Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Tangan Tangan Setan - 8

$
0
0
Cerita Misteri | Tangan Tangan Setan | by Abdullah Harahap | Tangan Tangan Setan | Cersil Sakti | Tangan Tangan Setan pdf

Siapa Ayahku ? - Azizah Attamimi The Wednesday Letters - Surat Cinta di Hari Rabu - Jason F. Wright The Chamber - Kamar Gas - John Grisham Trio Tifa - Tiga Sandera - Bung Smas Kisah Dua Kamar ~ bukanpujangga


  terperi.
  'Anak tak tahu diri itu!” ia memaki. Potret
  Januar diremas remasnya. dengan keinginan
  ingin menghancurkan anak muda itu sampai lumat. belum puas, lembaran toto yang kumuh itu
  ia lontarkan ke dalam tungku menyala. “Sudah
  kuduga Anak itu akan datang juga akhirnya.
  Benarlah apa kata orang. Cinta itu buta. Sedemikian butanya, sehingga anak itu tak sadar
  bahwa kedatangannya justru dapat mencelakakan Ismiaty!"
  Saniah tidak mengomentari apa-apa. la menyadari kemarahan suaminya. Dan hanya bisa
  menatap ke tungku. Melihat bagaimana potret
  Januar menyala dimakan api. Nyala api senantiasa
  menimbulkan asap. Tetapi asap yang ditimbulkan
  nyala api yang membakar potret Januar, bukanlah
  asap yang biasa terlihat. Asap itu berwarna hitam
  pekat. menggembung dalam satu lingkaran aneh,
  lalu meliuk panjang, mengarah lurus ke atap dapur
  yang tidak berpara. Liukan asap hitam itu meliuk-liuk pula setiba di atap, seakan mencari jalan
  keluar dengan gerakan tak sabar. Asap itu tidak
  buyar sedikit pun. manakala menyelinap lewat
  celah-celah genteng dan kemudian lenyap tak
  berbekas,...
  Menyaksikan warna, bentuk, dan gerakan
  asap itu, Saniah terkesiap. Sepasang matanya
  membelaiak tajam dan berubah menjadi merah,
  semakin merah, lalu mulutnya yang memperdengarkan suara erangan tajam, setelah mana terulas senyum misterius. Ia baru berpaling waktu
 
  merasakan piring di tangannya seperti disentakkan. Rupanya Dumadi telah mengambilnya, lalu
  makan dengan suapan-suapan tak sabar.
  Dumadi tak sabar bukan karena ia sudah
  teramat lapar. Dumadi tak sabar, karena gambaran
  pemuda yang tadi sore ia lihat turun dari bis.
  membuatnya sangat cemas. Entah di mana pemuda itu menginap malam ini. Yang jelas, ia akan
  segera muncul di rumah mereka itu harus dicegah'. _
  “Kurang ajar benar" gerutunya sambil mengunyah.
  "Tenanglah, Kang..? bujuk Saniah. Sikapnya
  sudah kembali seperti semula. Matanya pun bening, meski tergores juga gambaran penderitaan
  yang seakan tidak berhenti melanda dirinya. la
  usap pipi suaminya, dlkecup lembut dan berkata
  menghibur. 'Kalau kau makan seperti itu. Kang
  Madi. Kuanggap kau tidak menyukai masakanku."
  Dumadi menjadi lebih tenang.
  Pikirannya pun terus berjalan; "sekaranglah
  saatnya. Di sini. Tak usah di luar sana. Memandang rembulan huh. Apa pula maksud Santika?
  Menyuruh kami bercinta cintaan sedang bahaya
  kian dekat mengancam?
  Dongkol. ltulah perasaan yang mendorong
  Dumadi nekat berbicara saat itu dengan isterinya.
  Sebelum menghabiskan makanannya. ia sudah
  berucap tanpa tedeng aling-aling:
  "Aku harus memperkosa lsmiatyl'
  Saniah tersentak.
  Di luar. asap hitam yang aneh itu pun ter
  semak-semak. Melluk liar, sebentar ke sana, sebentar ke sini. Tak lama kemudian, kepulan asap
  hitam memanjang itu bergerak melewati atap
  demi atap rumah. Asap itu seperti hidup. Punya
  mata, punya arah tujuan. Gerakannya yang aneh,
  membuat angin malam berhenti berhembus, dan
  pepohonan yang dilaluinya tertegak diam. bahkan
  rembulan pun tak berani beringsut...,
 
  ENAM
  PADA waktu bersamaan. dl dalam sebuah
  rumah sederhana berdinding setengah tembok.
  seorang laki-laki berusia lima puluhan, bersujud
  tenang di atas sajadah Dalam sujudnya, ia membersihkan diri dan mensucikan jiwanya dengan
  Seuntai permohonan: hendaklah aku tidak kau
  jadikan manusia musyrik ya Allah. Apa pun yang
  ada di tanganku sekarang ini, tak lebih dari
  sekedar benda mati belaka. Benda buatan manusia, makhlukmu yang hina dina. Akan tetapi ya
  Allah. Dengan kebesaran dan kemuliaan nama-Mu, aku percaya. benda mati ini kiranya dapat
  membantu kami melepaskan diri dari cengkeraman syeitan yang terkutuk!”
  Wajah lelaki itu tampak damai waktu ia duduk
  dari sujudnya. Gagang sebilah keris tergenggam
  erat di telapak tangan kirinya, sementara telapak
  tangan kanan memegang lembut sebuah kitab
  suci ukuran mini. Kemudian ia duduk bersila.
  membaca doa suci. la telah membaca do'a
  do'a yang sama ketika sore tadi la selesai membaca sepucuk surat dari Amsar. cucunya, yang
  dititipkan anak itu pada salah seorang sahabat
  baiknya yang mulai malam ini menjadi tamu terhormat di rumah mereka.
  Dalam suratnya itu seperti biasa Amsar me
  minta dengan halus; "Ikan yang ada di kolam
  Kakek tentunya sudah siap dipanen. Ingin sekali
  aku mencicipinya barang satu atau dua ekor saja.
  Tetapi kalau ikannya di kirim tentu akan busuk
  setelah tiba di tanganku. Oh ya, Kek. Minggu
  depan aku harus sudah mulai membuat skripsi..."
  Agaknya, Amsar telah berlagak lupa, bahwa
  sekarang ini justru sedang bulannya menebar
  benih ke kolam. Dan ia tahu betul, uang hasil
  panen sebelumnya senantiasa disimpan kakeknya dengan apik. Selain untuk kebutuhan sehari-hari kakek nenek Amsar sampai musim panen
  berikutnya, disisakan pula sebagian untuk keperluan mendadak, misalnya ya, seperti yang
  dikatakan Amsar: membuat skripsi.
  Waktu membaca permulaan surat cucunya itu,
  tadi sore sepulang dan' sawah. lelaki itu mau tak
  mau harus tersenyum simpul. Apalagi Amsar menulis pula didaalnya Kek. Kali ini aku tak berkirim
  kue. Nggak sempat ke toko. Tetapi bersama surat
  ini, saya kirim kakek dan nenek hadiah istimewa.
  Selain hadiah itu besar dan hidup. ia juga punya
  kisah yang sangat istimewa. Hadiah itu namanya
  Januar"
  Kakek Amsar menunggu Januar usai makan
  malam, sebelum ia mengisyaratkan tentang isi
  surat yang ia baca. Mereka kemudian berbincang-bincang panjang lebar. setelah mana Januar ia
  persilahkan tidur karena tamunya itu tentulah
  sudah letih dan mengantuk. Si kakek sendiri.
  masih berbincang-bincang dengan isterinya. sampai isterinya akhirnya juga menguap lalu meninggalkanya sendirian. la pergi mengambil wudhu,
  dan karena memang sudah waktunya, ia lalu
  bersholat tahajjud. Setelah sholat, barulah ia ambil
  keris itu dari tempatnya disimpan, mensucikannya
  atas nama Tuhan. dan bermaksud untuk menyimpannya kembali sebelum tidur. Sedikit pun ia tidak
  menduga, bahwa keris itu akan bertugas seketika
  itu juga...,
  Setelah berbaring di tempat tidur, Januar
  justru tidak bisa terpejam. Merasa dirinya telah
  semakin dekat dengan lsmiaty, pikirannya menerawang tidak menentu. la betul-betul keki karena
  gadis itu minggat dari tempat oomnya tanpa pamit
  pada Januar. Kecuali kalau ia meninggalkan sepucuk surat walau hanya berisi sebaris dua kalimat
  sebagai petunjuk. Januar akan maafkan keteledoran lsmiaty. la betul-betul sangat emosi, kalau
  tak keburu disabarkan Amsar: "Coba temui omnya. lsmiaty tak akan pergi begitu saja kalau tidak
  ada apa-apanya."
  Dan begitu mendengar cara ganjil yang ditempuh lsmiaty dan ayahnya untuk bergegas
  pulang kampung. Januar menjadi tak sabar dan
  memutuskan akan segera menjemput gadis itu.
  Paling tidak melihat bahwa gadis itu selamat
  sampai di kampung. Lalu muncullah gangguan-gangguan misterius itu. Tekana tekanan syarat
  yang aneh sehingga Januar seakan bermimpi
  padahal ia dalam keadaan sadar, sepenuh-penuhnya sadar. Wajahnya yang kuyu menarik perhatian ajengan Zakaria waktu suatu hari mereka
  selesai menunaikan sholat Jum'at di masjid. Kuatir
  ia terpengaruh hal-hal mistik, Januar lantas mengakui terus terang pengalamannya dengan ketiga
  ekor bangkai ular itu. Dan apa kata ajengan
  Zakaria: "Tiada hal-hal yang musykil di dunia ini.
  selama Tuhan masih menghendaki-Nya.”
  la telah teringat dalam persoalan lsmiaty. Persoalan apa, Januar masih buta sama sekali. Namun bagaimana sampai ia dilibatkan. ajengan
  Zakaria juga yang memberi petunjuk: "Cinta yang
  tulus dan dalam, dapat mempersatukan dua sosok
  tubuh, meski satu sama lain terpisah cukup jauh.
  Tubuh itu, menyatu dalam rohani mereka."
  Dan itu berarti, meski minggat tanpa kabar
  berita, lsmiaty tetap berharap Januar memaafkannya, lsmiaty tetap mengingatnya, mencintainya,
  dan sadar atau tidak. membutuhkan pertolongannya. Kini, Januar telah datang. Tetapi pertolongan
  apa yang harus ia berikan? Sedang untuk bertemu
  lsmiaty saja tidak mudah. Amsar telah mengingatkan: "Jangan menganggap dirimu di kota, kalau
  kau nanti tiba di Ciasem. Berkunjung ke rumah
  keluarga seorang gadis tak boleh sendirian, kalau
  itu merupakan kunjungan pertama. Membawanya
  ke luar rumah, lebih repot lagi!"
  Syukurlah, nenek Amsar telah menawarkan
  diri untuk mendampingi Januar berkunjung ke
  rumah keluarga lsmiaty. Keluarga gadis itu bukan
  orang asing di mata keluarga Nnsar, begitu pula
  sebaliknya. Jalan untuk itu sudah terbuka. Tinggal
  memikirkan jalan. bagaimana Januar dapat mengajak lsmiaty meninggalkan rumah orangtuanya?
  Kalau terpaksa. biarlah hanya beberapa menit
  saja. Menit-menit yang sangat berharga untuk
  sepasang kekasih dapat melepas rindu. tanpa
  kehadiran orang lain...
  Tengah menyusun siasat cara bertemu itulah,
  Januar mendengar daun jendela kamar tidurnya
  diketuk-ketuk dari sebelah luar. Pemuda itu sampai terloncat kaget dari tempat tidurnya. Siapa pula
  orang yang mengetahui ia ada di rumah ini, dan
  ingin bertemu tengah malam buta begini? Mengapa pula harus lewat jendela? Ataukah diam-diam Amsar telah mengirim kurir. Amsar ingin
  menciptakan surprises, dan diam-diam mengatur
  pertemuan kilat dengan lsmiaty setiba Januar di
  kampung gadis itu.
  Januar tak percaya dengan ide itu. Lebih tak percaya lagi kalau lsmiaty berani nekad meninggalkan rumahnya tengah malam buta begini. Kalau
  itu yang terjadi, sungguh bertentangan dengan
  bualan Amsar mengenai tata tertib berpacaran di
  kampung mereka. Pasti ada orang lain. Orang
  yang mengetuk jendela yang salah..
  Ketukan itu pun telah berhenti. sesaat Januar
  turun dari ranjang. Di luar tak terdengar suara apapun Sunyi sepi. Lengang, mencekam. Sungguh
  aneh, kalau tiada terdengar suara hembusan
  angin yang menggerakkan dedaunan pohon besar dan rimbun di luar jendela kamar tidur yang ditempati Januar. Padahal beberapa saat sebelumnya. desau angin di luar sana begitu berisik
  dan menggetarkan hati
  Hem. Apakah tadi ia ada mendengar lolongan
  anjing di kejauhan. Lolong memilukan, panjang
 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>