Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Iblis Dunia Persilatan - 83

$
0
0
Cerita Silat | Iblis Dunia Persilatan | by Bung AONE | Iblis Dunia Persilatan | Cersil Sakti | Iblis Dunia Persilatan pdf

Mahkota Cinta - Habiburrahman El-Shirazy Josep Sang Mualaf - Fajar Agustanto Namaku Izrail ! - Atmonadi Keluarga Flood - Tetangga Menyebalkan - Colin Thomphson Kumpulan Dongeng Anak

ngan, runcing dan
  kedudukannya sangat mantap..
  Si Jerangkong Mayat doyongkan tubuh kedepan
  sambil menangkis dengan gerakan keluar melalui
  tangan kiri…
  Tangkapan cepat pada pergelangan tangan lawan itu
  dibarengi dengan memutarkan tubuh dan
  berkombinasi serangan sikut tangan kanan kearah ulu
  hati..
  “Bukk..Ughh!”
  Perlahan sekali, tubuh kekar Si Raksasa Ganas hendak
  jrtuh,tapi rupanya itu bukanlah akhir, dengan tidak
  menyia-nyiakan kesempatan tersebut untuk menarik
  tangan kanan lawan dengan tangan kiri, belitan
  pendorong kedepan dengan tangan kanan pada
  lengannya dan kombinasi membungkukan tubuh
  kedepan bawah..
  Secara spontan,… tubuh besar Si Raksasa Ganas
  terangkat dan terbanting.. tepat di ujung tajam kayu
  yang telah dipersiapkan Si Jerangkong Mayat.
  “Jruuubbb..Uaargghhhhhhhh!” Sebuah jeritan
  melengking bergema…. Maharaja menghela nafas
  panjang. Wajahnya tertunduk..
  Satu Korban telah dipersembahkan…
  Darah membasahi lantai…
  ***
  Seorang Pemuda Tampan berbaju kelabu berjalan
  berdampingan dengan seorang gadis desa yang jelita
  berpakaian selembar kain yang dililitkan di tubuh
  menampakan sebagian tonjolan kelinci mungil
  berwarna putih. di sisi sungai yang sepi tanpa
  penghuninya…
  “Indah benar, sungai berkelok kelok laksana gadis
  penari yang berlenggak lenggok, cadas menjulang
  tinggi mencakar langit, gemericik air sungai menjadi
  nada dalam pelaminan alam. Burung menyanyi
  dengan riang seakan tiada hari esok, dank u berjalan
  bersanding dengan gadis dari khayangan…!” Gardapati
  bernyanyi-nyanyi kecil, ketika berjalan menaik turuni
  batu cadas yang bersedrakan di sisi sungai.
  “Akh, Seandainya yang menjadi suamiku itu kakang,
  pasti hiddupku takan menjadi seperti ini.!” Lastri
  berkata tanpa ia sadari sebelumnya, kata itu meluncur
  begitu saja tanpa dapat dicegah, laksana air yang
  mengalir dari hulu ke hilir…
  Setetes cairan bening tertimpa sinar menttari berkilau
  jatuh perlahan merayap dari pipidan dagu…
  “Tikk…!” Cairan itu jatud dijari telunjuk Gardapati.
  “Adik manis, mengapa kau menangis?!”
  Tanya Gardapati lembut, halus merayu dalam jiwa.
  Menggelitik nurani yang mau tak mau membuat Lastri
  sedikit sunggingkan senyum tipis.
  “Marilah kita duduk disini. Seraya menikmati indahnya
  ala mini!”
  Lastri menurut, ia duduk bersimpuh disamping
  Gardapati. Kepalanya disandarkan dipundak. Kain
  pembungkus tubuhnya sangatlah pendek, jadi ketika
  bersimpuh, paha mulusnya terpampang begitu saja.
  Gardapati melirik nakal, Lastri Acuh saja seolah tak
  mengetahui lirikan Gradapati.
  “Nimas, apa nama tempat ini?”
  “Entahlah, sungai ini memang ditemukan olehku
  tanpa sengaja ketika jatuh dari atas.” Kata Lasrti.
  “Dengan kata lain, hanya beberapa orang yang
  mengetahu tempat ini?”
  Lastri mengangguk yakin. Matanya sayu.
  “Bagaimana dengan pernikahanmu? Apakah kau
  bahagia?”
  “Akh, huhu….” Lastri kembali menangis.
  “Cup…cup… ceritakanlah, barangkali kakang bisa
  membantumu.”
  “Dia macan ompong. Nafsu kuda tenaga ayam…!” Lirih
  ucapan Lastri.
  “Berbaringlah” Bisik Gardapati.
  Lastri menatap Gardapati dan menurut. Gardapati
  tepuk ubun-ubun, leher dada, pusar dan kemaluan
  lastri secara berurutan..
  Tubuh lastri gemetar, matanya terpejam, mendesis
  lirih, tubuhnya mengejang….
  “Akkhhhh………!” Ia mendesah cukup kencang. Setelah
  itu ia berbaring dengan nafas ngos-ngosan. Matanya
  sayu kelelahan, dia merasakan rasa nikmat yang
  berlebihan serasa tulang-tulangnya dilolosi.
  “Ap…apa yang kau…lakuk…kan ka..kang? tanyanya
  terbata bata.
  “Aku hanya melepaskan gairahmu yang tertunda,
  sepertinya setelah seminggu menikah, sama sekali
  engkau meraih kepuasan. “ Jawab Gardapati seraya
  tersenyum.
  Lastri pejamkan matanya, setitik dua titik air mata
  mengalir membasahi pipi dan jatuh membasahi batu
  cadas.
  “Aku memang terpuaskan tappi….!”
  “Tapi?”
  “Aku ingin kepuasan yang sebenarnya…!”
  Gardapati menelan ludah. Jakunnya naik turun, ini
  adalah sebuah lampu hijau yang seakan mengatakan
  bahwa ia harus melakukan ‘sesuatu’.
  “Apa maksudmu Nimas?” Tanya gardapati pura-purav
  tak mengerti. Lastri, tersenyum kecil. Matanya
  diarahkan kepada Gardapati. tanpa berkata apapun,
  dengan lemah gemulai dia berjalan ke sungai…
  Kaki mulus jenjang tanpa alas kaki itu dipermainkan
  busa-busa air, dia tertawa cekikikan sambil
  memainkan air, sama sekali tak menghiraukan
  Gardapati yang terlolong bengong dengan mulut
  terbuka hampir tak bernafas. Dia terpesona mengikuti
  melihat gerak-gerik gasis cantik di hadapannya yang
  amat mempesona ini.
  Bebera pa saat kemudian matanya ter beliak dengan
  jantung berdegup kencang. Lastri yang berdiri
  menyamping membelakanginya. Perlahan namun
  pasti tangannya bergerak melepaskan kain penutup
  tubuh satu-satunya.
  Lalu Kain itu ia simpan diatas batu cadas. I a berdiri
  dengan tubuh telanjang bulat dan tak berpakaian
  sama sekali. tampak gadis itu memiliki tubuh yang
  semampai dan padat dengan lekuk lengkung yang
  sempurna, bulu bulu tipis terawatt menghiasi bagian
  intimnya. Kedua bukit kembarnya yang membusung
  menantang jari jari nakal dan senjata lunak
  memainkannya dengan gemas, pinggulnya yang bulat
  dan indah melengkung melentik sempurna.
  Tanpa memperdulikan kehadiran Gardapati, ia
  melangkah perlahan menuju ke dalam air yang cukup
  dalam dan tenang. meski air menutupi lehernya.
  Namun kebeningan airnya tidak bisa menutupi
  keindahan tubuhnya. Kemudian dia mulai berenang
  sambil memekik-mekik kecil dengan senang.
  Gardapati memperhatikan ulahnya dengan jakun
  yang naik turun, namun wajahnya terlihat tenang.
  “Plasshhh…!| Lastri menepuk air hingga memercik
  menjadi ribuan butiran berkilau tertimpa mentari,
  sebagian air itu mengenai wajah, dan tubuh
  Gardapati, sebagiannya lagi memercik diatas batu
  cadas.
  “Airnya segar, apakah engkau berminat
  menikmatinya?…”
  “Aku rasa, orang yang berenang didalamnya lebih
  segar, daripada menikmati airnya aku lebih suka
  menikmati orangnya!”
  Perlahan, Gardapati lepaskan ikat kepala, ikat
  pinggng, dan pakaiannya hingga diatas tubuhnya tak
  melekat sehelai benangpun.
  Tenang ia berjalan turun keair, Lastri tidak begitu
  kaget dengan keperkasaan Rajawali Gardapati. Sebab
  ia pernah melihatnya, hanya wajah manisnya
  tersenyum malu memerah memendam gairah.
  Gardapati sentakan tubuhnya hingga tubuhnya
  melayang turun ke dalam air dan melesak dengan
  menimbulkan percikan gelombang air yang cukup
  tinggi.
  Begitu kepala Gardapati keluar dari air. Lastri
  lingkarkan kedua tangannya di leher Gardapati sambil
  menatapnya mesra.
  “Seandainya engkau yang menjadi suamiku, Niscaya,
  aku…a ku takkan menyesal menjadi milikmu…”
  “Tanpa perlu menjadi suamimu pun, aku takan
  menol;ak bila harus membuatmu bahagia!” Sehabis
  berkata demikian kedua tangannya bergerak
  menggendong tubuh bugil yang sintal itu melesat
  keluar dari sungai sambil berkelebat kembali dimana
  mereka tadi mengobrol gembbira.
  “Akan kuajari kau Tiga puluh satu jurus Ular naga
  menaklukan burung Phoenix!”
  “Jurus apakah itu kakang?”
  “Jurus untuk menaklukanmu” Bisik Gardapati sambil
  menciumi telinga Lastri.
  Lastri mendesah kecil sebelum bibirnya dilumat
  dengan lembut, energik. Semakin lama semakin
  ganas membuat perasaannya melayang kelangit. Tak
  nyana ketika ia sedang melambung, Gardapati
  melepaskannya dengan tica-tiba.
  Lastri menghela nafas kecewa, tapi itu tak lama,
  sebab ia merasakan sebuah kenikmatan yang lebih
  dari tadi.
  Sekujur tubuhnya diciumi. Membuatnya
  menggelinjang kesana kemari, tak ia sadari bahwa ia
  sudah berbaring, yang ia rasakan hanyalah sebuah
  rasa geli yang aneh.
  “Jurus Pertama! Naga Liar menciumi lava”
  Kepala Gardapati tenggelam diantara jepitan paha
  Lastri, lastri mengejang dengan dahsyat, jeritannya
  semakin santar. Tak begitu lama, Gardapati membuka
  kedua kaki Lastri dan berkata.
  “Jurus kedua! Naga Sakti mengibaskan ekor!”
  Gardapati mulai melaksanakan jurusnya, pertarungan
  itu berlangsung seru, jurus berganti jurus, entah sudah
  berapa kali Lastri menyemburkan darah dari
  mulutnya., sekujur tubuhnya sudah dipenuhi peluh,
  tubuhnya digguluirkan, dibalik dan dipermainkan
  begitu saja…. Tak kerasa waktu sudah berjalan
  dengan asyiknya.
  Pagi menyingsing, Lastri tergolek lemah berbalut kain
  sarung. Matanya terpejam mengingat masa-masa
  semalam.
  “Bangunlah Nimas, lekaslah pulang… suamimu pasti
  sudah menunggumu!”
  Lastri mengangguk lemah, perlahan ia bangkit dan
  berjalan meninggalkan Gardapati dengan langkah
  kaki yang ganjal. Gardapati tersenyum manis dan
  pergi kearah lain,…!
  ****

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>