Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Seducing Cinderella - 25

$
0
0
Cerita Romantis | Seducing Cinderella | by Gina L. Maxwell | Seducing Cinderella | Cersil Sakti | Seducing Cinderella pdf

Mahkota Cinta - Habiburrahman El-Shirazy Josep Sang Mualaf - Fajar Agustanto Namaku Izrail ! - Atmonadi Keluarga Flood - Tetangga Menyebalkan - Colin Thomphson Kumpulan Dongeng Anak

seperti ini, ia bisa menginjaknya dengan sepatunya.
  "Terima kasih untuk waktumu, Pop," ia menegakkan bahunya untuk pergi keluar."Seperti biasa,selalu menyenangkan bicara denganmu."
  ***
  Seducing Cinderella Bab 16
 
  Reid masuk ke dalam apartemen dan langsung menuju ke arah kulkas. Dia mengambil dua botol bir, menandaskan botol pertama dalam beberapa detik, dan kemudian membuka yang kedua sembari melangkahkan kakinya ke arah balkon.
  Karena apartemen itu gelap, Reid berpikir Lucie masih berada di bar bersama Vanessa, yang mana merupakan hal bagus karena pikiran Reid sedang kacau dan perlu waktu sendiri untuk dibereskan semuanya. Reid meneguk cairan dingin itu dan berharap hal itu dapat mendinginkan emosinya dari dalam. Mungkin Reid akan mengacaukan dietnya untuk malam ini dan mabuk. Membuat dirinya sendiri kebas dalam beberapa jam jadi dia tak harus memikirkan tentang pertandingannya yang akan segera di gelar atau fakta bahwa ia harus segera meninggalkan Lucie dalam beberapa hari.
  Sialan, Reid bahkan belum memberitahu Lucie. Setiap kali ia mencoba memberanikan diri, semua berakhir dengan dirinya yang mencium Lucie bukan memberitahu gadis itu. Dan jelas sekali bahwa hal itu tak akan berujung pada percakapan. Tak satu katapun.
  Lucie.
  Apa yang akan Reid lakukan padanya? Reid tak pernah merasakan apa yang ia rasakan pada Lucie dengan wanita manapun, walau hanya sedikit. Reid bahagia bersama dengan Lucie, dan jelas sekali bahwa ia menyayangi Lucie...meskipun ia merasakan hal yang sama pada Butch, namun apa yang sekarang Reid rasakan jauh lebih kuat dari rasa sayangnya pada pelatihnya sendiri. Tapi apakah ini berarti Reid jatuh cinta pada Lucie? Reid tak tahu bagaimana ia bisa memastikan hal tersebut.
  Reid mengernyit dan meneguk bir-nya lagi. Mabuk sepertinya terdengar semakin bagus.
  "Kau terlihat terlalu serius untuk malam yang indah seperti ini."
  Terkejut, pria itu berbalik, siap untuk memarahi Lucie karena sudah mengendap-endap dibelakangnya...hingga akhirnya Reid melihat makhluk paling seksi yang pernah ia lihat.
  Lucie berdiri di pintu yang terbuka menuju balkon, kedua tangannya memegangi kedua sisi dari kusen pintu, dan satu kakinya di tekuk. Hingga saat itu, jika di tanya apa yang Reid pikirkan tentang hal terseksi yang wanita bisa kenakan, Reid akan menjawab lingerie transparan.
  Tapi Lucie tidak menggunakan lingerie, namun salah satu kemeja reid yang menutupi dirinya dari bahu sampai menutupi setengah pahanya mengenyahkan semua pakaian yang mungkin ia pilih dari Victoria's Secret. Rambut Lucie tergerai dan lebat layaknya Reid sudah menyusupkan jemarinya ke dalam rambut gadis itu dan Lucie memiliki binar cemerlang di mata abu-abunya yang menyatakan dengan jelas tanpa harus berkata-kata.
  "Omong-omong soal indah," Reid berkata serak.
  Lucie mulai melangkah mundur dengan perlahan, tapi memberi isyarat pada Reid untuk mengikutinya dengan gerakan satu jarinya. Menghabiskan sisa bir-nya, Reid kembali masuk ke dalam apartmen dan menggeser pintu kaca hingga menutup tanpa mengalihkan pandangannya dari Lucie. Ketika Lucie menghilang ke arah kamar tidur, Reid meletakkan botol bir-nya yang kosong di meja, membuang sandalnya dan berjalan menyusuri lorong hingga Reid menemukan Lucie berdiri di depan tempat tidurnya.
  Tepat sesaat sebelum Reid melangkah masuk ke dalam kamar, Lucie mengangkat tangan dan memberi isyarat berhenti padanya, "Tunggu," yang secara efektif menghentikan langkah Reid. "Kau bisa datang ke sini dengan satu syarat."
  Reid menegang dan mengepalkan tangannya, mencoba mengontrol insting memukulnya. "Dan apa itu?"
  "Kau harus melakukan apa yang kukatakan. Jika kau melanggar peraturanku, semuanya akan berhenti dengan segera."
  Perlahan sebuah senyuman terbentuk di wajah Reid. Lucie mencoba untuk menggodanya. Pria itu menundukkan kepalanya. "Aku setuju." Untuk saat ini, tambah Reid dalam pikirannya.
  "Kalau begitu kemarilah dan cium aku."
  Tiap langkah yang dengan sengaja Reid buat perlahan ketika menghapiri Lucie, mencoba untuk melihat apakah ia bisa mengambil alih kendali dengan intimidasi seperti itu. Reid tak bermaksud untuk mengacaukan usaha pertama Lucie dalam memegang kendali. Reid ingin menguji Lucie. Memaksanya. Melihat apakah Lucie bisa membuat Reid tetap mengikuti peraturannya. Oh yeah, Reid pikir ketika ia tiba dihadapan Lucie, semuanya akan jadi menyenangkan.
  Reid menyusupkan satu tangannya ke tengkuk dan melingkarkan tangannya yang lain di pinggang Lucie tepat sebelum mencium bibir gadis itu. Dan ia melakukannya dengan jantan. Merengkuh rambut Lucie, Reid mengarahkan kepalanya dan mendorong lidahnya masuk untuk menikmatinya. Tubuh Lucie meleleh dalam pelukan Reid dan ia berpikir apakah usaha Lucie untuk menggodanya belum benar-benar berakhir.
  Tak lama pikiran itu terbang menghilang ketika Lucie mendorong dada Reid untuk melepaskan pelukan Reid darinya. Mereka saling menatap satu sama lain, dada naik turun karena napas yang berat. Bibir merah delimanya, sedikit bengkak karena ciuman dari Reid, mengundang. Lucie hanya beberapa inchi jaraknya dari Reid dan ia sangat menginginkan Lucie. Petarung dalam tubuhnya menyentakkan rantai yang menahannya dalam perjanjian yang sudah Reid setujui sebelumnya, ingin mengambil alih, kembali memegang kendali.
  Namun Reid menunggu.
  Menunggu hingga bibir bengkak itu menguak senyuman nakal yang paling seksi. Penantian yang menjanjikan hadiah yang paling menggairahkan, yang mana menjadi kesukaannya. Mungkin kesabaran merupakan sesuatu yang bagus.
  Lucie menuntun Reid hingga punggung Reid berada di tempat tidur. Menarik keliman dari T-shirt yang Reid kenakan, perlahan Lucie menariknya ke atas. Buku jari Lucie hanya sedikit menyentuh kulit Reid namun sensasi yang terasa seperti listrik yang menyengat langsung ke bolanya. Setelah Lucie membebaskan pria itu dari kaosnya, Lucie meletakkan tangannya di bahu Reid dan menyapukannya ke tiap inchi dari tubuhnya, jemari Lucie bergerak mengikuti tekstur otot pria itu seperti halnya ia berusaha menyimpan itu ke dalam memorinya.
  Selanjutnya kedua tangan itu bergerak menuju sabuk dan kancing celana jeans Reid. Reid sudah setengah ereksi hanya dengan melihat Lucie mengenakan kemejanya dan menciumnya membabi-buta, tapi dengan tangan kecil Lucie berada begitu dekat dan rasa antisipasi dari hal yang akan terjadi, kini kejantanannya sudah siap dan menggeliat ingin keluar.
  Saat Lucie menurunkan jeans Reid, ia bersimpuh di lantai mengirimkan gambaran erotis ke otak pria itu dengan segala kemungkinan yang akan terjadi dengan Lucie berada di posisi seperti itu. Setelah jeans terlepas tangan Lucie kembali ke paha Reid dan tatapan matanya mencari mata Reid. Bibir Lucie begitu dekat dengan ereksi Reid hingga ia bisa merasakan kehangatan dari napasnya melewati kain celana dalamnya, membuat Reid semakin keras, lebih keras dari apa yang mungkin ia pernah pikirkan.
  Mata Lucie tak pernah melepaskan tatapan pada Reid ketika ia mengarahkan bibirnya ke atas kejantanan Reid dan menggunakan giginya untuk menyentuh di bagian kepalanya. Terdengar erangan dari dalam tenggorokan Reid dan kejantanannya bergerak merespon. "Ah sialan. Kau membunuhku," teriaknya.
  Lucie tersenyum ke arah Reid, jelas begitu bangga pada dirinya sendiri, memang sudah seharusnya. Entah karena Lucie merupakan seorang yang natural yang baru saja keluar dari dalam cangkangnya, atau Reid merupakan guru yang lebih baik daripada yang ia pikirkan.
  Jemari Lucie mengait di celana dalam Reid dan sedetik kemudian Reid berdiri menjulang, benar-benar telanjang, ereksinya mencuat dari tubuhnya menunjuk ke arah yang seharusnya. Mata abu-abu Lucie terlihat seperti perak cair, membakar Reid saat mata itu menatap ereksinya.
  Dengan perlahan Lucie menggunakan ujung jemarinya untuk mengeksplorasi konturnya dari pangkal hingga ke ujung. Gesekan dari kulit Lucie dan goresan lembut kukunya ketika jemari itu di gerakkan melewati kepala kejantanan Reid yang membengkak membuat pria itu hampir gila. Secara naluriah tangan Reid membungkus kepala Lucie, menyentuh rambutnya, siap untuk memandu bibir manis Lucie ke arah kejantanannya.
  "Tidak," kata Lucie tegas. "Berpeganglah pada tiang ranjang."
  Reid memberikan Lucie senyuman masam sembari mengikuti perintahnya. Reid sudah lupa akan siapa yang seharusnya memegang kendali. Sudah kebiasaaan.
  "Letakkan tanganmu di sana. Jika kau menggerakkannya sedikit saja, aku akan menghentikan apapun yang kulakukan."
  Ketika Lucie menaikkan alisnya untuk menanyakan apakah Reid mengerti konsekuensi dari pelanggaran, Reid mengangguk. Kemudian berharap bahwa Reid tidak meledak seketika saat bibir Lucie menyentuh kejantanan Reid untuk pertama kalinya.
  Kembali berlutut, Lucie melingkarkan satu tangan lembutnya di pangkal ereksi Reid, memposisikannya ke mulut. Setetes precum muncul dari ujungnya. Jika selama ini Reid pikir Lucie ragu atau malu tentang sesuatu yang begitu mendalam, dia salah. Malah, kilatan lapar terlihat dari mata abu-abunya ketika Lucie menyapu ujung ereksinya dengan satu jilatan panjang. Reid mendesis, rasa dari lidahnya yang lembut dan dikombinasikan dengan melihat Lucie melakukan itu-bukan wanita sembarangan, tapi wanitanya berlutut didepannya, dikategorikan sebagai hal yang paling erotis yang pernah Reid alami.
  Akhirnya Lucie membuka bibirnya yang manis dan membungkus ereksi Reid sejauh yang bisa ia masukkan, lidahnya menyapu dan memijat lembut, pipinya cekung karena hisapan yang ia buat dengan bibir merah delimanya dengan segenap tenaga sebelum menelan Reid lagi.
  Menit selanjutnya terpecah menjadi fragmen keabadian ketika Lucie menyiksa Reid dengan siksaan yang manis. Mulutnya yang panas dan lidah yang penuh dosa membuat enam ratus empat puluh ototnya tegang seperti busur. Pada satu saat, Reid takut akan mematahkan tiang ranjang Lucie, tapi ia tak bisa melepaskan pegangannya karena takut Lucie akan berhenti dan ia akan kehilangan sedikit kewarasan yang masih tersisa.
  Kegembiraan yang meluap yang Lucie berikan pada Reid terasa seperti seseorang telah menjatuhkan korek api ke dalam ruang yang penuh dengan kembang api. Di mulai dengan satu atau dua percikan, tapi percikan itu segera merambat ke samping, dan sampingnya lagi dan lagi, hingga tubuhnya terasa seperti perayaan Empat Juli.
  Klimaks menghantamnya begitu cepat dan keras hingga Reid tak punya kesempatan untuk memperingatkan Lucie. Reid mencoba untuk melakukan hal yang seharusnya pria jantan lakukan dan menarik diri, namun Lucie memegangi pantatnya dan menancapkan jemarinya sembari menelan Reid dalam-dalam. Semua kehendak sopan yang ingin Reid lakukan berubah menjadi asap bersamaan dengan sengatan kuku Lucie didagingnya dan, mendongakkan kepalanya ke belakang dan pinggulnya ke depan, Reid meraung ketika ia klimaks hingga Lucie menelan setiap tetesan yang Reid berikan.
  Saat bintang mulai menghilang dari pandangannya, Lucie berdiri dan mundur perlahan, menelusuri jemarinya ke atas krah kemeja yang terbuka yang ia kenakan.
  "Apa yang kau lakukan sekarang?"
  "Aku sedang mengurusmu." Lucie duduk dengan eskpresi wajah serius di atas kursi untuk meja rias yang berada di depan tempat tidur. "Sekarang aku akan mengurus diriku sendiri."
  "Aku yakin itu adalah hakku," kata Reid, melepaskan tiang ranjang.
  Sebelum Reid maju, Lucie menggerakkan jemarinya ke kiri dan ke kanan. "Ah-ah-ah. Jadilah anak baik dan tetap diam di tempatmu berada."
  "Anak baik?" Reid mendengus. "Biarkan aku datang kesana dan aku akan menunjukkan padamu seberapa dewasanya diriku, sweetheart."
  Lucie melepaskan kancing paling bawah dari kemeja yang ia kenakan. Kemudian selanjutnya menunjukkan celana dalam sutranya yang berwarna biru. Lucie memberikan Reid senyuman licik dan berkata, "Jika kau ingin membuktikan padaku seberapa dewasanya dirimu, maka kau akan melawan insting yang menggerogotimu dan tetap diam. Dimana. Kau. Berada."
  Pintar. Sekarang jika Reid bergerak dia akan mendapat sebutan perempuan. Dan semua karena Reid begitu menginginkan Lucie lebih daripada ia menginginkan udara saat itu. Saat semua ini sudah berakhir ia akan memberi tahu Lucie bahwa dalam keadaan apapun ia akan menggoda mulai sekarang. Sepanas menonton Lucie memainkan permainannya, Reid adalah seseorang yang gila kontrol dalam seks. Setelah ini, dia akan mencari minuman di waktu istirahat mere

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles