Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Iblis Dunia Persilatan - 81

$
0
0
Cerita Silat | Iblis Dunia Persilatan | by Bung AONE | Iblis Dunia Persilatan | Cersil Sakti | Iblis Dunia Persilatan pdf

Mahkota Cinta - Habiburrahman El-Shirazy Josep Sang Mualaf - Fajar Agustanto Namaku Izrail ! - Atmonadi Keluarga Flood - Tetangga Menyebalkan - Colin Thomphson Kumpulan Dongeng Anak

Raden Rangga memiliki segudang ilmu kesaktian.
  Salah satunya adalah kekuatan jari tangannya untuk
  menusuk-nusuk batu. Batu yang keras terasa oleh
  Raden Rangga seperti menusuk tanah lunak. Suatu
  ketika, dia diperintahkan oleh sang ayah untuk
  berguru ke Ki Juru Martani.
  “Aku ini sudah sakti mandraguna, tapi kenapa masih
  diperintahkan untuk berguru ke eyang Juru, saya akan
  mendapatkan apa?” begitu katanya dalam hati.
  Singkatnya, Raden Rangga pun menurut dan pergi
  menghadap Ki Juru Martani. Sesampai di depan rumah
  Ki Juru yang ada masjid kecil di teras, dia terpaksa
  menunggu. Sebab Ki Juru sedang sholat dhuhur. Raden
  Rangga pun duduk di trap mesjid yang terbuat dari
  batu kumalasa dan iseng jarinya ditusuk-tusukkan.
  Batu itu pun berlobang-lobang.
  Usai sholat, Ki Juru keluar masjid. Dia langsung
  menyapa Raden Rangga. “Cucuku, apa jarimu tidak
  sakit menusuk batu yang keras itu?” Seketika itu pula,
  batu itu menjadi keras dan kesaktian Raden Rangga
  hilang seketika. “Benar kata ayah bahwa saya harus
  berguru pada panjenengan eyang Juru Martani. Saya
  sadar, orang muda seperti saya tidak boleh
  menyombongkan ilmu kesaktian pada orang yang
  lebih tua”
  Ki Juru Martani kemudian mengajari raden Rangga
  berbagai ilmu kesaktian. Salah satu yang
  diajarkannya adalah Aji Lembu Sekilan. Ajian ini
  untuk menghadapi lawan di dalam peperangan.
  Senjata tajam dan tumpul tidak akan mampu melukai
  tubuh bagi pemilik ajian ini. Untuk melakukan
  penyerangan pukulan, aji lembu sekilan sangat efektif
  karena bisa melipat gandakan tenaga ratusan kali
  tenaga biasa.
  Bagi para pendekar yang ingin memiliki ajian ini, dia
  tidak boleh memanggil lembu (sapi) dan tidak
  diperkenankan memakan dagingnya. Dia harus
  menjalani laku berupa puasa 40 hari hanya makan
  dedaunan yang dikulup dengan bumbu garam.
  Minumnya air kendi dan apabila sudah selesai 40 hari
  lalu dia kemudian erlu nglowong tiga hari tiga malam
  mulai hari Kamis Wage. Cara matek aji ini yaitu
  membaca mantra khusus.
  Adapun mantranya adalah Niat ingsun am atek ajiku si
  lembu sekilan, Rosulku lungguh ibrahim nginep
  babahan,
  Kep karekep barukuut kinemulan wesi kuning, Wesi
  mekakang, secengkang sakilan sadepo, Sakehing
  brojo ora nedhasi bedil pepet mriyem Buntu tan
  tumomo songko kersaning Allah.
  Seketika itu pula daya gaib ajian ini bekerja.
  Raden Rangga juga dibekali ajian penutup yang
  sangat hebat. Nama ajian pemberian Ki Juru Martani
  ini adalah Ajian Gelap Ngampar. Ajian yang konon
  milik salah seorang sahabat Rasulullah, yaitu Baginda
  Ali ini untuk menghadapi peperangan massal. Sekali
  matek aji dan berteriak maka nyali musuh akan ciut
  dan mereka akan buyar lari tunggang langgang
  ketakutan. Pendekar pemilik Ajian Gelap Ngampar
  sangat ditakuti karena tubuhnya kebal senjata dan
  memiliki mata yang bisa memancarkan sinar sangat
  kuat sampai yang dilihat terbakar.
  “Akh, ternyata ajian Gelap ngampar berasal dari
  tanah orang.”
  “benar, benar…!”
  “Lalu bagaimana cara mempelajarinya Eyang?”
  “Cara mendapatkan Ajian Gelap Ngampar ini
  dituturkan Ki Juru Martani yaitu “Puasa mutih selama
  empat puluh hari hari, makan hanya sekali tiap
  tengah malam. Setelah puasa selesai, maka dia harus
  nglowong (tidak tidur dan begadang di luar rumah)
  selama 7 hari 7 malam dan mulai puasa pada hari
  sabtu Kliwon” Ajian ini otomatis bekerja bila dalam
  peperangan sang pendekar membaca mantra nya.”
  “Mantra yang mana eyang?”
  ““Niat ingsun amatek ajiku si gelap ngampar,
  gebyar-gebyar ono ing dadaku, ulo lanang guluku
  macan galak ono raiku suryo kembar ono netraku
  durgodeg lak ono pupuku, gelap ngampar ono
  pangucapku
  gelap sewu suwaraku yo aku si gelap ngampar”
  “Akh, tapi Eyang, setahu saya, gelap ngampar
  diciptakan oleh dua orang yang mendiami tanah
  jawa, yakni seorang resi pada agama hindu dan
  sunan kalijaga.”
  “Haha… bagus…bagus… ternyata kau tidak hanya
  mendengarkan saja dari satu orang. Coba bacakan aji
  gelap ngampar menurut dua orang itu.
  “Menurut versi sunan kalijaga adalah sebagai berikut
  Bismillaahirrohmaanirrohiim, Gelap ngampar kuwang-
  kuwang, Midaku raku, Gelap ngampar pengucapku,
  Nyaut ora nyunduk, Gajah meta Kala anembah Rep
  sirep saking kersaning Allah.”
  “Dan menurut Resi itu?”
  “Sama dengan yang dibaca oleh Eyang!!”
  “Lalu, menurutmu manakah yang benar?”
  “Ukghh…” Sagara Angkara tak mampu menjawab.
  “Entalah Eyang, setahu saya. AJI GELAP NGAMPAR
  juga dikuasai mahapatih Gajah Mada.”
  “JKalau begitu, jelaskan padaku apa saja yang
  mengenai Ajian gelap Nagmpar yang kau ketahui.”
  Kata Kyai Ancala pada Sagara Angkara.
  “Aji Gelap Ngampar Secara harfiah, kata "gelap"
  dalam bahasa Jawa memiliki arti petir, halilintar, guruh
  atau kilat. Sedangkan "ngampar" berarti menyambar.
  Dengan begitu, maka kata "gelap ngampar" memiliki
  arti petir yang menyambar.
  jika ilmu disalurkan lewat suara, maka ya ng
  mendengar bentakannya akan langsung tuli. Dan bila
  ajian ini dibaca di tengah-tengah riuhnya peperangan,
  siapapun yang mendengar teriakan dari pemilik ajian
  ini akan langsung bersimpuh menyerah atau
  melarikan diri. Sedang bila ajian ini disalurkan lewat
  telapak tangan, maka tubuh yang terkena pukulannya
  akan centang perenang bak tersambar petir.”
  “Lalu?”
  “Gelap Eyang?”
  “Gelap?”
  “Maksud saya tidak tahu hehe…!”
  “Dasar kau!” Kyai Ancala mengusap kepala Sagara
  Angkara.
  “Kau masih ingin mendengarkan sejarah ilmu yang
  lain?”
  “Tentu Eyang!”
  "Di saat kerajaan medang kamulyan terjadi huru hara
  dan peperangan melawan pemberontak. maka di saat
  itu pula prabu kamulyan merasa bingung karena
  pemberontak itu sendiri ilmu kesaktiannya seolah
  menandingi dirinya bahkan prabu kamulyan benar-
  benar merasa sangat sedih melihat rakyatnya di
  bantai dan para prajuritnya banyak yang mati serta
  senopati-senopati kesayangannya banyak yang gugur
  pula. di dalam hatinya ia berkata
  "wahai tuhanku yang maha pemurah dan maha
  kuasa apa kesalahan hambamu ini, padahal hamba
  tak pernah berbuat kejam apalagi membunuh orang
  bahkan hamba selalu hidup dengan menebar benih-
  benih kasih sayang dan kedamaian tetapi mengapa
  saya mengalami kejadian seperti ini bertemu para
  pemberontak dan penjajah yang benar-benar kejam
  hingga rakyat dan prajuritku banyak yang mati
  dengan tubuh tanpa kepala dan kaki serta tangan ikut
  pula terputus bahkan para senopati-senop atiku
  tubuhnya hancur lebur oleh kesaktian para
  pemberontak, lalu apa yang harus hamba lakukan
  sedangkan kemampuan dan kesaktian hamba seolah
  tak mampu menandingi rajanya pemberontak. saya
  mengira hamba tidak akan mempunyai musuh
  seberat ini bahkan musuhku seolah iblis berbentuk
  manusia menghilang tak tau rimbanya dan
  munculnyapun tidak di ketahui sungguh perjuangan
  yang benar-benar berat duh gusti apa yang harus
  hamba lakukan, sudilah engkau memberi ilmu
  melebihi dari musuh yang hamba hadapi ini? "
  Maka tak lama kemudian cahaya putih kemilau hadir
  di depan prabu kamulyan dan berkata: jangan kamu
  bersedih hati wahai hamba yang baik hati semua
  perjalanan hidupmu haruslah kamu jalani dengan
  sebaik-baiknya jangan pula kamu berputus asa di
  dalam menghadapi musuh-musuhmu akan aku
  perkenankan ilmu yang tidak ada tandingannya
  bahkan kamu bisa hidup seribu tahun ataupun lebih
  terserah keinginanmu dan ilmu ini saya berikan
  dengan dua tahapan rawa rontek dan pancasona".
  "kedua ilmu ini masing-masing telah menyatu dengan
  ruh dan jasadmu beserta alam jagad raya ini maka
  pergunakan ilmumu untuk menolong kaum tertindas
  jangan pernah menyerang musuh jika kamu belum di
  serang namun jika tindakan musuhmu melampaui
  batas ingin membumihanguskan maka musnahkanlah
  musuhmu dengan ilmu yang aku titipkan kepadamu,
  saya akan melindungimu dan menyelamatkanmu
  tanpa pernah kamu mengetahuiku?".
  Setelah mendapat wangsit maka prabu kamulyan
  bertapa selama 40 hari 40 malam di dalam goa,
  bahkan istri dan kerabatnya serta sisa prajuritnya
  diungsikan ketempat yang lebih aman karena istana
  kerajaan medang kamulyan telah di duduki oleh raja
  penjahat yang kejam dan bengis bahkan seluruh
  rakyat kerajaan medang kamulyan di jadikan budak-
  budak yang siap di bantai dan para wanita di perkosa
  hingga mati. dan setelah menjelang selesai tapatnya
  yang 40 hari 40 malam maka prabu kamulyan pun
  mengakhiri pertapaannya dan beliau mendapat ajian
  rawa rontek dan pancasona dari sang pencipta maka
  iapun bergegas menemui istri, kerabat dan sisa
  pasukannya untuk menyiapkan mengambil kembali
  istana kerajaan medang kamulyan. maka bergeraklah
  pasukannya yang di pimpin langsung oleh prabu
  kamulyan dan hanya dalam satu malam istana
  kerajaannya dapat di duduki kembali sehingga nama
  prabu kamulyan tersohor di seluruh dunia karena
  kesaktian yang tak tertandingi, hingga menjadikan
  seluruh raja-raja pada saat itu menggu nakan hukum
  kasih sayang dan kedamaian tanpa ada hukum yang
  kejam dan radikal sehingga terciptalah dunia yang
  indah dan damai.
  “Ai….Ai…! sungguh banyak kisah kepahlawanan di
  Tanah Jawa ini. Tapi mengapakah kejahatan tidak
  pernah sirna?” Sagara Angkara menghela nafas
  panjang.
  “Yang maha kuasa sudah mengaturnya demikian, Bila
  ada siang maka ada malam. Bila ada laki maka ada
  perempuan. Begitupula bila ada kebaikan maka ada
  kejahatan.” Dari belakang Ki Brangaspati menyahuti
  gumaman sagara Angkara.
  “Eyang…!” Sagara Angkara tertegun.
  “Mulai nanti siang, kau harus bersemadi di bawah
  jemuran matahari dan bulan untuk menyerap energy
  keduanya. dan baru boleh menghentikan semadi bila
  sudah mencapai semadi puncak. Yakni satu purnama”
  “Hah?!” Sagara Angkara terperanjat.
  “Makanlah, Nyi Mekar Ningrum sudah menyiapkan
  makan untukmu. Satu kali unuk satu purnama!”
  Sagara Angkara tahu tabiat eyang yang satu ini,
  sebelum ucapannya berubah, lekas ia bangkit dan
  masuk kedalam pondok…
  Mata Sagara Angkara terbelalak antara kagum, heran,
  jengkel bersatu dalam benak…
  Bagaimana tidak….!
  Nasi putih, Rebung putih, singkong putih, air putih dan
  semu makanannya serba putih.
  “Mengapa kau menjublak disana. Lekaslah makan
  dan habiskan, sebelum Kakang Brangaspati
  menyuruhmu bertapa tanpa makan”
  Tanpa berkata apa, Sagara Angkara duduk dan
  mengambil makanannnya…
  “Hambar!” Gumamnya…
  “Semua makanan tidak diberi bumbu. Kakang
  menyuruhnya demikian…!”
  Nikmatkah makan tanpa rasa? Tidak, tentu saja tidak,
  tapi Apalah dayanya. Perintah guru laksana Anak
  panah yang sudah dilepaskan. Mau tak mau harus
  dituruti. Selesai makan, Sagara Angkara merasakan
  enek yang sangat. Tervbukti bahwa beberapa kali ia
  hamper memuntahkan isi perutnya…
  Perlahan sekali Sagara Angkara keluar dari pondok. Ki
  Brangaspati dan Kyai Ancala tiada ditempat. Ia
  melangkahkan kakinya pada batu cadas dan
  mengambil posisi bersila. Kedua tangan dirangkapkan
  dan mata terpejam…. Matahari menyenga t kulit,
  terasa panas yang sangat… semutpun enggan keluar
  karena panasnya, gilanya Sagara Angkara
  melepaskan bajku dengan tenaga dalam hingga
  hancur berantakan…
  Tubuh kekar itu tertimpa cahaya matahari
  menyilaukan laksana kaca karena keringat…
  ****
  S

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>