Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Tangan Tangan Setan - 9

$
0
0
Cerita Misteri | Tangan Tangan Setan | by Abdullah Harahap | Tangan Tangan Setan | Cersil Sakti | Tangan Tangan Setan pdf

Mahkota Cinta - Habiburrahman El-Shirazy Josep Sang Mualaf - Fajar Agustanto Namaku Izrail ! - Atmonadi Keluarga Flood - Tetangga Menyebalkan - Colin Thomphson Kumpulan Dongeng Anak

bergetar dalam irama-irarna yang khas penanda
  anjing itu meihat atau mencium bau hantu yang
  gentayangan. Tidak ia dengar suara anjing atau
  pun binatang lainnya. Malam ini teramat gelap dan
  terlalu lengang. Ataukah itu pengaruh kebisingan
  kota yang mendadak berubah dengan suasana
  sebuah kampung terpencil semacam Ciasem ini?
  Januar memutuskan bahwa ia salah dengar
  dan lebih baik tidur saja kembali. Namun suatu
  dorongan aneh memaksanya berjalan ke jendela.
  Tertegun sejenak di situ. sebelum tangannya terangkat. la lepaskan kunci selot jendela sambil
  menajamkan kuping. Tak ada suara apa pun diluar. Tidak orang, tidak juga angin menerpa dedaunan. Mestikah ia teruskan membuka jendela?
  Waaah. kepalang basah!" desah Januar. dan
  daun jendela pun ia pentangkan lebar-lebar. Hawa
  dingin merembes masuk menerpa pori-pori kulit
  wajahnya. Di luar jendela. sebenarnya rembulan
  bersinar meski tak begitu terang. Tetapi karena
  pohon mangga besar yang rimbun di luar jendela
  itu. Januar hanya dapat menangkap kegelapan
  yang menghitam pekat. Ada bayang-bayang berkelebat sekilas tertangkap olehnya. Tetapi setelah
  ia simak, ternyata hanya bayang -bayang dedaunan dalam jilatan rembulan.
  'Bangsat. Kukira apa...' meskipun dalam hati.
  Yakin tidak ada orang di luar dan ia tadi tentunya
  terpengaruh halusinasi oleh kegelapan malam dan
  suasana lengang mencekam itu. Januar menggapai daun jendela untuk menutupnya kembali.
  Pada saat itulah ia mendengar desis panjang dan
  tajam lalu samar samar melihat gerakan sesuatu
  terjilat oleh rembulan. Ada sesuatu menghantam
  buah daun jendela yang sudah setengah tertutup.
  Daun jendela itu terhempas dengan suara keras
  ke bingkainya. sementara Januar secara naluriah
  menghindar ke samping.
  Kemudian sepi. Mencekam.
  Apakah tadi yang berdesis lalu berkelebat
  begitu cepatnya itu? Benarkah bahwa ia mendengar suara berdebuk halus? Dan suara itu.
  ada... Astaga, suara berdebuk samar-samar itu
  memang terdengar dari arah lantai kamar tidurnya.
  Uh. uh, mengapa tadi ia memadamkan lampu
  begitu masuk kamar? Coba kalau...
  Terdengar suara desisan lagi. Agaknya dipojok sebelah klri. Dan itu berarti, di atas ranjang
  tidurnya !
  Januar terpekik.
  la sadar kalau ia diancam sesuatu Tetapi ia
  tidak tahu apa yang mengancam dirinya. Yang ia
  tahu adalah memikirkan jalan lolos. Ia berpikir
  keras kemudian menduga-duga arah pintu. Lalu
  ia menguatkan hatinya yang ciut dan beringsut
  seinci demi seinci. Desis itu makin jelas di telinganya dan samar-samar pula matanya yang
  sudah terbiasa dengan kegelapan. dapat menangkap bayangan sesuatu yang besar dan hitam,
  bergunduk di tengah tempat tidur.
  Benda hitam itu menggeliat lalu mengangkat
  kepalanya.
  Januar menelan ludah. ingin berteriak. Tetapi
  lidahnya kelu. Syaraf-syarafnya menegang kaku.
  Tahulah ia sekarang, bahwa gangguan yang ia
  alami beberapa hari belakangan ini, telah muncul
  lagi. Dan saat ini. teramat dekat. Dekat sekali
  sehingga Januar yakin kali ini tidak ada lagi jalan
  untuk meloloskan diri. Sedetik, ia masih sempat
  teringat pada _pesan ajengan Zakari; "Bacalah
  Tau'uz atau taawwudz. Ta'uz bacaan paling pendek dan...." Ingatan Januar bekerja keras, namun
  lidahnya dan bibirnya tidak mau membant u. Semuanya kelu. Semuanya kaku. Sementara benda
  hitam memanjang itu, perlahan-lahan meliuk...
  pada saat yang kritis itulah pintu kamar dihempas terbuka dari setelah luar. Terdengar
  suara bertanya kuatir "Ada apa. Cucu" Lalu
  tahu tahu terdengar bunyi klik satu kali, dan lampu
  kamar itu pun menyala terang benderang. Silau
  mata Januar dibuatnya, namun ia tidak berani
  berkedip. Dan menjeritlah Januar saking kaget
  dan ngeri, ketika ia lihat benda apa yang bergerak
  gerak di tempat tidur. Ternyata seekor ular besar
  dan panjang. Kulitnya hitam pekat, namun tanpa
  sisik!
  Sepasang mata merah menyala di kepala
  lonjong ular besar aneh itu berkilat-kilat oleh
  terpaan cahaya lampu. Setengah tubuhnya masih
  melingkar di kasur. sedang bagian atasnya, setelah berpaling ke arah datangnya orang ketiga
  kemudian meliuk lagi dalam putaran seram mengarah ke sasaran semula: Januar, yang berdiri
  terpaku ke dinding papan, tanpa kuasa bergerak.
  Gambaran seekor ular besar, tanpa sisik selembarpun sudah terlalu berat untuk ditanggung mentah
  http://cerita-silat.mywapblog.com
 
  Tuan rumah yang baru saja menyerobot masuk hanya setarikan nafas saja menegun: "Diam
  saja, Cucuku. Jangan berbuat sesuatu yang memaksanya untuk langsung menyerbu...!
  Barangkali, serbuan pertama yang salah itulah
  yang membuat makhluk mengerikan di tempat
  tidur telah jatuh terhempas tadi, dan belum sempat
  memulihkan tenaganya ketika pintu dibuka dari
  luar oleh kakek Arnsar. Si orang tua kumat~kamit membaca do'a. dan keris yang masih tergenggam
  di tangannya. terangkat perlahan-lahan. Begitu
  lambatnya. sehingga Januar hampir mati ketakutan
  melihat gerakan' ular yang tertangkap oleh
  matanya.
  Sang makhluk, pulih sudah tenaganya Tanpa
  memperdulikan si pengganggu, leher makhluk itu
  meliuk mundur dengan moncong terbuka memperlihatkan taring-taring putih kemilau dan sebaris
  lidah panjang bercabang berwarna merah darah.
  Lidah itu terjulur masuk sekali. mendesis lagi keluar. bersamaan waktu dengan liukan mundur
  , mencapai posisi paling tepat dan kuat untuk
  memeluk mangsanya.
  'Bismillah...!' kakek Amsar berbisik mantap.
  Kerisnya ia lontarkan ke tempat tidur. Sungguh suatu lontaran sembarangan. karena mestinya kepala makhluk itulah yang harus dituju.
  Namun akibatnya benar-benar mentajubkan.
  Meskipun yang terkena hanyalah sisi bagian
  makhluk yang masih bergulung, tampaklah suatu
  pancaran bagai percikan api, disusul bunyi ber
  http://cerita-silat.mywapblog.com
  getar keras memekakkan telinga seperti ada mercon meledak. Terdengar bunyi raungan nyaring
  yang jenisnya sukar ditebak. Entah raungan binatang, ataukah raungan manusia
  Raungan itu pendek saja
  _ Dan begitu lenyap, sosok makhluk itu pun
  sirna. Kasur di atas tempat tidur tampak hampa.
  _Spreinya memang awut-awutan sedikit. namun
  jelas itu dikarenakan pergerakan tubuh Januar
  sewaktu menaikinya, berbaring gelisah di atasnya
  lalu terionjak turun ketika tadi mendengar ada
  bunyi ketukan di daun jendela.
  Tak ada bekas: Tak ada bau sang makhluk
  Kecuali sebilah keris yang tergeletak diam... seakan tak berdaya.
  Seolah olah di atas kasur itu sebelumnya
  memang tidak ada apa-apa. Di luar. angin pelahan-lahan berhembus. Dedaunan pohon menggerit berisik, dan seekor anjing menyalak dari
  rumah tetangga sebelah. Dari tempat tidur, dua
  pasang mata manusia di kamar milik Amsar dan
  malam ini dihuni orang lain... terangkat dan bertaut
  dalam sorot pandang membeku.
  http://cerita-silat.mywapbl og.com
 
  TUJUH
  BERSAMAAN waktu lenyapnya makhluk berwujud ular besar di rumah kakek Amsar. bara api
  di tungku dapur rumah Dumadi mendadak bergemeretak. Ribut. Saat berikutnya. terdengar suara desis keras dan tajam. Bagai disiram seember
  air, bara menyala itu tahu-tahu padam begitu saja.
  Hitam. menjadi arang. Tidak cukup sampai di situ.
  batu-batu tungku pun bergetar pula, beradu satu
  sama lain dengan suara hingar bingar.
  mundur!" bisik Dumadi, waspada seketika.
  Perlahan-lahan ia bangkit. mundur selangkah
  demi selangkah menjauhi tungku.
  Saniah mendengar peringatan suaminya.
  Akan tetapi ia tetap saja duduk di tempatnya
  Terpukau, dengan wajah dicekam teror. Matanya
  terbelalak ketakutan memandangi bagaimana
  tumpukan arang hitam legam di dalam tungku.
  tiba-tiba bergerak-gerak. Kian detik, ger akan itu
  kian liar jua. Seolah di bawahnya tersembunyi
  makhluk hidup yang tengah menggelepar. Sekali
  lagi terdengar suara desis. Kali ini lebih panjang,
  teramat lirih bagaikan suara makhluk sekarat yang
  tersiksa.
  Kemudian, bebatuan tungku berderak-derak,
  lalu pecah berantakan. Potongan-potongan kayu
  bakar yang masih tersisa. tampak terangkat per
  http://cerita-silat.mywapblog.com
  lahan-lahan. secara naluriah Dumadl melompat
  ke muka. "Awasi" teriaknya. cemas. la sambar
  lengan isterinya. diseret mundur dengan cepat.
  ` Pada waktu itu juga, tumpukan bara berhamburan
  kian kemari. Potongan demi potongan kayu bakar
  ikut pula berhamburan. Potongan terbesar. yang
  ujungnya .juga sudah menjadi arang, melesat ke
  arah Saniah. Reflek, Dumadi melompat lagi kedepan. melindungi istrinya
  Ujung kayu yang hitam legam itu lantas menghantam dada Dumadl dengan kerasnya. Dumadi
  berteriak kaget bahkan sakit. Entah tangan gaib~apa yang melemparkan potongan kayu bakar itu,
  sampai Jumadi terdorong begitu kuat. la bagaikan
  dilontarkan ke belakang. menghantam tubuh lstrinya, sehingga mereka berdua jatuh berhimpitan di lantai dapur setelah lebih dulu menabrak
  dinding sehingga papannya berderak pecah.
  "Ya Allah!" terdengar suara pekik ngeri menyayatkan hati. Sesosok tubuh tahu-tahu telah
  menghambur ke dapur dan buru-buru menolong
  kedua orang suami isteri yang jatuh terhumbalang
  itu. Mula-mula ia seret Saniah keluar dari dapur
  dan dibaringkan di ruang tengah. Menyusul ia
  berlari lagi ke dapur untuk membantu Dumadi.
  Tetapi lelaki itu telah bangkit. sempoyongan seraya memperlihatkan kesakitan teramat sangat
  pada wajahnya yang pucat pasi. la segera mengenali puterinya. mencoba tersenyum, tetapi gagal karena hanya seringai derita saja yang tergurat
  di bibirnya.
  ”Semuanya sudah berakhir agaknya,
  http://cerita-silat.mywapbl og.com
  Suaranya. tercekam.
  Apa yang dikatakan Dumadi memang benar.
  setelah lsmiaty menghambur masuk ke dapur.
  suasana dl situ mendadak sepi. Tak terdengar
  suara apa-apa lagi. Tidak pula tampak gerakan
  gerakan yang menakutkan, kecuali suasana dapur
  yang berantakan. Tungku perapian sudah tidak
  menentu lagi .bentuknya Tanah bekas tungku itu
  tadinya ditempatkan. rupanya ikut terbongkari
  memperlihatkan lubang menganga. Namun. dilubang itu pun juga tidak tampak makhluk yang
  menyebabkan semua kegemparan itu.
  'Bagaimana ibumu, Mia?"
  'Pingsan, Ayah."
  "Ayo. Kita tolong dia."
  Bersama-sama mereka gotong tubuh Saniah
  ke kamar. Dibaringkan di tempat tidur. Setelah
  ribut mencari-cari, akhirnya lsmiaty menemukan
  minyak gosok, yang setelah dioleskan dl depan
  lubang-lubang hidungnya, Saniah pun mulai
  siuman. _ _
  “Apa... apa yang... terjadi?" ia mengeluh. Lalu
  ia lihat suaminya setengah bersimpuh di dekat
  tempat tidur. Tangan lelaki itu menekap dada.
  "Kang Madi, aduh. Apa..." Tetapi lsmiaty keburu
  menyuruh ibunya diam dan lebih baik mencoba
  tidur untuk menenangkan diri. Setelah itu lsmraty
  bergegas mendekati ayahnya. .
  'Apanya yang sakit. Ayah? Mari. Mia lihat...”ujarnya kuatir.
  "Bukan main!” desah Dumadi getir dan tampak
  kebingungan. "Padahal ujung kayu yang meng
  http://cerita-silat.mywapblog.com
 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>