Cerita Misteri | Tangan Tangan Setan | by Abdullah Harahap | Tangan Tangan Setan | Cersil Sakti | Tangan Tangan Setan pdf
Mahkota Cinta - Habiburrahman El-Shirazy Josep Sang Mualaf - Fajar Agustanto Namaku Izrail ! - Atmonadi Keluarga Flood - Tetangga Menyebalkan - Colin Thomphson Kumpulan Dongeng Anak
bergetar dalam irama-irarna yang khas penanda
anjing itu meihat atau mencium bau hantu yang
gentayangan. Tidak ia dengar suara anjing atau
pun binatang lainnya. Malam ini teramat gelap dan
terlalu lengang. Ataukah itu pengaruh kebisingan
kota yang mendadak berubah dengan suasana
sebuah kampung terpencil semacam Ciasem ini?
Januar memutuskan bahwa ia salah dengar
dan lebih baik tidur saja kembali. Namun suatu
dorongan aneh memaksanya berjalan ke jendela.
Tertegun sejenak di situ. sebelum tangannya terangkat. la lepaskan kunci selot jendela sambil
menajamkan kuping. Tak ada suara apa pun diluar. Tidak orang, tidak juga angin menerpa dedaunan. Mestikah ia teruskan membuka jendela?
Waaah. kepalang basah!" desah Januar. dan
daun jendela pun ia pentangkan lebar-lebar. Hawa
dingin merembes masuk menerpa pori-pori kulit
wajahnya. Di luar jendela. sebenarnya rembulan
bersinar meski tak begitu terang. Tetapi karena
pohon mangga besar yang rimbun di luar jendela
itu. Januar hanya dapat menangkap kegelapan
yang menghitam pekat. Ada bayang-bayang berkelebat sekilas tertangkap olehnya. Tetapi setelah
ia simak, ternyata hanya bayang -bayang dedaunan dalam jilatan rembulan.
'Bangsat. Kukira apa...' meskipun dalam hati.
Yakin tidak ada orang di luar dan ia tadi tentunya
terpengaruh halusinasi oleh kegelapan malam dan
suasana lengang mencekam itu. Januar menggapai daun jendela untuk menutupnya kembali.
Pada saat itulah ia mendengar desis panjang dan
tajam lalu samar samar melihat gerakan sesuatu
terjilat oleh rembulan. Ada sesuatu menghantam
buah daun jendela yang sudah setengah tertutup.
Daun jendela itu terhempas dengan suara keras
ke bingkainya. sementara Januar secara naluriah
menghindar ke samping.
Kemudian sepi. Mencekam.
Apakah tadi yang berdesis lalu berkelebat
begitu cepatnya itu? Benarkah bahwa ia mendengar suara berdebuk halus? Dan suara itu.
ada... Astaga, suara berdebuk samar-samar itu
memang terdengar dari arah lantai kamar tidurnya.
Uh. uh, mengapa tadi ia memadamkan lampu
begitu masuk kamar? Coba kalau...
Terdengar suara desisan lagi. Agaknya dipojok sebelah klri. Dan itu berarti, di atas ranjang
tidurnya !
Januar terpekik.
la sadar kalau ia diancam sesuatu Tetapi ia
tidak tahu apa yang mengancam dirinya. Yang ia
tahu adalah memikirkan jalan lolos. Ia berpikir
keras kemudian menduga-duga arah pintu. Lalu
ia menguatkan hatinya yang ciut dan beringsut
seinci demi seinci. Desis itu makin jelas di telinganya dan samar-samar pula matanya yang
sudah terbiasa dengan kegelapan. dapat menangkap bayangan sesuatu yang besar dan hitam,
bergunduk di tengah tempat tidur.
Benda hitam itu menggeliat lalu mengangkat
kepalanya.
Januar menelan ludah. ingin berteriak. Tetapi
lidahnya kelu. Syaraf-syarafnya menegang kaku.
Tahulah ia sekarang, bahwa gangguan yang ia
alami beberapa hari belakangan ini, telah muncul
lagi. Dan saat ini. teramat dekat. Dekat sekali
sehingga Januar yakin kali ini tidak ada lagi jalan
untuk meloloskan diri. Sedetik, ia masih sempat
teringat pada _pesan ajengan Zakari; "Bacalah
Tau'uz atau taawwudz. Ta'uz bacaan paling pendek dan...." Ingatan Januar bekerja keras, namun
lidahnya dan bibirnya tidak mau membant u. Semuanya kelu. Semuanya kaku. Sementara benda
hitam memanjang itu, perlahan-lahan meliuk...
pada saat yang kritis itulah pintu kamar dihempas terbuka dari setelah luar. Terdengar
suara bertanya kuatir "Ada apa. Cucu" Lalu
tahu tahu terdengar bunyi klik satu kali, dan lampu
kamar itu pun menyala terang benderang. Silau
mata Januar dibuatnya, namun ia tidak berani
berkedip. Dan menjeritlah Januar saking kaget
dan ngeri, ketika ia lihat benda apa yang bergerak
gerak di tempat tidur. Ternyata seekor ular besar
dan panjang. Kulitnya hitam pekat, namun tanpa
sisik!
Sepasang mata merah menyala di kepala
lonjong ular besar aneh itu berkilat-kilat oleh
terpaan cahaya lampu. Setengah tubuhnya masih
melingkar di kasur. sedang bagian atasnya, setelah berpaling ke arah datangnya orang ketiga
kemudian meliuk lagi dalam putaran seram mengarah ke sasaran semula: Januar, yang berdiri
terpaku ke dinding papan, tanpa kuasa bergerak.
Gambaran seekor ular besar, tanpa sisik selembarpun sudah terlalu berat untuk ditanggung mentah
http://cerita-silat.mywapblog.com
Tuan rumah yang baru saja menyerobot masuk hanya setarikan nafas saja menegun: "Diam
saja, Cucuku. Jangan berbuat sesuatu yang memaksanya untuk langsung menyerbu...!
Barangkali, serbuan pertama yang salah itulah
yang membuat makhluk mengerikan di tempat
tidur telah jatuh terhempas tadi, dan belum sempat
memulihkan tenaganya ketika pintu dibuka dari
luar oleh kakek Arnsar. Si orang tua kumat~kamit membaca do'a. dan keris yang masih tergenggam
di tangannya. terangkat perlahan-lahan. Begitu
lambatnya. sehingga Januar hampir mati ketakutan
melihat gerakan' ular yang tertangkap oleh
matanya.
Sang makhluk, pulih sudah tenaganya Tanpa
memperdulikan si pengganggu, leher makhluk itu
meliuk mundur dengan moncong terbuka memperlihatkan taring-taring putih kemilau dan sebaris
lidah panjang bercabang berwarna merah darah.
Lidah itu terjulur masuk sekali. mendesis lagi keluar. bersamaan waktu dengan liukan mundur
, mencapai posisi paling tepat dan kuat untuk
memeluk mangsanya.
'Bismillah...!' kakek Amsar berbisik mantap.
Kerisnya ia lontarkan ke tempat tidur. Sungguh suatu lontaran sembarangan. karena mestinya kepala makhluk itulah yang harus dituju.
Namun akibatnya benar-benar mentajubkan.
Meskipun yang terkena hanyalah sisi bagian
makhluk yang masih bergulung, tampaklah suatu
pancaran bagai percikan api, disusul bunyi ber
http://cerita-silat.mywapblog.com
getar keras memekakkan telinga seperti ada mercon meledak. Terdengar bunyi raungan nyaring
yang jenisnya sukar ditebak. Entah raungan binatang, ataukah raungan manusia
Raungan itu pendek saja
_ Dan begitu lenyap, sosok makhluk itu pun
sirna. Kasur di atas tempat tidur tampak hampa.
_Spreinya memang awut-awutan sedikit. namun
jelas itu dikarenakan pergerakan tubuh Januar
sewaktu menaikinya, berbaring gelisah di atasnya
lalu terionjak turun ketika tadi mendengar ada
bunyi ketukan di daun jendela.
Tak ada bekas: Tak ada bau sang makhluk
Kecuali sebilah keris yang tergeletak diam... seakan tak berdaya.
Seolah olah di atas kasur itu sebelumnya
memang tidak ada apa-apa. Di luar. angin pelahan-lahan berhembus. Dedaunan pohon menggerit berisik, dan seekor anjing menyalak dari
rumah tetangga sebelah. Dari tempat tidur, dua
pasang mata manusia di kamar milik Amsar dan
malam ini dihuni orang lain... terangkat dan bertaut
dalam sorot pandang membeku.
http://cerita-silat.mywapbl og.com
TUJUH
BERSAMAAN waktu lenyapnya makhluk berwujud ular besar di rumah kakek Amsar. bara api
di tungku dapur rumah Dumadi mendadak bergemeretak. Ribut. Saat berikutnya. terdengar suara desis keras dan tajam. Bagai disiram seember
air, bara menyala itu tahu-tahu padam begitu saja.
Hitam. menjadi arang. Tidak cukup sampai di situ.
batu-batu tungku pun bergetar pula, beradu satu
sama lain dengan suara hingar bingar.
mundur!" bisik Dumadi, waspada seketika.
Perlahan-lahan ia bangkit. mundur selangkah
demi selangkah menjauhi tungku.
Saniah mendengar peringatan suaminya.
Akan tetapi ia tetap saja duduk di tempatnya
Terpukau, dengan wajah dicekam teror. Matanya
terbelalak ketakutan memandangi bagaimana
tumpukan arang hitam legam di dalam tungku.
tiba-tiba bergerak-gerak. Kian detik, ger akan itu
kian liar jua. Seolah di bawahnya tersembunyi
makhluk hidup yang tengah menggelepar. Sekali
lagi terdengar suara desis. Kali ini lebih panjang,
teramat lirih bagaikan suara makhluk sekarat yang
tersiksa.
Kemudian, bebatuan tungku berderak-derak,
lalu pecah berantakan. Potongan-potongan kayu
bakar yang masih tersisa. tampak terangkat per
http://cerita-silat.mywapblog.com
lahan-lahan. secara naluriah Dumadl melompat
ke muka. "Awasi" teriaknya. cemas. la sambar
lengan isterinya. diseret mundur dengan cepat.
` Pada waktu itu juga, tumpukan bara berhamburan
kian kemari. Potongan demi potongan kayu bakar
ikut pula berhamburan. Potongan terbesar. yang
ujungnya .juga sudah menjadi arang, melesat ke
arah Saniah. Reflek, Dumadi melompat lagi kedepan. melindungi istrinya
Ujung kayu yang hitam legam itu lantas menghantam dada Dumadl dengan kerasnya. Dumadi
berteriak kaget bahkan sakit. Entah tangan gaib~apa yang melemparkan potongan kayu bakar itu,
sampai Jumadi terdorong begitu kuat. la bagaikan
dilontarkan ke belakang. menghantam tubuh lstrinya, sehingga mereka berdua jatuh berhimpitan di lantai dapur setelah lebih dulu menabrak
dinding sehingga papannya berderak pecah.
"Ya Allah!" terdengar suara pekik ngeri menyayatkan hati. Sesosok tubuh tahu-tahu telah
menghambur ke dapur dan buru-buru menolong
kedua orang suami isteri yang jatuh terhumbalang
itu. Mula-mula ia seret Saniah keluar dari dapur
dan dibaringkan di ruang tengah. Menyusul ia
berlari lagi ke dapur untuk membantu Dumadi.
Tetapi lelaki itu telah bangkit. sempoyongan seraya memperlihatkan kesakitan teramat sangat
pada wajahnya yang pucat pasi. la segera mengenali puterinya. mencoba tersenyum, tetapi gagal karena hanya seringai derita saja yang tergurat
di bibirnya.
”Semuanya sudah berakhir agaknya,
http://cerita-silat.mywapbl og.com
Suaranya. tercekam.
Apa yang dikatakan Dumadi memang benar.
setelah lsmiaty menghambur masuk ke dapur.
suasana dl situ mendadak sepi. Tak terdengar
suara apa-apa lagi. Tidak pula tampak gerakan
gerakan yang menakutkan, kecuali suasana dapur
yang berantakan. Tungku perapian sudah tidak
menentu lagi .bentuknya Tanah bekas tungku itu
tadinya ditempatkan. rupanya ikut terbongkari
memperlihatkan lubang menganga. Namun. dilubang itu pun juga tidak tampak makhluk yang
menyebabkan semua kegemparan itu.
'Bagaimana ibumu, Mia?"
'Pingsan, Ayah."
"Ayo. Kita tolong dia."
Bersama-sama mereka gotong tubuh Saniah
ke kamar. Dibaringkan di tempat tidur. Setelah
ribut mencari-cari, akhirnya lsmiaty menemukan
minyak gosok, yang setelah dioleskan dl depan
lubang-lubang hidungnya, Saniah pun mulai
siuman. _ _
“Apa... apa yang... terjadi?" ia mengeluh. Lalu
ia lihat suaminya setengah bersimpuh di dekat
tempat tidur. Tangan lelaki itu menekap dada.
"Kang Madi, aduh. Apa..." Tetapi lsmiaty keburu
menyuruh ibunya diam dan lebih baik mencoba
tidur untuk menenangkan diri. Setelah itu lsmraty
bergegas mendekati ayahnya. .
'Apanya yang sakit. Ayah? Mari. Mia lihat...”ujarnya kuatir.
"Bukan main!” desah Dumadi getir dan tampak
kebingungan. "Padahal ujung kayu yang meng
http://cerita-silat.mywapblog.com
Mahkota Cinta - Habiburrahman El-Shirazy Josep Sang Mualaf - Fajar Agustanto Namaku Izrail ! - Atmonadi Keluarga Flood - Tetangga Menyebalkan - Colin Thomphson Kumpulan Dongeng Anak
bergetar dalam irama-irarna yang khas penanda
anjing itu meihat atau mencium bau hantu yang
gentayangan. Tidak ia dengar suara anjing atau
pun binatang lainnya. Malam ini teramat gelap dan
terlalu lengang. Ataukah itu pengaruh kebisingan
kota yang mendadak berubah dengan suasana
sebuah kampung terpencil semacam Ciasem ini?
Januar memutuskan bahwa ia salah dengar
dan lebih baik tidur saja kembali. Namun suatu
dorongan aneh memaksanya berjalan ke jendela.
Tertegun sejenak di situ. sebelum tangannya terangkat. la lepaskan kunci selot jendela sambil
menajamkan kuping. Tak ada suara apa pun diluar. Tidak orang, tidak juga angin menerpa dedaunan. Mestikah ia teruskan membuka jendela?
Waaah. kepalang basah!" desah Januar. dan
daun jendela pun ia pentangkan lebar-lebar. Hawa
dingin merembes masuk menerpa pori-pori kulit
wajahnya. Di luar jendela. sebenarnya rembulan
bersinar meski tak begitu terang. Tetapi karena
pohon mangga besar yang rimbun di luar jendela
itu. Januar hanya dapat menangkap kegelapan
yang menghitam pekat. Ada bayang-bayang berkelebat sekilas tertangkap olehnya. Tetapi setelah
ia simak, ternyata hanya bayang -bayang dedaunan dalam jilatan rembulan.
'Bangsat. Kukira apa...' meskipun dalam hati.
Yakin tidak ada orang di luar dan ia tadi tentunya
terpengaruh halusinasi oleh kegelapan malam dan
suasana lengang mencekam itu. Januar menggapai daun jendela untuk menutupnya kembali.
Pada saat itulah ia mendengar desis panjang dan
tajam lalu samar samar melihat gerakan sesuatu
terjilat oleh rembulan. Ada sesuatu menghantam
buah daun jendela yang sudah setengah tertutup.
Daun jendela itu terhempas dengan suara keras
ke bingkainya. sementara Januar secara naluriah
menghindar ke samping.
Kemudian sepi. Mencekam.
Apakah tadi yang berdesis lalu berkelebat
begitu cepatnya itu? Benarkah bahwa ia mendengar suara berdebuk halus? Dan suara itu.
ada... Astaga, suara berdebuk samar-samar itu
memang terdengar dari arah lantai kamar tidurnya.
Uh. uh, mengapa tadi ia memadamkan lampu
begitu masuk kamar? Coba kalau...
Terdengar suara desisan lagi. Agaknya dipojok sebelah klri. Dan itu berarti, di atas ranjang
tidurnya !
Januar terpekik.
la sadar kalau ia diancam sesuatu Tetapi ia
tidak tahu apa yang mengancam dirinya. Yang ia
tahu adalah memikirkan jalan lolos. Ia berpikir
keras kemudian menduga-duga arah pintu. Lalu
ia menguatkan hatinya yang ciut dan beringsut
seinci demi seinci. Desis itu makin jelas di telinganya dan samar-samar pula matanya yang
sudah terbiasa dengan kegelapan. dapat menangkap bayangan sesuatu yang besar dan hitam,
bergunduk di tengah tempat tidur.
Benda hitam itu menggeliat lalu mengangkat
kepalanya.
Januar menelan ludah. ingin berteriak. Tetapi
lidahnya kelu. Syaraf-syarafnya menegang kaku.
Tahulah ia sekarang, bahwa gangguan yang ia
alami beberapa hari belakangan ini, telah muncul
lagi. Dan saat ini. teramat dekat. Dekat sekali
sehingga Januar yakin kali ini tidak ada lagi jalan
untuk meloloskan diri. Sedetik, ia masih sempat
teringat pada _pesan ajengan Zakari; "Bacalah
Tau'uz atau taawwudz. Ta'uz bacaan paling pendek dan...." Ingatan Januar bekerja keras, namun
lidahnya dan bibirnya tidak mau membant u. Semuanya kelu. Semuanya kaku. Sementara benda
hitam memanjang itu, perlahan-lahan meliuk...
pada saat yang kritis itulah pintu kamar dihempas terbuka dari setelah luar. Terdengar
suara bertanya kuatir "Ada apa. Cucu" Lalu
tahu tahu terdengar bunyi klik satu kali, dan lampu
kamar itu pun menyala terang benderang. Silau
mata Januar dibuatnya, namun ia tidak berani
berkedip. Dan menjeritlah Januar saking kaget
dan ngeri, ketika ia lihat benda apa yang bergerak
gerak di tempat tidur. Ternyata seekor ular besar
dan panjang. Kulitnya hitam pekat, namun tanpa
sisik!
Sepasang mata merah menyala di kepala
lonjong ular besar aneh itu berkilat-kilat oleh
terpaan cahaya lampu. Setengah tubuhnya masih
melingkar di kasur. sedang bagian atasnya, setelah berpaling ke arah datangnya orang ketiga
kemudian meliuk lagi dalam putaran seram mengarah ke sasaran semula: Januar, yang berdiri
terpaku ke dinding papan, tanpa kuasa bergerak.
Gambaran seekor ular besar, tanpa sisik selembarpun sudah terlalu berat untuk ditanggung mentah
http://cerita-silat.mywapblog.com
Tuan rumah yang baru saja menyerobot masuk hanya setarikan nafas saja menegun: "Diam
saja, Cucuku. Jangan berbuat sesuatu yang memaksanya untuk langsung menyerbu...!
Barangkali, serbuan pertama yang salah itulah
yang membuat makhluk mengerikan di tempat
tidur telah jatuh terhempas tadi, dan belum sempat
memulihkan tenaganya ketika pintu dibuka dari
luar oleh kakek Arnsar. Si orang tua kumat~kamit membaca do'a. dan keris yang masih tergenggam
di tangannya. terangkat perlahan-lahan. Begitu
lambatnya. sehingga Januar hampir mati ketakutan
melihat gerakan' ular yang tertangkap oleh
matanya.
Sang makhluk, pulih sudah tenaganya Tanpa
memperdulikan si pengganggu, leher makhluk itu
meliuk mundur dengan moncong terbuka memperlihatkan taring-taring putih kemilau dan sebaris
lidah panjang bercabang berwarna merah darah.
Lidah itu terjulur masuk sekali. mendesis lagi keluar. bersamaan waktu dengan liukan mundur
, mencapai posisi paling tepat dan kuat untuk
memeluk mangsanya.
'Bismillah...!' kakek Amsar berbisik mantap.
Kerisnya ia lontarkan ke tempat tidur. Sungguh suatu lontaran sembarangan. karena mestinya kepala makhluk itulah yang harus dituju.
Namun akibatnya benar-benar mentajubkan.
Meskipun yang terkena hanyalah sisi bagian
makhluk yang masih bergulung, tampaklah suatu
pancaran bagai percikan api, disusul bunyi ber
http://cerita-silat.mywapblog.com
getar keras memekakkan telinga seperti ada mercon meledak. Terdengar bunyi raungan nyaring
yang jenisnya sukar ditebak. Entah raungan binatang, ataukah raungan manusia
Raungan itu pendek saja
_ Dan begitu lenyap, sosok makhluk itu pun
sirna. Kasur di atas tempat tidur tampak hampa.
_Spreinya memang awut-awutan sedikit. namun
jelas itu dikarenakan pergerakan tubuh Januar
sewaktu menaikinya, berbaring gelisah di atasnya
lalu terionjak turun ketika tadi mendengar ada
bunyi ketukan di daun jendela.
Tak ada bekas: Tak ada bau sang makhluk
Kecuali sebilah keris yang tergeletak diam... seakan tak berdaya.
Seolah olah di atas kasur itu sebelumnya
memang tidak ada apa-apa. Di luar. angin pelahan-lahan berhembus. Dedaunan pohon menggerit berisik, dan seekor anjing menyalak dari
rumah tetangga sebelah. Dari tempat tidur, dua
pasang mata manusia di kamar milik Amsar dan
malam ini dihuni orang lain... terangkat dan bertaut
dalam sorot pandang membeku.
http://cerita-silat.mywapbl og.com
TUJUH
BERSAMAAN waktu lenyapnya makhluk berwujud ular besar di rumah kakek Amsar. bara api
di tungku dapur rumah Dumadi mendadak bergemeretak. Ribut. Saat berikutnya. terdengar suara desis keras dan tajam. Bagai disiram seember
air, bara menyala itu tahu-tahu padam begitu saja.
Hitam. menjadi arang. Tidak cukup sampai di situ.
batu-batu tungku pun bergetar pula, beradu satu
sama lain dengan suara hingar bingar.
mundur!" bisik Dumadi, waspada seketika.
Perlahan-lahan ia bangkit. mundur selangkah
demi selangkah menjauhi tungku.
Saniah mendengar peringatan suaminya.
Akan tetapi ia tetap saja duduk di tempatnya
Terpukau, dengan wajah dicekam teror. Matanya
terbelalak ketakutan memandangi bagaimana
tumpukan arang hitam legam di dalam tungku.
tiba-tiba bergerak-gerak. Kian detik, ger akan itu
kian liar jua. Seolah di bawahnya tersembunyi
makhluk hidup yang tengah menggelepar. Sekali
lagi terdengar suara desis. Kali ini lebih panjang,
teramat lirih bagaikan suara makhluk sekarat yang
tersiksa.
Kemudian, bebatuan tungku berderak-derak,
lalu pecah berantakan. Potongan-potongan kayu
bakar yang masih tersisa. tampak terangkat per
http://cerita-silat.mywapblog.com
lahan-lahan. secara naluriah Dumadl melompat
ke muka. "Awasi" teriaknya. cemas. la sambar
lengan isterinya. diseret mundur dengan cepat.
` Pada waktu itu juga, tumpukan bara berhamburan
kian kemari. Potongan demi potongan kayu bakar
ikut pula berhamburan. Potongan terbesar. yang
ujungnya .juga sudah menjadi arang, melesat ke
arah Saniah. Reflek, Dumadi melompat lagi kedepan. melindungi istrinya
Ujung kayu yang hitam legam itu lantas menghantam dada Dumadl dengan kerasnya. Dumadi
berteriak kaget bahkan sakit. Entah tangan gaib~apa yang melemparkan potongan kayu bakar itu,
sampai Jumadi terdorong begitu kuat. la bagaikan
dilontarkan ke belakang. menghantam tubuh lstrinya, sehingga mereka berdua jatuh berhimpitan di lantai dapur setelah lebih dulu menabrak
dinding sehingga papannya berderak pecah.
"Ya Allah!" terdengar suara pekik ngeri menyayatkan hati. Sesosok tubuh tahu-tahu telah
menghambur ke dapur dan buru-buru menolong
kedua orang suami isteri yang jatuh terhumbalang
itu. Mula-mula ia seret Saniah keluar dari dapur
dan dibaringkan di ruang tengah. Menyusul ia
berlari lagi ke dapur untuk membantu Dumadi.
Tetapi lelaki itu telah bangkit. sempoyongan seraya memperlihatkan kesakitan teramat sangat
pada wajahnya yang pucat pasi. la segera mengenali puterinya. mencoba tersenyum, tetapi gagal karena hanya seringai derita saja yang tergurat
di bibirnya.
”Semuanya sudah berakhir agaknya,
http://cerita-silat.mywapbl og.com
Suaranya. tercekam.
Apa yang dikatakan Dumadi memang benar.
setelah lsmiaty menghambur masuk ke dapur.
suasana dl situ mendadak sepi. Tak terdengar
suara apa-apa lagi. Tidak pula tampak gerakan
gerakan yang menakutkan, kecuali suasana dapur
yang berantakan. Tungku perapian sudah tidak
menentu lagi .bentuknya Tanah bekas tungku itu
tadinya ditempatkan. rupanya ikut terbongkari
memperlihatkan lubang menganga. Namun. dilubang itu pun juga tidak tampak makhluk yang
menyebabkan semua kegemparan itu.
'Bagaimana ibumu, Mia?"
'Pingsan, Ayah."
"Ayo. Kita tolong dia."
Bersama-sama mereka gotong tubuh Saniah
ke kamar. Dibaringkan di tempat tidur. Setelah
ribut mencari-cari, akhirnya lsmiaty menemukan
minyak gosok, yang setelah dioleskan dl depan
lubang-lubang hidungnya, Saniah pun mulai
siuman. _ _
“Apa... apa yang... terjadi?" ia mengeluh. Lalu
ia lihat suaminya setengah bersimpuh di dekat
tempat tidur. Tangan lelaki itu menekap dada.
"Kang Madi, aduh. Apa..." Tetapi lsmiaty keburu
menyuruh ibunya diam dan lebih baik mencoba
tidur untuk menenangkan diri. Setelah itu lsmraty
bergegas mendekati ayahnya. .
'Apanya yang sakit. Ayah? Mari. Mia lihat...”ujarnya kuatir.
"Bukan main!” desah Dumadi getir dan tampak
kebingungan. "Padahal ujung kayu yang meng
http://cerita-silat.mywapblog.com