Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Gebetan Lama Rasa Baru - 8

$
0
0
Love Me Twice | Gebetan Lama Rasa Baru | by Billy Homario | Gebetan Lama Rasa Baru | Cersil Sakti | Gebetan Lama Rasa Baru pdf

Gaung Keheningan - Eloquent Silence - Sandra Brown Gue Anak SMA - Benny Rhamdany Jingga Dalam Elegi - Esti Kinasih Jingga untuk Matahari - Esti Kinasih Karena Aku Mencintai Manusia Setengah Dewa

satunya cara adalah amputasi. Kaki Lydia yang terkena tumor harus diamputasi sebelum kuman-kuman tumornya menjalar ke organ tubuh vital lainnya. Apabila sudah menjalar, kematian ada di depan matanya," jawab Dokter Juko yang membuat isakan Lydia bertambah parah.
 
  KILAT bergelegar dengan bebasnya, membuat Runa sesekali menggonggong terkejut. Lydia sedang duduk termenung di ranjangnya sambil memeluk guling. Air matanya mengalir deras seperti air hujan di luar. Suara kilat itu tidak memengaruhi renungan Lydia atas pe-nyakitnya. Dia berkali-kali menanyakan mengapa harus dirinya yang mengidap penyakit mematikan ini.
  Lydia melangkahkan kakinya menuju meja belajarnya. Dia pun mengambil secarik kertas dan sebatang pensil untuk menuliskan sesuatu. Perasaannya hanya bisa ditumpahkan ke dalam tulisannya. Dia sudah terlalu lelah untuk mengeluarkan kata-kata.
 
  when it was drizzle in the afternoon
  I was looking for my love
  In a ower garden, very beautiful garden
  He said that he loves me
  I can feel his touch in my heart
  But I don't know Something
  Something can make me Suffer
  He decided to far away from me
  He went So far far and far
  I feel lost lost his love lost my dove
  But it's all coming back to me now
  it stronger than your pride
  But I don't know Something
  Something can make me Suffer
  Now, I can't refuse the call
  I feel a big pain inside and outside
  God. when will my Suffering get over?
  I feel useless, I don't want to exist
  If your destiny has decided you will be like this.
  You like this
  If your destiny has decided you will be like that.
  You like that
 
 
  Lydia melipat kertas itu. Membuatnya berbentuk pesawat terbang. Dia mengambil pensilnya lagi, lalu menuliskan, SOMEONE WHO FEEL SUFFER WITH THE PAIN, di bagian sayap.
 
  Lydia berjalan ke jendela. Membuka gorden ke-mudian jendelanya. Cahaya kilat menyilaukan matanya seketika. Dia tidak peduli. Dengan air mata yang masih berlinang, segera dia mengambil ancang-ancang. Kemudian, dia menerbangkan kertas yang bertuliskan jeritan hatinya yang telah berbentuk pesawat terbang itu.
 
  Lydia melihat kertas itu tercabik-cabik hancur tertimpa air hujan. Begitu juga dengan hatinya yang sudah hancur. Sakit sekali rasanya. Tangisnya makin pecah.
 
 
 
 
  7. Special Gift For Nico
 
 
 
  NICO memasuki kelas XII IPA SMU Harapan Kasih dengan langkah penuh semangat. Dia datang paling awal. Beberapa lama kemudian, kelas mulai berisik karena murid-murid juga sudah mulai memasuki kelas yang bersih dan nyaman itu. Ery, Desha, dan Sella pun telah datang. Tetapi tidak dengan Lydia. Sampai bel berbunyi pun, dia tak kunjung datang. Senyum lebar yang sedari tadi terpampang di wajah Nico pun mendadak menyempit perlahan karenanya.
 
  Ada yang gak beres nih. Gak biasa-biasa nya dia telat.
 
  "Des, lo liat Lydia gak?" tanya Nico kepada Desha yang sedang mengeluarkan buku Matematika dari dalam tasnya.
  "Gak tuh," jawabnya.
  Nico hanya menganggukkan kepalanya, kemudian kembali melibat ke depan, ke arah papan tulis yang masih bersih, belum tercoret apa apa.
  "Pagi!" sapa Pak Danar tiba tiba ketika memasuki kelas. jam pertama adalah pelajaran Matematika.
 
  Siswa-siswi menoleh ke arah pintu kelas yang baru saja diketuk oleh seseorang itu. Betapa terkejutnya mereka saat melihat sosok yang baru saja mengetuk pintu itu. Itu Lydia! Ya, memang benar-benar Lydia. LAntas apa yang membuat mereka dan Pak Danar segitu terkejut? Kali ini sosok Lydia benar-benar beda. Mukanya pucat, badannya terlihat lebih kurus, matanya sembap, dan lingkaran hitam pun terlihat melingkari kelopak matanya.
  "Pagi, Pak," sapa Lydia dengan suara bergetar, layaknya orang sakit.
  Pak Danar yang sedang duduk di kursi pada meja guru pun terkejut melihat penampilan Lydia. "Pagi," jawab Pak Danar.
  "Boleh saya masuk, Pak?" tanya Lydia sambil menunjukkan surat izin masuknya dari guru BP kepada Pak Danar.
  "Ya, silakan!" jawab PAk Danar.
  Lydia berjalan menuju tempat duduknya yang berada di sebelah Desha.
  BUK!
  Lydia terjatuh, Murid-murid terkejut dan berlarian ke arahnya dengan maksud membantunya berdiri, terutama Nico. Lydia segera mengedepankan tangannya.
  "Gak usah, Nic. Aku bisa sendiri," katanya singkat, lalu bangkit dan berjalan menuju tempat duduknya. Hatinya menangis pedih.
 
  Nico dan teman-teman Lydia lainnya yang melihat hal itu hanya bisa mengerutkan dahinya dan bertanya-tanya dalam hati. Nico memerhatikan penampilan merpatinya dari atas ke bawah, Dia menangkap satu objek yang janggal. Betis Lydia terlihat bengkak, Tapi Nico tidak berpikir macam-macam.
 
  Beberapa menit kemudian, bel tanda pelajaran selesai pun berbunyi, Pak Danar yang tadinya memerintahkan agar tugas darinya dikumpul sekarang, malah menyuruh anak-anaknya untuk mengerjakannya di rumah.
 
  Sebenarnya bukan karena apa-apa. Dia prihatin melihat kondisi Lydia. Tadinya, dia ingin memberikan kompensasi kepada Lydia agar tidak mengerjakan tugasnya. Tetapi, karena Pak Danar itu selalu berlaku adil, maka diberikanlah kompensasi itu kepada semua muridnya.
 
 
  Saat istirahat, Nico, Desha, Ery, dan Sella menikmati makanannya di kantin. Namun, Lydia hanya melamun.
 
  "Lyd, kenapa sih, lo? Sakit?" tanya Desha kepada Lydia yang memancing teman-temannya menyimak pembicaraan mereka.
  "Iya, Cinta. Kamu kenapa sih?" tambah Nico.
  Lydia hanya menggelengkan kepalanya. tersenyum sebentar, kemudian melahap baksonya dengan ekspresi yang tidak berselera.
 
  Nico melihat ke arah Desha untuk memastikan. Desha hanya bisa mengangkat bahu pertanda tidak mengerti. Ery dan Sella pun melakukan hal yang sama ketika Nico melihat ke arah mereka.
  "Cinta, kamu kasih tau aku donk, kamu kenapa, sih?" tanya Nico lembut.
 
  "A-a-a-ku gak pa-pa kok. Cinta," jawab Lydia terbata.
  "Kamu tau gak? Satu bulan lagi ulang tahunku lho!" ujar Nico dengan semangat.
  Lydia tidak mengeluarkan suara. Dia malah menatap Nico sambil tersenyum, lalu mengangguk pertanda turut gembira.
  "Gue cuma mau ngasih tau kalian aja. Biar nanti kalian gak repot nyari kado karena gue ngasih tau hari ultah gue mendadak," ujar Nico.
  "Sapa juga yang masih mau ngasih lo kado? Sadar donk, rambut lo udah ada di mana-mana. Udah gede!" timpal Ery.
  "Rambut? Rambut apaan? Kok lo tau sih, Ry?" tanya Desha sambil menahan tawa.
  "Wah. jangan-jangan lo udah pernah ngeliat, Ry," tambah Sella.
  "Yeeee, gue kan juga cowok. Sama kayak Nico. Jelas tau donk," jawab Ery.
  Bel tanda masuk berbunyi. "Masuk yuk!" ajak Lydia.
  "Yuuuukkkk!" jawab Nico dan Ery, mengikuti gaya bintang-bintang Extravaganza.
 
 
  NICO, Lydia, Desha, Ery, dan Sella sedang berada di sebuah restoran pizza. Nico mentraktir mereka karena hari ini dia tepat berusia delapan belas tahun. Lydia kini sudah mulai menyunggingkan senyumnya lagi.
 
  Selesai makan, tibalah saat untuk mengucapkan selamat.
  "Nic, happy birthday, ya!" kata Ery.
  "Iya, Nic. Happy birthday, ya!" tambah Sella.
  "Happy birthday, ya, Nic. Moga-moga lo tambah
  gimanaaaa gitu!" ujar Desha sambil menyalami. "Tambah langgeng sama doi."
  "Happy birthday, ya, Cinta," kata Lydia yang kemu-
  dian segera cipika-cipiki sama merpatinya.
  "Thanks deh semuanya!" kata Nico dengan perasaan
  bahagia setengah mati. "Pulang yuk!" tambahnya lagi. Nico memanggil waitress restoran pizza itu untuk
  meminta bill.
 
  "NIC, pulaaaannnggggg!!!" sapa Nico seperti biasanya kalo dia memasuki rumah.
  Dari arah dapur, terlihat mamanya berlari kecil menuju arahnya. "Aduh, kamu dari mana aja sih?"
  "Abis traktir temen-temen."
  "Oh, sana cepetan deh mandi! Abis itu dandan yang guanteng! Mami dan Papi bakal ngasih kamu kado spesiaaaallll!"
 
  Nico hanya bisa menuruti maminya. Saat naik tangga menuju kamarnya, dia melihat meja makan sudah dipenuhi oleh berbagai macam hidangan. Dia melirik lagi ke arah taman rumahnya. tenda transparan sudah dipasang, kursi kursi pun sudah diletakkan beraturan.
  Wah! Bakal ada pesta besar nih, Siapa dulu donk yang ultah? Gue gitu lho!
 
  NICO membuka gorden jendela kamarnya sedikit. Dia bermaksud mengintip kejadian di taman. Memang, taman bisa terlihat dari jendela kamarnya. Dia menyi-pitkan matanya sejenak.
 
  Dia melihat orang-orang dengan baju pesta berlalu-lalang di taman. Bunyi piring, sendok, dan garpu berk-luntang-klanting dengan bebas saat mereka dirapikan oleh beberapa pelayan. Delapan macam hidangan utama masih siap disajikan, tapi pesta belum dimulai.
 
  Meriah banget ultah gue kali ini! Gue juga udah gak sabar nerima kado istimewa dari mami dan papi.
  TOK! TOK! TOK!
  "Bro, turun sekarang! Pesta udah mau dimulai," kata Kayla yang hanya menampakkan kepalanya di pintu.
 
  Nico mengacungkan jempol pertanda mengiyakan. Kayla keluar dan turun lagi menuju taman. Nico menyu-sul kemudian. Dia berjalan perlahan menuruni tangga dengan jantung yang empot-empotan karena senang plus gugup. Dia udah bisa memprediksi apa yang akan terjadi nanti. Tapi, rasa penasarannya akan kado istimewa yang akan diberikan bonyok-nya masih tinggi.
 
  Nico sudah sampai di taman. Dia berdiri sejenak, memandangi tamu-tamunya, dan berusaha mengenalinya. Kebanyakan tante-tante teman arisan maminya, om-om rekan bisnis papinya, dan beberapa teman-teman Kayla saat kuliah di Beijing, termasuk Ferry. Lydia, Desha, Sella, dan Ery pun datang.
 
  Nico berdehem sebentar dengan maksud memberi tahu para undangan bahwa yang berulang tahun sudah ada di hadapan mereka. Para undangan yang tadinya berbincang-bincang pun menghentikan obrolannya karena mendengar suara deheman yang rukup keras.
 
  Nico berjalan menuju kue ulang tahunnya yang super duper gede. Sesampainya di hadapan kue ulang tahunnya, dia langsung memotong kue yang diiringi lagu 'Potong Kuenya' dari para tamu. Selesai memotong kue, Nico mempersilakan para tamu untuk menyantap hidangan-hidangan yang telah disediakan. Dia pun mulai nyampur dengan teman-temannya.
  "Malam ini, lo ganteng banget, Nic! bisik Sella memuji.
  Bisikan Sella ternyata didengar Desha. Desha pun membisiki Nico juga, "Iya, Nic! Lo ganteng banget malam ini. Lydia beruntung banget, bisa ngedapetin lo!"
  "Gue bangga punya temen seganteng lo!" ujar Ery lagi sambil menepuk-nepuk pundak Nico. "Tapi, masih gantengan gue juga!" tambahnya lagi bercanda.
  "Cinta..., sapa Lydia yang membuat Nico menoleh ke arahnya.
  "Hmm?" tanya Nico sambil meraih tangan merpatinya. "Kenapa, Cinta?"
  "Happy birthday, ya!" kala Lydia lagi, kemudian mencium pipi merpatinya itu.
  "Thanks!" jawab Nico kemudian memeluk Lydia.
 
 
  SEMENTARA itu, seorang gadis cantik dengan rambut dikuucir sedang tergesa-gesa menyiapkan dirinya di kamarnya.
 
  Mamanya tiba-tiba berteriak dari bawah, memerintahkannya agar cepetan.
  "IYAAA! TUNGGU, MA!!!" katanya yang kemudian membanting pintu kamarnya dan langsung berlari ke bawah.
  "Lama banget, sih!" tegur Mamanya agak sewot. "Iya, Ma. Sori deh. Papa mana, Ma?" tanya gadis itu lagi.
  ""Udah di mobil! Udah, ayo kita ke sana!" ajak mamanya.
  Gadis itu mengikuti mamanya menuju mobil. Sebentar lagi, gue bakal ketemu... O-em-jiii, gak sabar nih gue!
 
 
  MAMINYA Nico terlihat sedang asyik ngegosip dengan teman-teman arisannya. Tiba-tiba HP-nya bergetar.
  Sebentar, ya!" kata maminya Nico kepada teman-temannya, kemudian dia agak menjauh. Dia mengambil HP-nya dan melihat apa yang terjadi di layarnya.
 
  1 new message.
  Besan, aku sama anakku udah mau nyampe nih. Siap-siap ya? Yuk!
 
  Maminya Nico berjalan menuju suaminya yang sedang ngerumpiin masalah bisnis dengan teman-teman sejawatannya.
  "Sori, Bapak-bapak. Sudah pada makan belum? Maaf nih, saya ada perlu sebentar, ya, sama suami saya.
  "Kenapa, Mi?" tanya papinya Nico.
  "Pi, besan kita sebentar lagi mau datang. Papi udah siap belum?"
  "Papi sih, udah-udah aja. Tinggal Mami sama Nico."
  "Mami udah siap dari kapan tau. Nico kayaknya udah siap deh. Apalagi dia keliatannya seneng. Pasti udah siap seratus persen lah. Lagian dia juga belum punya pacar."
 
 
  "HALO! Apa kabar?" tanya mamanya si gadis jodohnya Nico sambil mengulurkan tangannya.
  "Baik. Udah siap belum?" jawab maminya Nico. Si cewek dan mamanya mengangguk mantap, mengiyakan.
 
  Mereka pun segera menuju taman. "Para undangan sekalian, kata maminya Nico yang membuat seluruh undangan berhenti berbicara. "Sekarang saatnya saya memberikan kado istimewa kepada anak saya. Kado ini sangat-sangat istimewa. Nico, sini sayang!"
 
  Nico segera berjalan me

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>