Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Iblis Dunia Persilatan - 82

$
0
0
Cerita Silat | Iblis Dunia Persilatan | by Bung AONE | Iblis Dunia Persilatan | Cersil Sakti | Iblis Dunia Persilatan pdf

Siapa Ayahku ? - Azizah Attamimi The Wednesday Letters - Surat Cinta di Hari Rabu - Jason F. Wright The Chamber - Kamar Gas - John Grisham Trio Tifa - Tiga Sandera - Bung Smas Kisah Dua Kamar ~ bukanpujangga

atu Purnama lebih telah berlalu…
  Danau Pangkalan dipenuhi dengan manusia dari
  plbagai golongan. Pedagang berderet rapi melingkar
  menjajakan makanannya.
  Yang hadir disana memiliki beberapa maksud, yang
  pertama tentu saja ingin mengikuti perebutan gengsi,
  yang kedua adalah orang yang hanya ingin menonton
  keramaian, ada yang sekedar berjualan, mencari
  muka dan nama juga dengan maksud dan alas an
  masing-masing…
  Ditengah danau telah dibentuk sebuah panggung
  arena yang luar biasa, panggung itu terbuat dari kayu
  jati yang disusun dan membentuk panggung apung.
  Untuk naik keatas panggung, disediakan papan apung
  sebesar mangkuk berbentuk bulat yang diikat dengan
  tali akar,
  Dijejerkan rapi dengan jarak masing-masing dua
  tombak. Jalan masuk itu ada empat jalur, selatan,
  barat, utara dan timur.
  Siapa saja yang tak memiliki kemampuan yang
  mumpuni. Jangan harap dapat naik keatas panggung
  sana. Inilah yang disebut dengan hanya yang memiliki
  sayap yang bisa terbbang.
  Lima Ketua Perguruan bersama Dewan Dunia
  Persilatan duduk di kursi kehormatan. Dari raut wajah
  mereka bisa ditebak bahwa mereka sangat cemas
  dengan kondisi dunia persilatan saat ini.
  Maharaja Dunia Persilatan duduk dikursin ya dengan
  disanggah tongkat. Usianya yang sudah tua semakin
  tua. Lenyapnya Iblis Dunia Persilatan dan tujuh Utusan
  Dunia Persilatan memberikan sebuah kata Tanya
  untuknya.
  Wajahnya keruh, apalagi Perebuan Pendekar Satria
  Jawadwipa adalah sebuah ajang yang sangat besar,
  sama sekali bukan permainan yang bisa dianggap
  remeh.
  Jika salah jatuh kepemimpinan saja, maka akibatnya
  tak bisa dibayangkan lagi.
  Dilihatnya bola besar berwarna kuning sudah
  menggantung diudara, Maharaja Dunia Persilatan
  menjejakan kakinya menuju arah panggung..
  “tepp…tepp..tep…!” Laksana kapas tertiup angin,
  Maharaja melewati jalan diatas danau menuju
  panggung.
  Suara tepuk tangan dari seorang, berkesinambungan
  dari satu kesatu yang lain menjadi sebuah tepukan
  meriah yang gegap gempita. Setelah suara tepukan
  riuh bergema memenuhi angkasa. Maharaja tiba
  ditengah-tengah panggung. Ia berdiam diri tak
  berbicara…
  Suasana diatas panggung maupun di sisi-sisi
  panggung mulai diliputi ketegangan, semua orang
  pusatkan perhatian mereka pada Maharaja Dunia
  Persilatan yang berdiri dengan gagah dan jantan.
  Ditengah suasana yang tegang, menyesakkan napas.
  suatu senyuman dingin yang menyeramkan
  berkelebat diatas wajah seorang Pemuda tampan
  berbaju emas bersulam perak…
  Dia mengundurkan dikerumunan, tak seorangpun
  yang memperhatikan keberadaannya sebab semua
  orang memandang perhatiannya kepanggung.
  Maharaja Dunia Persilatan sapukan pandangan
  kepelosok penjuru.
  “Para hadirin sekalian, Para gagah dari dunia
  persilatan. Hari ini kita selaku para pendekar ditanah
  jawa mengadakan sebuah ajang yang luar biasa
  besar dan bergengsi yakni Perebutan Pendekar Satria
  Jawadwipa. Dari segenap penjuru tanah jawa ini kita
  berkumpul dalam sebah tempat. Yakni Danau
  Pangkalan. Dalam acara ini, akan diadakan
  pertarungan yang berbahaya. Sebenarnya, aku tak
  menginginkan darah yang mengalir, tapi apalah
  dayaku menentang kalian para Pendekar. Setelah
  menimbang beberapa persoalan, akhirnya aku
  mencetuskan bahwa permusuhan hanya ada ketika di
  atas panggung ini. Begitu turun aku harap semuanya
  berjalan seperti biasanya. Tak boleh ada dendam,
  pikirkanlah seksama sebelum menaiki panggung. “
  Maharaja Dunia Persilatan hentikan ucapannya lalu
  melanjutkan.
  “Peraturan dalam adu tanding ini tetaplah sama
  dengan pertandingan-pertandingan sebelumnya. Siapa
  saja yang dapat berdiri diatas panggung ini tanpa
  kalah selama tiga kali berturut-turut. Dipersilahkan
  untuk duduk menunggu yang lain menyelesaikan
  pertarungannya. Yang menang melawan yang
  menang dan begitu seterusnya. Ketika adu
  kepandaian ini dimenangkan oleh orang pada hari
  kelima tepat ketika matahari berada diatas kepala,
  maka dialah pemenangnya. Jika diantara keduanya
  tanpa ada yang kalah, maka pertandingan dilanjutkan
  sampai ketahuan hasilnya. Bagi para pendekar yang
  menyerahkan senjata, bagian-bagian tubuh, ataupun
  sobekan pakaian dengan rela. Sebagai tanda
  menyerah kalah tidak diperbolehkan untuk dibunuh.
  Jika dilanggar, maka dia akan berhadapan dengan
  kami sekalian. Ada yang keberatan?”
  Maharaja Sapukan pandangan pada sekelilingnya,
  namun sama sekali tak ada yang menentang
  peraturan itu. Akhirnya ia berkata lantang…
  “Pertandingan dibuka…!”
  “Gooooonngggggg……crek..crakk..dung..dung..dung!”
  Suara tabuhan music bergema memecah kesunyian
  pertanda bahwa pertandingan telah dibuka. Maharaja
  Jejakan kaki dan berlari pesat menuju tempat
  duduknya.
  Sekonyong-konyong…
  Seseorang berlari dengan kecepatan anak panah yang
  membidik sasaran, bayangan putih melesat keatas
  panggung. Meski kakinya menginjak pijak an, namun
  airnya tak sediktpun beriak, ini adalah pameran
  tenaga dalam dan ilmu peringan tubuh yang dahsyat…
  Dijurusan lain juga terdapat seseorang yang berlari
  ketengah gelanggang. Kedua orang itu berhadapan.
  salah satu diantaranya adalah kakek tua
  berperawakan kecil kurus berpakaian putih berlumpur.
  Dialah yang dikenal dengan Jerangkong Mayat sedang
  lawannya seorang lelaki paruh baya berperawakan
  tinggi besar dengan bibir tebal. sinar matanya tajam
  dan ganas, dialah yang bernama Si Raksasa Ganas.
  Sekonyong-konyong Si Raksasa Ganas membentak
  keras sepasang tangannya direntangkan kedepan
  diiringi suara desiran tajam. Kesepuluh jari tangannya
  langsung mengancam wajah serta dada bagian depan
  dari si Jerangkong Mayat.
  Melihat datangnya serangang sedahsyat itu Si
  Jerangkong Mayat merasakan badannya tergetar
  keras, rupanya lawan langsung melancarkan serangan
  dengan ilmu sakti andalannya 'Jari Baja'.
  Si Jerangkong Mayat langkahkan kaki kanan dengan
  posisi menekuk dan kaki yang lain lurus kesamping.
  Tangan kanan bergerak kearah kanan melakukan
  cengkraman. Berhenti disamping kanan kepala diiringi
  tangan kiri melakukan tangkisan keras kebawah…
  “Duukkk….!” Begitu Jari jari Si Raksasa Ganas hendak
  mencengkram dada, Si Jerangkong Mayat
  menangkisnya pada pergelangan tangan. Ini adalah
  suatu tindakan yang tepat, mengingat bahwa Jari-jari
  tangan lawannya yang sudah pada direndam dalam
  racun. asalkan kena terbabat atau tergores sedikit
  saja, maka daya kerja racun akan menghebat.
  “Hiaattt…” Pekik Si Jerangkong mayat yang
  menggerakan tangan kananya melakukan tusukan
  jari. Decitan nyaring dari gesekan antara angin dan
  jari terdengar nyaring.
  Dari Jari Sijerangkong Mayat yang kurus kering seperti
  tulang itu menusuk dengan sebat…
  Si Raksasa Ganas tidak berani berlaku gegabah. ia
  segera keluarkan jurus untuk mempertahankan diri.
  Tangan kirinya melakukan gerakan melingkar kearah
  bawah kanan…
  “Plakk…!”
  "Sreeeeet.. . ." Meski serangan itu dapat tertangkis,
  karena keterbatasan waktu, tangkisannya tidak
  begitu sempurna menyebabkan Sebagaian pakaian
  pada pundak Si Raksasa Ganas kena tersapu robek
  oleh sambaran jari-jari tangan tadi.
  Dalam keadaan yang berbahaya Si Raksasa Ganas itu
  masih sempat menolong jiwanya dengan keluarkan
  jurus andalannya yang bernama tangan baja tameng
  besi.
  “Kau masih beruntung masih dapat mempertahankan
  jiwa tuamu. Tapi aku ragu, apakah kau sanggup
  menahan seranganku ini” Puji sekaligus hinaan Si
  Jerangkong Mayat.
  “Bukan hanya sanggup menahan, tapi juga
  memunahkan jiwamu” Geram Si Raksasa Ganas.
  Tubuhnya melesat dengan langkah kaki kanan dan
  diikuti dengan geseran pada kaki lainnya dengan
  bagian tangan kanan yang melakukan totokan
  dengan dua jari utama serta tangan lainnya untuk
  dikelebatkan pada sisi bahu atau tangankanan yang
  sedang melakukan serangan…
  Si Jerangkong Mayat tidak berani memunahkan
  datangnya serangan tersebut dengan keras lawan
  keras. Dari decitan nyaringnya saja,. Ia dapat
  memprediksikan bahwa jurus itu bukanlah jurus
  sembarangan.
  Jurus yang megandalkan campuran tenag a dalam dan
  tenaga luar ini sungguh berbahaya, apalaggi jari-jari Si
  Raksasa Ganas sangatlah beacun.
  Si Jerangkong Mayat menghindarkan diri dengan
  langkah kaki kanan kebagian kiri sehingga terbentuk
  suatu kuda-kuda setengah silang. Ini menyebabkan
  totokan dari Si Raksasa Ganas lewat di depan
  mukanya dalam jarak dua jari.
  Ia menarik tangan kanan menekuk serta tangan
  lainnya terbuka.secepat kilat dibalik dengan
  serangkaian serangan dahsyat menggunakan kedua
  tangan…
  Si Raksasa Ganas kebingungan dengan jurus lawan,
  tak mau ambil resiko, ia mundur melompat..
  Pertarungan ini sungguh luar biasa, siapa pun tidak
  ingin menunjukkan kelemahannya dihadapan pihak
  lawan atau bila tidak berbuat demikian maka nama
  mereka akan tercemar, bahkan nyawapun melayang
  percuma.
  Pertarungan sudah berlangsung puluhan jurus, namun
  tak keliatan siapa yang unggul.
  Si Raksasa Ganas mendengus dingin, Ia nelayankan
  tendangan keras yang dalam pada itu tak bisa
  dihindari oleh Si Jerangkong Mayat.
  "Breeeeet " diiringi suara robekan pakaian, jubah Si
  Jerangkong Mayat robek sedikit Para penonton
  tersorak-sorai meledakkan suara
  "Sialan" Si Jerangkong Mayat meloncat mundur satu
  tombak kebelakang. tidak disangka olehnya bahwa
  bajunya dapat robek tersambar lawan.
  Ia menenangkan hatinya dan berdiri tenang
  memasang kuda-kuda. Si Raksasa ganas yang sedang
  merasa gembira sebab dapat merobek pakaian
  melayangkan kaki kanan tanpa dipikirkan lagi apa
  dan bagaimana akibatnya.
  “Duuukkk…!”
  Tendangan itu dihalau oleh Si Jerangkong mayat
  dengan menubrukan kaki kirinya salam posisi
  tertekuk, dan sebagai akibat dari banturan tersebut, Si
  Raksasa Ganas kehilangan keseimbangannya…
  Tak dinyana tulang kurus kering Si Jerangkong mayat
  sangatlah kuat seperti besi. Sampai-sampai Si Raksasa
  Ganas tak sanggup menahan serangannya.
  Belum ia memantapkan kedudukan, Si Jerangkong
  Mayat sudah menghentakan kaki kirinya itu dengan
  suatu tendangan yang ditujukan pada kepala lawan..
  “buukkk…”
  Si Raksasa ganas sempoyongan. Darah menyembur
  dari mulutnya. Belum ia mempersiapkan diri, Si
  Jerangkong mayat memasukan serangan secara
  sekaligus dengan dua kepalan yang di hantamkan
  kedada. Bicara soal tenaga dalam jangan ditanya…
  “Krekkk!”
  “Arrhgggghh!” Suara patahan tulang iga terdengar, Si
  Raksasa Ganas mengerang menahan sakit, darah
  membasahi bajunya, ia menjungkal roboh.
  Si Jerangkong mayat tak melanjutkan tindakannya. Ia
  berdiri pongah di arena.
  “Ayo bangkit, janganlah kau tidur melulu…” Ejek Si
  Jerangkong Mayat…
  Perlahan sambil menahan sakit, Si Raksasa Ganas
  bangkit berdiri…
  Darah dari hidung mengucur membasahi bibir
  samping, turun kedagu dan setetes demi tetes jatuh
  kebawah…
  “Tikkk!” Darah itu menetes membentuk lukisan
  abstrak..
  Kedua tangan Si Raksasa Ganas terkepal..
  “Huaaa….!” Jeritan melengking menyayat terdengar
  darinya.
  Tangan kanannya melesat maju kemuka bersemu
  kehijauan…
  “Drakkk..!” Si Jerangkong Mayat menghentakan kaki
  membuat patahan kayu lantai panggung mencuat
  sebesar pergelangan ta

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>