Cerita Silat | Iblis Dunia Persilatan | by Bung AONE | Iblis Dunia Persilatan | Cersil Sakti | Iblis Dunia Persilatan pdf
Siapa Ayahku ? - Azizah Attamimi The Wednesday Letters - Surat Cinta di Hari Rabu - Jason F. Wright The Chamber - Kamar Gas - John Grisham Trio Tifa - Tiga Sandera - Bung Smas Kisah Dua Kamar ~ bukanpujangga
atu Purnama lebih telah berlalu…
Danau Pangkalan dipenuhi dengan manusia dari
plbagai golongan. Pedagang berderet rapi melingkar
menjajakan makanannya.
Yang hadir disana memiliki beberapa maksud, yang
pertama tentu saja ingin mengikuti perebutan gengsi,
yang kedua adalah orang yang hanya ingin menonton
keramaian, ada yang sekedar berjualan, mencari
muka dan nama juga dengan maksud dan alas an
masing-masing…
Ditengah danau telah dibentuk sebuah panggung
arena yang luar biasa, panggung itu terbuat dari kayu
jati yang disusun dan membentuk panggung apung.
Untuk naik keatas panggung, disediakan papan apung
sebesar mangkuk berbentuk bulat yang diikat dengan
tali akar,
Dijejerkan rapi dengan jarak masing-masing dua
tombak. Jalan masuk itu ada empat jalur, selatan,
barat, utara dan timur.
Siapa saja yang tak memiliki kemampuan yang
mumpuni. Jangan harap dapat naik keatas panggung
sana. Inilah yang disebut dengan hanya yang memiliki
sayap yang bisa terbbang.
Lima Ketua Perguruan bersama Dewan Dunia
Persilatan duduk di kursi kehormatan. Dari raut wajah
mereka bisa ditebak bahwa mereka sangat cemas
dengan kondisi dunia persilatan saat ini.
Maharaja Dunia Persilatan duduk dikursin ya dengan
disanggah tongkat. Usianya yang sudah tua semakin
tua. Lenyapnya Iblis Dunia Persilatan dan tujuh Utusan
Dunia Persilatan memberikan sebuah kata Tanya
untuknya.
Wajahnya keruh, apalagi Perebuan Pendekar Satria
Jawadwipa adalah sebuah ajang yang sangat besar,
sama sekali bukan permainan yang bisa dianggap
remeh.
Jika salah jatuh kepemimpinan saja, maka akibatnya
tak bisa dibayangkan lagi.
Dilihatnya bola besar berwarna kuning sudah
menggantung diudara, Maharaja Dunia Persilatan
menjejakan kakinya menuju arah panggung..
“tepp…tepp..tep…!” Laksana kapas tertiup angin,
Maharaja melewati jalan diatas danau menuju
panggung.
Suara tepuk tangan dari seorang, berkesinambungan
dari satu kesatu yang lain menjadi sebuah tepukan
meriah yang gegap gempita. Setelah suara tepukan
riuh bergema memenuhi angkasa. Maharaja tiba
ditengah-tengah panggung. Ia berdiam diri tak
berbicara…
Suasana diatas panggung maupun di sisi-sisi
panggung mulai diliputi ketegangan, semua orang
pusatkan perhatian mereka pada Maharaja Dunia
Persilatan yang berdiri dengan gagah dan jantan.
Ditengah suasana yang tegang, menyesakkan napas.
suatu senyuman dingin yang menyeramkan
berkelebat diatas wajah seorang Pemuda tampan
berbaju emas bersulam perak…
Dia mengundurkan dikerumunan, tak seorangpun
yang memperhatikan keberadaannya sebab semua
orang memandang perhatiannya kepanggung.
Maharaja Dunia Persilatan sapukan pandangan
kepelosok penjuru.
“Para hadirin sekalian, Para gagah dari dunia
persilatan. Hari ini kita selaku para pendekar ditanah
jawa mengadakan sebuah ajang yang luar biasa
besar dan bergengsi yakni Perebutan Pendekar Satria
Jawadwipa. Dari segenap penjuru tanah jawa ini kita
berkumpul dalam sebah tempat. Yakni Danau
Pangkalan. Dalam acara ini, akan diadakan
pertarungan yang berbahaya. Sebenarnya, aku tak
menginginkan darah yang mengalir, tapi apalah
dayaku menentang kalian para Pendekar. Setelah
menimbang beberapa persoalan, akhirnya aku
mencetuskan bahwa permusuhan hanya ada ketika di
atas panggung ini. Begitu turun aku harap semuanya
berjalan seperti biasanya. Tak boleh ada dendam,
pikirkanlah seksama sebelum menaiki panggung. “
Maharaja Dunia Persilatan hentikan ucapannya lalu
melanjutkan.
“Peraturan dalam adu tanding ini tetaplah sama
dengan pertandingan-pertandingan sebelumnya. Siapa
saja yang dapat berdiri diatas panggung ini tanpa
kalah selama tiga kali berturut-turut. Dipersilahkan
untuk duduk menunggu yang lain menyelesaikan
pertarungannya. Yang menang melawan yang
menang dan begitu seterusnya. Ketika adu
kepandaian ini dimenangkan oleh orang pada hari
kelima tepat ketika matahari berada diatas kepala,
maka dialah pemenangnya. Jika diantara keduanya
tanpa ada yang kalah, maka pertandingan dilanjutkan
sampai ketahuan hasilnya. Bagi para pendekar yang
menyerahkan senjata, bagian-bagian tubuh, ataupun
sobekan pakaian dengan rela. Sebagai tanda
menyerah kalah tidak diperbolehkan untuk dibunuh.
Jika dilanggar, maka dia akan berhadapan dengan
kami sekalian. Ada yang keberatan?”
Maharaja Sapukan pandangan pada sekelilingnya,
namun sama sekali tak ada yang menentang
peraturan itu. Akhirnya ia berkata lantang…
“Pertandingan dibuka…!”
“Gooooonngggggg……crek..crakk..dung..dung..dung!”
Suara tabuhan music bergema memecah kesunyian
pertanda bahwa pertandingan telah dibuka. Maharaja
Jejakan kaki dan berlari pesat menuju tempat
duduknya.
Sekonyong-konyong…
Seseorang berlari dengan kecepatan anak panah yang
membidik sasaran, bayangan putih melesat keatas
panggung. Meski kakinya menginjak pijak an, namun
airnya tak sediktpun beriak, ini adalah pameran
tenaga dalam dan ilmu peringan tubuh yang dahsyat…
Dijurusan lain juga terdapat seseorang yang berlari
ketengah gelanggang. Kedua orang itu berhadapan.
salah satu diantaranya adalah kakek tua
berperawakan kecil kurus berpakaian putih berlumpur.
Dialah yang dikenal dengan Jerangkong Mayat sedang
lawannya seorang lelaki paruh baya berperawakan
tinggi besar dengan bibir tebal. sinar matanya tajam
dan ganas, dialah yang bernama Si Raksasa Ganas.
Sekonyong-konyong Si Raksasa Ganas membentak
keras sepasang tangannya direntangkan kedepan
diiringi suara desiran tajam. Kesepuluh jari tangannya
langsung mengancam wajah serta dada bagian depan
dari si Jerangkong Mayat.
Melihat datangnya serangang sedahsyat itu Si
Jerangkong Mayat merasakan badannya tergetar
keras, rupanya lawan langsung melancarkan serangan
dengan ilmu sakti andalannya 'Jari Baja'.
Si Jerangkong Mayat langkahkan kaki kanan dengan
posisi menekuk dan kaki yang lain lurus kesamping.
Tangan kanan bergerak kearah kanan melakukan
cengkraman. Berhenti disamping kanan kepala diiringi
tangan kiri melakukan tangkisan keras kebawah…
“Duukkk….!” Begitu Jari jari Si Raksasa Ganas hendak
mencengkram dada, Si Jerangkong Mayat
menangkisnya pada pergelangan tangan. Ini adalah
suatu tindakan yang tepat, mengingat bahwa Jari-jari
tangan lawannya yang sudah pada direndam dalam
racun. asalkan kena terbabat atau tergores sedikit
saja, maka daya kerja racun akan menghebat.
“Hiaattt…” Pekik Si Jerangkong mayat yang
menggerakan tangan kananya melakukan tusukan
jari. Decitan nyaring dari gesekan antara angin dan
jari terdengar nyaring.
Dari Jari Sijerangkong Mayat yang kurus kering seperti
tulang itu menusuk dengan sebat…
Si Raksasa Ganas tidak berani berlaku gegabah. ia
segera keluarkan jurus untuk mempertahankan diri.
Tangan kirinya melakukan gerakan melingkar kearah
bawah kanan…
“Plakk…!”
"Sreeeeet.. . ." Meski serangan itu dapat tertangkis,
karena keterbatasan waktu, tangkisannya tidak
begitu sempurna menyebabkan Sebagaian pakaian
pada pundak Si Raksasa Ganas kena tersapu robek
oleh sambaran jari-jari tangan tadi.
Dalam keadaan yang berbahaya Si Raksasa Ganas itu
masih sempat menolong jiwanya dengan keluarkan
jurus andalannya yang bernama tangan baja tameng
besi.
“Kau masih beruntung masih dapat mempertahankan
jiwa tuamu. Tapi aku ragu, apakah kau sanggup
menahan seranganku ini” Puji sekaligus hinaan Si
Jerangkong Mayat.
“Bukan hanya sanggup menahan, tapi juga
memunahkan jiwamu” Geram Si Raksasa Ganas.
Tubuhnya melesat dengan langkah kaki kanan dan
diikuti dengan geseran pada kaki lainnya dengan
bagian tangan kanan yang melakukan totokan
dengan dua jari utama serta tangan lainnya untuk
dikelebatkan pada sisi bahu atau tangankanan yang
sedang melakukan serangan…
Si Jerangkong Mayat tidak berani memunahkan
datangnya serangan tersebut dengan keras lawan
keras. Dari decitan nyaringnya saja,. Ia dapat
memprediksikan bahwa jurus itu bukanlah jurus
sembarangan.
Jurus yang megandalkan campuran tenag a dalam dan
tenaga luar ini sungguh berbahaya, apalaggi jari-jari Si
Raksasa Ganas sangatlah beacun.
Si Jerangkong Mayat menghindarkan diri dengan
langkah kaki kanan kebagian kiri sehingga terbentuk
suatu kuda-kuda setengah silang. Ini menyebabkan
totokan dari Si Raksasa Ganas lewat di depan
mukanya dalam jarak dua jari.
Ia menarik tangan kanan menekuk serta tangan
lainnya terbuka.secepat kilat dibalik dengan
serangkaian serangan dahsyat menggunakan kedua
tangan…
Si Raksasa Ganas kebingungan dengan jurus lawan,
tak mau ambil resiko, ia mundur melompat..
Pertarungan ini sungguh luar biasa, siapa pun tidak
ingin menunjukkan kelemahannya dihadapan pihak
lawan atau bila tidak berbuat demikian maka nama
mereka akan tercemar, bahkan nyawapun melayang
percuma.
Pertarungan sudah berlangsung puluhan jurus, namun
tak keliatan siapa yang unggul.
Si Raksasa Ganas mendengus dingin, Ia nelayankan
tendangan keras yang dalam pada itu tak bisa
dihindari oleh Si Jerangkong Mayat.
"Breeeeet " diiringi suara robekan pakaian, jubah Si
Jerangkong Mayat robek sedikit Para penonton
tersorak-sorai meledakkan suara
"Sialan" Si Jerangkong Mayat meloncat mundur satu
tombak kebelakang. tidak disangka olehnya bahwa
bajunya dapat robek tersambar lawan.
Ia menenangkan hatinya dan berdiri tenang
memasang kuda-kuda. Si Raksasa ganas yang sedang
merasa gembira sebab dapat merobek pakaian
melayangkan kaki kanan tanpa dipikirkan lagi apa
dan bagaimana akibatnya.
“Duuukkk…!”
Tendangan itu dihalau oleh Si Jerangkong mayat
dengan menubrukan kaki kirinya salam posisi
tertekuk, dan sebagai akibat dari banturan tersebut, Si
Raksasa Ganas kehilangan keseimbangannya…
Tak dinyana tulang kurus kering Si Jerangkong mayat
sangatlah kuat seperti besi. Sampai-sampai Si Raksasa
Ganas tak sanggup menahan serangannya.
Belum ia memantapkan kedudukan, Si Jerangkong
Mayat sudah menghentakan kaki kirinya itu dengan
suatu tendangan yang ditujukan pada kepala lawan..
“buukkk…”
Si Raksasa ganas sempoyongan. Darah menyembur
dari mulutnya. Belum ia mempersiapkan diri, Si
Jerangkong mayat memasukan serangan secara
sekaligus dengan dua kepalan yang di hantamkan
kedada. Bicara soal tenaga dalam jangan ditanya…
“Krekkk!”
“Arrhgggghh!” Suara patahan tulang iga terdengar, Si
Raksasa Ganas mengerang menahan sakit, darah
membasahi bajunya, ia menjungkal roboh.
Si Jerangkong mayat tak melanjutkan tindakannya. Ia
berdiri pongah di arena.
“Ayo bangkit, janganlah kau tidur melulu…” Ejek Si
Jerangkong Mayat…
Perlahan sambil menahan sakit, Si Raksasa Ganas
bangkit berdiri…
Darah dari hidung mengucur membasahi bibir
samping, turun kedagu dan setetes demi tetes jatuh
kebawah…
“Tikkk!” Darah itu menetes membentuk lukisan
abstrak..
Kedua tangan Si Raksasa Ganas terkepal..
“Huaaa….!” Jeritan melengking menyayat terdengar
darinya.
Tangan kanannya melesat maju kemuka bersemu
kehijauan…
“Drakkk..!” Si Jerangkong Mayat menghentakan kaki
membuat patahan kayu lantai panggung mencuat
sebesar pergelangan ta
Siapa Ayahku ? - Azizah Attamimi The Wednesday Letters - Surat Cinta di Hari Rabu - Jason F. Wright The Chamber - Kamar Gas - John Grisham Trio Tifa - Tiga Sandera - Bung Smas Kisah Dua Kamar ~ bukanpujangga
atu Purnama lebih telah berlalu…
Danau Pangkalan dipenuhi dengan manusia dari
plbagai golongan. Pedagang berderet rapi melingkar
menjajakan makanannya.
Yang hadir disana memiliki beberapa maksud, yang
pertama tentu saja ingin mengikuti perebutan gengsi,
yang kedua adalah orang yang hanya ingin menonton
keramaian, ada yang sekedar berjualan, mencari
muka dan nama juga dengan maksud dan alas an
masing-masing…
Ditengah danau telah dibentuk sebuah panggung
arena yang luar biasa, panggung itu terbuat dari kayu
jati yang disusun dan membentuk panggung apung.
Untuk naik keatas panggung, disediakan papan apung
sebesar mangkuk berbentuk bulat yang diikat dengan
tali akar,
Dijejerkan rapi dengan jarak masing-masing dua
tombak. Jalan masuk itu ada empat jalur, selatan,
barat, utara dan timur.
Siapa saja yang tak memiliki kemampuan yang
mumpuni. Jangan harap dapat naik keatas panggung
sana. Inilah yang disebut dengan hanya yang memiliki
sayap yang bisa terbbang.
Lima Ketua Perguruan bersama Dewan Dunia
Persilatan duduk di kursi kehormatan. Dari raut wajah
mereka bisa ditebak bahwa mereka sangat cemas
dengan kondisi dunia persilatan saat ini.
Maharaja Dunia Persilatan duduk dikursin ya dengan
disanggah tongkat. Usianya yang sudah tua semakin
tua. Lenyapnya Iblis Dunia Persilatan dan tujuh Utusan
Dunia Persilatan memberikan sebuah kata Tanya
untuknya.
Wajahnya keruh, apalagi Perebuan Pendekar Satria
Jawadwipa adalah sebuah ajang yang sangat besar,
sama sekali bukan permainan yang bisa dianggap
remeh.
Jika salah jatuh kepemimpinan saja, maka akibatnya
tak bisa dibayangkan lagi.
Dilihatnya bola besar berwarna kuning sudah
menggantung diudara, Maharaja Dunia Persilatan
menjejakan kakinya menuju arah panggung..
“tepp…tepp..tep…!” Laksana kapas tertiup angin,
Maharaja melewati jalan diatas danau menuju
panggung.
Suara tepuk tangan dari seorang, berkesinambungan
dari satu kesatu yang lain menjadi sebuah tepukan
meriah yang gegap gempita. Setelah suara tepukan
riuh bergema memenuhi angkasa. Maharaja tiba
ditengah-tengah panggung. Ia berdiam diri tak
berbicara…
Suasana diatas panggung maupun di sisi-sisi
panggung mulai diliputi ketegangan, semua orang
pusatkan perhatian mereka pada Maharaja Dunia
Persilatan yang berdiri dengan gagah dan jantan.
Ditengah suasana yang tegang, menyesakkan napas.
suatu senyuman dingin yang menyeramkan
berkelebat diatas wajah seorang Pemuda tampan
berbaju emas bersulam perak…
Dia mengundurkan dikerumunan, tak seorangpun
yang memperhatikan keberadaannya sebab semua
orang memandang perhatiannya kepanggung.
Maharaja Dunia Persilatan sapukan pandangan
kepelosok penjuru.
“Para hadirin sekalian, Para gagah dari dunia
persilatan. Hari ini kita selaku para pendekar ditanah
jawa mengadakan sebuah ajang yang luar biasa
besar dan bergengsi yakni Perebutan Pendekar Satria
Jawadwipa. Dari segenap penjuru tanah jawa ini kita
berkumpul dalam sebah tempat. Yakni Danau
Pangkalan. Dalam acara ini, akan diadakan
pertarungan yang berbahaya. Sebenarnya, aku tak
menginginkan darah yang mengalir, tapi apalah
dayaku menentang kalian para Pendekar. Setelah
menimbang beberapa persoalan, akhirnya aku
mencetuskan bahwa permusuhan hanya ada ketika di
atas panggung ini. Begitu turun aku harap semuanya
berjalan seperti biasanya. Tak boleh ada dendam,
pikirkanlah seksama sebelum menaiki panggung. “
Maharaja Dunia Persilatan hentikan ucapannya lalu
melanjutkan.
“Peraturan dalam adu tanding ini tetaplah sama
dengan pertandingan-pertandingan sebelumnya. Siapa
saja yang dapat berdiri diatas panggung ini tanpa
kalah selama tiga kali berturut-turut. Dipersilahkan
untuk duduk menunggu yang lain menyelesaikan
pertarungannya. Yang menang melawan yang
menang dan begitu seterusnya. Ketika adu
kepandaian ini dimenangkan oleh orang pada hari
kelima tepat ketika matahari berada diatas kepala,
maka dialah pemenangnya. Jika diantara keduanya
tanpa ada yang kalah, maka pertandingan dilanjutkan
sampai ketahuan hasilnya. Bagi para pendekar yang
menyerahkan senjata, bagian-bagian tubuh, ataupun
sobekan pakaian dengan rela. Sebagai tanda
menyerah kalah tidak diperbolehkan untuk dibunuh.
Jika dilanggar, maka dia akan berhadapan dengan
kami sekalian. Ada yang keberatan?”
Maharaja Sapukan pandangan pada sekelilingnya,
namun sama sekali tak ada yang menentang
peraturan itu. Akhirnya ia berkata lantang…
“Pertandingan dibuka…!”
“Gooooonngggggg……crek..crakk..dung..dung..dung!”
Suara tabuhan music bergema memecah kesunyian
pertanda bahwa pertandingan telah dibuka. Maharaja
Jejakan kaki dan berlari pesat menuju tempat
duduknya.
Sekonyong-konyong…
Seseorang berlari dengan kecepatan anak panah yang
membidik sasaran, bayangan putih melesat keatas
panggung. Meski kakinya menginjak pijak an, namun
airnya tak sediktpun beriak, ini adalah pameran
tenaga dalam dan ilmu peringan tubuh yang dahsyat…
Dijurusan lain juga terdapat seseorang yang berlari
ketengah gelanggang. Kedua orang itu berhadapan.
salah satu diantaranya adalah kakek tua
berperawakan kecil kurus berpakaian putih berlumpur.
Dialah yang dikenal dengan Jerangkong Mayat sedang
lawannya seorang lelaki paruh baya berperawakan
tinggi besar dengan bibir tebal. sinar matanya tajam
dan ganas, dialah yang bernama Si Raksasa Ganas.
Sekonyong-konyong Si Raksasa Ganas membentak
keras sepasang tangannya direntangkan kedepan
diiringi suara desiran tajam. Kesepuluh jari tangannya
langsung mengancam wajah serta dada bagian depan
dari si Jerangkong Mayat.
Melihat datangnya serangang sedahsyat itu Si
Jerangkong Mayat merasakan badannya tergetar
keras, rupanya lawan langsung melancarkan serangan
dengan ilmu sakti andalannya 'Jari Baja'.
Si Jerangkong Mayat langkahkan kaki kanan dengan
posisi menekuk dan kaki yang lain lurus kesamping.
Tangan kanan bergerak kearah kanan melakukan
cengkraman. Berhenti disamping kanan kepala diiringi
tangan kiri melakukan tangkisan keras kebawah…
“Duukkk….!” Begitu Jari jari Si Raksasa Ganas hendak
mencengkram dada, Si Jerangkong Mayat
menangkisnya pada pergelangan tangan. Ini adalah
suatu tindakan yang tepat, mengingat bahwa Jari-jari
tangan lawannya yang sudah pada direndam dalam
racun. asalkan kena terbabat atau tergores sedikit
saja, maka daya kerja racun akan menghebat.
“Hiaattt…” Pekik Si Jerangkong mayat yang
menggerakan tangan kananya melakukan tusukan
jari. Decitan nyaring dari gesekan antara angin dan
jari terdengar nyaring.
Dari Jari Sijerangkong Mayat yang kurus kering seperti
tulang itu menusuk dengan sebat…
Si Raksasa Ganas tidak berani berlaku gegabah. ia
segera keluarkan jurus untuk mempertahankan diri.
Tangan kirinya melakukan gerakan melingkar kearah
bawah kanan…
“Plakk…!”
"Sreeeeet.. . ." Meski serangan itu dapat tertangkis,
karena keterbatasan waktu, tangkisannya tidak
begitu sempurna menyebabkan Sebagaian pakaian
pada pundak Si Raksasa Ganas kena tersapu robek
oleh sambaran jari-jari tangan tadi.
Dalam keadaan yang berbahaya Si Raksasa Ganas itu
masih sempat menolong jiwanya dengan keluarkan
jurus andalannya yang bernama tangan baja tameng
besi.
“Kau masih beruntung masih dapat mempertahankan
jiwa tuamu. Tapi aku ragu, apakah kau sanggup
menahan seranganku ini” Puji sekaligus hinaan Si
Jerangkong Mayat.
“Bukan hanya sanggup menahan, tapi juga
memunahkan jiwamu” Geram Si Raksasa Ganas.
Tubuhnya melesat dengan langkah kaki kanan dan
diikuti dengan geseran pada kaki lainnya dengan
bagian tangan kanan yang melakukan totokan
dengan dua jari utama serta tangan lainnya untuk
dikelebatkan pada sisi bahu atau tangankanan yang
sedang melakukan serangan…
Si Jerangkong Mayat tidak berani memunahkan
datangnya serangan tersebut dengan keras lawan
keras. Dari decitan nyaringnya saja,. Ia dapat
memprediksikan bahwa jurus itu bukanlah jurus
sembarangan.
Jurus yang megandalkan campuran tenag a dalam dan
tenaga luar ini sungguh berbahaya, apalaggi jari-jari Si
Raksasa Ganas sangatlah beacun.
Si Jerangkong Mayat menghindarkan diri dengan
langkah kaki kanan kebagian kiri sehingga terbentuk
suatu kuda-kuda setengah silang. Ini menyebabkan
totokan dari Si Raksasa Ganas lewat di depan
mukanya dalam jarak dua jari.
Ia menarik tangan kanan menekuk serta tangan
lainnya terbuka.secepat kilat dibalik dengan
serangkaian serangan dahsyat menggunakan kedua
tangan…
Si Raksasa Ganas kebingungan dengan jurus lawan,
tak mau ambil resiko, ia mundur melompat..
Pertarungan ini sungguh luar biasa, siapa pun tidak
ingin menunjukkan kelemahannya dihadapan pihak
lawan atau bila tidak berbuat demikian maka nama
mereka akan tercemar, bahkan nyawapun melayang
percuma.
Pertarungan sudah berlangsung puluhan jurus, namun
tak keliatan siapa yang unggul.
Si Raksasa Ganas mendengus dingin, Ia nelayankan
tendangan keras yang dalam pada itu tak bisa
dihindari oleh Si Jerangkong Mayat.
"Breeeeet " diiringi suara robekan pakaian, jubah Si
Jerangkong Mayat robek sedikit Para penonton
tersorak-sorai meledakkan suara
"Sialan" Si Jerangkong Mayat meloncat mundur satu
tombak kebelakang. tidak disangka olehnya bahwa
bajunya dapat robek tersambar lawan.
Ia menenangkan hatinya dan berdiri tenang
memasang kuda-kuda. Si Raksasa ganas yang sedang
merasa gembira sebab dapat merobek pakaian
melayangkan kaki kanan tanpa dipikirkan lagi apa
dan bagaimana akibatnya.
“Duuukkk…!”
Tendangan itu dihalau oleh Si Jerangkong mayat
dengan menubrukan kaki kirinya salam posisi
tertekuk, dan sebagai akibat dari banturan tersebut, Si
Raksasa Ganas kehilangan keseimbangannya…
Tak dinyana tulang kurus kering Si Jerangkong mayat
sangatlah kuat seperti besi. Sampai-sampai Si Raksasa
Ganas tak sanggup menahan serangannya.
Belum ia memantapkan kedudukan, Si Jerangkong
Mayat sudah menghentakan kaki kirinya itu dengan
suatu tendangan yang ditujukan pada kepala lawan..
“buukkk…”
Si Raksasa ganas sempoyongan. Darah menyembur
dari mulutnya. Belum ia mempersiapkan diri, Si
Jerangkong mayat memasukan serangan secara
sekaligus dengan dua kepalan yang di hantamkan
kedada. Bicara soal tenaga dalam jangan ditanya…
“Krekkk!”
“Arrhgggghh!” Suara patahan tulang iga terdengar, Si
Raksasa Ganas mengerang menahan sakit, darah
membasahi bajunya, ia menjungkal roboh.
Si Jerangkong mayat tak melanjutkan tindakannya. Ia
berdiri pongah di arena.
“Ayo bangkit, janganlah kau tidur melulu…” Ejek Si
Jerangkong Mayat…
Perlahan sambil menahan sakit, Si Raksasa Ganas
bangkit berdiri…
Darah dari hidung mengucur membasahi bibir
samping, turun kedagu dan setetes demi tetes jatuh
kebawah…
“Tikkk!” Darah itu menetes membentuk lukisan
abstrak..
Kedua tangan Si Raksasa Ganas terkepal..
“Huaaa….!” Jeritan melengking menyayat terdengar
darinya.
Tangan kanannya melesat maju kemuka bersemu
kehijauan…
“Drakkk..!” Si Jerangkong Mayat menghentakan kaki
membuat patahan kayu lantai panggung mencuat
sebesar pergelangan ta