidak bisa membawamu untuk makan tanpa seseorang mengganggu kita. Dan siapa yang menggedor-gedor itu?"
  "Seorang wartawan di pintu."
  "Jangan membukanya." Kate melihat melalui lubang mata di pintu.
  "Oh, tidak apa-apa. Itu Dan. Baik-baiklah, Charlie. Aku akan menemuimu hari Rabu. Kau ingin bertemu denganku di galeri? Kau ingat di mana itu?"
  "Yep. Bellingham. Taman Holland. Sampai jumpa nanti." Charlie berhenti.
  "Kate?"
  "Ya?"
  "Terima kasih untuk kemarin dengan Mom dan Dad, untuk...well, kau tahu."
  "Terima kasih kembali. Bye, Charlie."
  Kate membuka pintu dan membiarkan Dan masuk. Dia menawarkan Kate segenggam kertas.
  "Pesan. Mereka telah memasukkannya dalam kotak surat semua orang mencoba untuk berhubungan denganmu. Aku sudah menyingkirkan orang di luar pintumu. Mengancamnya dengan polisi. Kami kabur ke atap."
  "Oh Tuhan, maaf."
  "Kau lebih baik datang. Aku harus memperingatkanmu, Rachel dan Lucy sedikit kesal. Well, sangat kesal. Mereka marah di samping pada diri mereka sendiri bahwa kau tidak memberitahu mereka kau keluar dengan Charlie Storm dan marah denganku karena mereka pikir aku seharusnya tahu setelah insiden di Crispies."
  "Ah." Bahu Kate merosot.
  "Meski begitu, pantat yang bagus."
  Dan menyeringai.
  "Siapa?"
  "Tentu saja pantatmu, tapi jangan beritahu Rachel. Bukan berarti ada sesuatu yang salah dengan miliknya," tambah Dan.
  "Benar." Kate tertawa melihat ekspresi malunya.
  "Dan, bisakah aku minta bantuanmu?"
  "Kau bisa meminta."
  Kate mengeluarkan foto Michael Storm dari tasnya.
  "Ini adalah saudara Charlie."
  "Dia sudah meninggal, kan? Itu ada di koran."
  "Jika kau tidak terlalu sibuk, kau pikir kau bisa melukis dia dan Charlie seakan sedang bergumul bersama? Aku tidak memiliki foto Charlie, tapi kuharap ada satu di koran yang bisa kau gunakan. Hanya saja buat dia berpakaian." Dan tertawa.
  "Aku harus membayarmu dengan cara mencicil."
  "Kau tak perlu membayarku sama sekali, Kate. Aku akan melakukannya sebagai hadiah. Jika kau tidak mengatakan sesuatu pekan lalu, aku masih akan menatap putus asa pada Rachel."
  "Aku asumsikan segalanya sudah berubah?" Dan menyeringai.
  Kate mengirim Dan kembali ke atap. Mengganti baju dengan bikini, lega melihat bikininya menutupi bekas gigitan pada dadanya, dan menyelinap ke dalam t-shirt panjang. Charlie lebih marah tentang apa yang terjadi daripada Kate. Kate tahu dia tidak akan melakukannya lagi. Kate mendesah. Itu terdengar sedikit terlalu akrab.
  Ketika Kate berjalan ke atap datar, tiba-tiba ia berhenti. Lucy, Dan dan Rachel berdiri bersandar di dinding tembok pembatas menatap jalan. Di sebelah Lucy berdiri Nick yang bertelanjang dada, dalam jeans yang dipakai rendah di pinggul, tangannya meremas pantat Lucy.
  Kate menatap ke kejauhan. Ke kanan ia hanya bisa melihat penyangga emas dari Millennium Dome, ke kiri, blok bangunan gedung pencakar langit dari Canary Wharf yang menjulang ke langit berkabut. Kate berjalan melintasi dan menyelinap di samping Dan.
  "Hei, apa kau gila? Jangan biarkan mereka melihatmu," kata Dan dan menariknya mundur. "Sini, minum segelas anggur."
  Dia mengambil botol dari meja dan menuangnya ke gelas. Lucy dan Rachel melangkah di depannya. Lucy mengenakan bikini terkecil yang pernah Kate lihat. Tiga segitiga perak seukuran crackers keju.
  "Charlie Storm," kata Rachel.
  "Kau sudah berkencan dengan selebriti dan tidak memberi tahu kami? Kupikir kami adalah temanmu?"
  "Kalian temanku." kata Kate dan melirik Nick. Tiga dari mereka yang teman Kate.
  "Alasanku tidak memberitahumu adalah di jalan di bawah sana."
  Nick duduk di kursi dan menarik Lucy ke pangkuannya.
  "Foto yang bagus. Ingin memberiku sebuah penjelasan eksklusif bagaimana rasanya kencan dengan badboy Storm?"
  "Tidak."
  "Apa kau tahu apa yang kau lakukan, Kate?" Tanya Lucy. "
  Maksudku Charlie Storm? Dia akan mengunyahmu dan memuntahkanmu. Dia pasti sedang memanfaatkanmu."
  Sebuah plat besi seakan mengetat di jantung Kate. Dia duduk di pinggiran beton gedung dengan anggurnya.
  "Bagaimana kau bertemu dengannya?" Tanya Rachel. "Apa itu benar-benar di pantai?" Kate mengangguk.
  "Dia akan mencampakkanmu," kata Lucy. "Dia memiliki reputasi buruk." Jari Kate menegang di sekitar gagang gelas.
  "Kau bisa menghasilkan uang dari ini," kata Nick. "Kenapa kau tidak memberiku kisah dari sudut padangmu? Aku bisa membuatmu tampil di acara besok." Kate menyesal telah datang ke atap. Dia menelan seteguk anggur putih yang hangat.
  "Kami akan membayarnya dengan uang yang banyak, Kate," kata Nick. "Toh,, kau adalah seorang teman." Tangannya menangkup payudara Lucy.
  Kate membuka mulutnya dan kemudian menutupnya lagi.
  "Apa dia sudah membawamu ke tempat yang bagus?" Tanya Rachel. "Seperti apa dia? Kau pernah ke rumahnya? Pernahkah kau bertemu seseorang yang terkenal? Dan yang paling penting, apa ia akan datang ke pembukaan pada hari Rabu?"
  "Hei." Dan meletakkan tangannya di lengan Rachel.
  "Kate datang ke sini untuk melarikan diri dari pertanyaan."
  "Satu saja, kalau begitu," pinta Rachel.
  "Apa dia akan datang ke pembukaan?" Kate membuang jawaban yang sudah ada di kepalanya sebelum ia bicara.
  "Aku memintanya, tapi aku tak tahu apa dia akan datang." Kate bertanya-tanya apa yang akan dia lakukan pada Nick.
  Dia duduk mengawasi Kate dan di balik senyum ularnya itu, Kate tahu Nick bertanya-tanya apa Kate akan mengatakan sesuatu kepada Lucy.
  "Bisakah dia membawa beberapa seleb lain untuk datang juga?" Tanya Rachel.
  "Siapa yang dia kenal?"
  "Aku tak tahu." Kate memalingkan wajahnya ke matahari, berharap pertanyaan akan berhenti. Mungkin ia harus memperingatkan Charlie supaya tidak datang.
  "Nick bilang padaku apa yang terjadi di Armageddon," kata Lucy. Kate membuka matanya dan berbalik ke arahnya.
  "Benarkah?" Nick menyampirkan lengannya di atas bahu Lucy, jari-jarinya menggoda segitiga yang menutupi putingnya.
  "Maaf, Kate," katanya meminta maaf.
  "Aku tahu aku menjerumuskanmu di dalamnya dengan Charlie. Aku panik karena Gemma. Aku tidak ingin dia tahu aku sudah membeli beberapa paket kokain untukku dan Lucy, jadi aku membuat sebuah kebohongan tentang seorang wanita berpakaian merah muda datang kepadaku. Aku tidak pernah melihat, apalagi mengenalimu mengenakan atasan merah muda. Hal berikutnya yang aku tahu, itu Gemma yang melemparkan minumannya di wajahmu. Tentu saja, sekarang dia membaca koran tentang kau dan Charlie Storm, dia tahu kau tak akan tertarik pada idiot menyedihkan sepertiku. Dia sangat ingin datang dan meminta maaf, terutama jika ada Charlie."
  "Kau bukan idiot menyedihkan." Lucy berpaling untuk menciumnya di bibir.
  Ya, kau idiot menyedihkan, pikir Kate. Kau sudah menikah dan mempermainkan Lucy dan menyetubuhi wanita lain di toilet ketika kau punya kesempatan.
  "Aku akan mengirim Gemma. Dan yang akan melukis potretnya, jadi aku akan membawanya ke sini untuk duduk." Nick menggigiti tulang selangka Lucy.
  "Dan semakin lama ia meluki

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>