Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Tangan Tangan Setan - 10

$
0
0
Cerita Misteri | Tangan Tangan Setan | by Abdullah Harahap | Tangan Tangan Setan | Cersil Sakti | Tangan Tangan Setan pdf

Siapa Ayahku ? - Azizah Attamimi The Wednesday Letters - Surat Cinta di Hari Rabu - Jason F. Wright The Chamber - Kamar Gas - John Grisham Trio Tifa - Tiga Sandera - Bung Smas Kisah Dua Kamar ~ bukanpujangga

hantamku, sudah hangus mengarang!"
  Tetapi akibatnya memang bukan main. Bagian
  kemeja Dumadi yang dihantam potongan kayu
  bakar itu, robek atau tepatnya boleh dibilang
  bolong karena hangus. Kulit dadanya tampak
  melepuh. juga seperti hangus dihantam bara api
  menyala.
  "Ambilkan kecap. Mia: keluh Dumadi menahan sakit.
  Setelah luka melepuh itu dibaluri kecap oleh
  ismiaty, barulah Dumadi bisa bernafas lega. "Lebih
  dingin sekarang," bisiknya. 'Tadinya, seperti dipanggang saja!” Walaupun la berkata demikian
  wajah Dumadi tetap memperlihatkan kebingungan. Jelas ia lihat dengan mata kepala sendiri.
  bahwa ujung potongan kayu yang menghantam
  dadanya berwarna hitam Iegam. berarti sudah
  tidak mengandung bara api lagi. Tetapi mengapa
  baju dan kulit dadanya hangus terbakar?!
  Untuk membuang pikiran gundah, la bertanya
  pada puterinya: "Tadinya kukira kau sudah tidur.
  Nak. Bagaimana kau tiba-tiba sudah muncul didapur? Apakah kau juga melihat keanehan yang
  terjadi pada tungku itu?"
  "Aku melihatnya, Ayah."
  'Jadi sesaat sebelum itu..." ayahnya memandang curiga.
  lsmiaty tersenyum. Di bibir. Akan tetapi di balik
  sinar matanya. ia menangis. Terbata-bata, ia menjelaskan 'Setelah tadi Ayah kutinggalkan, aku
  masih penasaran. Akan Ayah apakankah potret
  Januar. Kulihat Ayah dan ibu pergi ke dapur. Aku
 
  http://cerita-silat.mywapblog.com
  lantas nguntit diam-diam. Maafkan aku, Ayah. Aku
  tak bermaksud..."
  "Jadi kau juga mendengar pembicaraan kami!"
  "Ah ya Sedikit-sedikit..." lsmiaty berpura-pura
  dengan senyuman bibirnya. 'Benarkah Januar ada
  di kampung kita sekarang ini. Ayah?”
  "Itu tidak penting, Nak,'_bisik Dumadi kecut.
  “Kau tentunya juga mendengar percakapan lainnya Tentang..." Dumadi tidak meneruskan kata-katanya. la melirik ke tempat tidur. dan melihat
  Saniah membalikkan tubuh menghadap tembok.
  Pundak istrinya tampak terguncang-guncang,
  meski isak tangisnya tidak terdengar. Dumadi
  menarik puterinya keluar dari kamar itu. Setelah
  menutup pintu, ia ajak lsmiaty duduk. `
  Beberapa saat lamanya mereka saling beradu
  pandang. lsmiaty tampak tegar. sehingga Dumadi
  luruh jiwanya. ia merunduk. pundaknya pun terguncang. lalu berkata menyesali diri: 'Alangkah
  terkutuknya aku ini. Ayah macam apa aku ini...
  sudah kubilang pada pak Santika, bahwa...”
  "Itukah syarat yang harus kita jalani Ayah?”
  Nada suara lsmiaty yang tenang dan datar.
  membuat Dumadi semakin tersuruk semakin dalam. Ia Ingin berdalih, memberikan berbagai
  alasan atau kemungkinan. Tetapi lidahnya sudah
  terlalu kelu untuk berbicara. Akhirnya ia hanya
  mampu diam. bernafas tersengaI-sengal menahan
  gejolak perasaan jiwanya yang dibebani dosa.
  'Itukah. Ayah?" ulang lsmiaty. lebih tegas.
  “Kata pak Santika....'
  Ismiaty memotong tak sabar: 'Kita bertiga
 
  http://cerita-silat.mywapblog.com
  telah sama-sama menaruh kepercayaan serta hidup mati kita pada beliau. Jadi, kalau syarat itu
  yang beliau katakan harus kita jalani, ya Tuhan.
  Mudah-mudahan dosa kita semua diampuniNyal"
  'Astaga, Nak !' Dumadi mengerang. “Kau...mau?”
  ( keenakan lo dumadi ! dah tua lagi..dasar brengsek ! mending buat pembaca cersiL... Eh ! pembaca ada yg mau nggak ?! ha..ha..ha.. )
  lsmiaty menarik nafas panjang. Tubuhnya tergetar, suaranya apalagi: 'Mula-mula kudengar
  percakapan kalian, Ayah, aku hampir pingsan.
  Rasanya, kuingin bumi tempatku berpijak belah.
  Aku terseret ke dalam, dan berakhirlah sudah
  semuanya. Dalam kepanikanku itulah, mendadak
  terjadi sesuatu pada tungku. Aku begitu terkesima.
  Lupa pada diriku sendiri. Bahkan lupa untuk
  segera bertindak. Aku terlambat untuk menyeret
  ibu dari tempat duduknya. Sedang Ayah...."
  "Jangan pikirkan aku, Mia!" desah Dumadi
  gusar. "Pikirkanlah dirimu sendiri. Bayangkan, kalau aku harus melakukan sesuatu atas dirimu.
  Melakukan... ya ampun. Alangkah hina dan terkutuknya. Menjijikkan, Mia. Andai diperkenankan,
  lebih baik kubiarkan saja kau.... Oh, Nak. Daripada
  harus melakukan itu, apalah artinya sebuah kematian?”
  lsmialy menyahut, murung dan suram: "Aku
  juga lebih suka mati, Ayah. Tetapi setelah kulihat
  cara kematian adik-adikku,... Aku tak pernah melupakan apa yang pernah kulihat. Ayah. Kejadian-kejadian yang senantiasa menteror diriku. ltulah
  sebabnya, ketika Ayah datang menjemputku kekota dan menceritakan sebab sebenarnya dari
  kematian mereka... aku lantas pasrah. Aku... lantas, tiba-tiba takut mati...?
  "Kau akan tetap hidup, Nak,” ujar Dumadi
  tersendat, seraya membelai kedua belah pipi
  anaknya. "Apa pun akan aku dan ibumu korbankan, demi keselamatanmu. Hanya kau satu-satunya harapan kami yang masih tersisa. Dan
  pak Santika begitu yakin bahwa kau akan tertolong..." ia menarik nafas berulang-ulang, berpikir
  sejenak. Lalu, berdesah bimbang: 'Mengenai syarat mengerikan itu, Nak. Kuharap pak Santika tidak
  bersungguh-sungguh. Kalau tak salah. ia bilang
  bahwa ia masih mencari jalan lain. Maka itu, Nak.
  Berdo'alah pada Tuhanmu...”
  "Tuhan kita semua Ayah !'
  Dumadi menggelengkan kepala. 'Tidak, Nak.
  Telah lama Tuhan berpaling dari aku dan ibumu.
  Telah lama pula kami mengingkariNya. Seperti
  dikatakan makhluk terkutuk di padang tandus itu.
  Bahwa, aku telah mengkhianati Tuhanku. Jadi
  sungguh tak pantaslah kiranya, aku memohon
  ampunanNya lagi...”
  'Tuhan Maha Pengampun, Ayah. Bermohonlah agar....'
  'Telah kucoba beratus-ratus, bahkan ribuan
  kali, Mia. Dan apa yang dilakukan Tuhan? Anak-anakku mati satu demi satu. Mati penasaran.
  DibiarkanNya makhluk terkutuk itu mencabuti nyawa anak-anakku. Dengan cara sedemikian kejam
  dan mengerikan..."
  "Ayah !"
  'Sudahlah, Nak." Dumadi menyeka air mata
  yang melelehi pipi puterinya. 'Percayalah. Mia.
 
  http://cerita-silat.mywapblog.com
  Entah bagaimana, aku tak tahu. Namun tertanam
  dalam pikiranku, suatu keyakinan bahwa kau akan
  tetap hidup, tetap selamat. Barangkali, Nak. ltu
  dikarenakan kau lain dari kami. Dari aku. dari
  ibumu. dari saudara-saudaramu yang telah meninggal. Kau begitu dekat dengan Tuhanmu.
  Mungkin itulah sebabnya!”
  'Lalu, Ayah..."
  'Kau tidurlah. Biarkan Ayah sendirian Siapa
  tahu, Tuhanmu masih memberi Ayah kesempatan..."
  'Yakinlah. akan diberikanNya. Ayah." tukas
  lsrniaty. Tegar. "Semoga aku tidak berdosa. dengan pemikiran bahwa syarat yang menakutkan
  itu pun adalah juga kehendakNya!"
  'Karena, Ayah. Musuh yang kita hadapi, bukanlah musuh sembarangan yang dapat dihadapi
  manusia biasa semacam kita. Dia itu, Ayah... setan
  penghuni neraka!"
  "Bagaimana kalau sebaliknya yang terjadi
  Nak?"
  "Sebaliknya bagaimana, Ayah...?
  'Bahwa pelaksanaan syarat itu, justru adalah
  kehendak dari setan itu sendiri....'
  "Semoga Tuhan melaknatnya, Ayah!”
  Menggigil Dumadi mendengarnya, lengan-lengannya terasa kejang. Kaku, bagai ditusuk ribuan
  jarum beracun. Sakitnya, tidak kepalang. Kenyerian itu berlangsung hanya sekejap. Sebelum
  Dumadi sempat merintih, gangguan itu sudah
  hilang dengan sendirinya.
  Sebelum Dumadi dapat memahami maknanya, puterinya sudah beralih ke pembicaraan lain:
  'Mengenai abang Januar. Ayah....'
  'Oh, dia," Dumadi terhenyak. "Mengapa?'
  'Adalah syarat pula sejak semula, agar aku
  berusaha melupakan dia. Bukankah begitu, Yah?"
  'Benar, Mia.”
  'Kukira aku bisa melakukannya, Ayah."
  'Caranya?“
  'Perkenankan aku bertemu dla. Untuk terakhir kali.”
  'Apa... apa yang akan kau lakukan, mia? tanya
  Dumadi, mengandung kecurigaan.
  lsmialy tersenyum pahit. ”Aku tidak akan melakukan apa-apa, Ayah!”
  'Jadi?“
  "Aku hanya akan berbicara dengannya."
  'Bicara apa?"
  "Serahkan padaku, Ayah."
  Dan malam itu, lsmiaty menangis sendirian ditempat tidurnya. Malam itu. ia bayangkan Januarberjalan meninggalkan dirinya. Meninggalkan lsmiaty, setelah lebih dulu meludahi mukanya.
  Kemudian ia tertidur.
  Demikian kuat tarikan bathinnya memikirkan
  Januar, sehingga dalam tidurnya pemuda itu benar benar muncul. Januar tidak meludahinya. Januar justru tersenyum padanya. Begitu manis.
  meluluhkan hati. Januar lalu mendekat, berusaha
  menggapai... dan suatu sentakan mengejutkan
  tiba-tiba menarik tubuh Januar. Pemuda itu berusaha melawan sekuat tenaga, sementara lsmiaty
  hanya berdiri terpana tanpa kuasa berbuat se
 
  http://cerita-silat.mywapblog.com
  suatu. Lalu Januar makin hilang. Tempatnya dlgantikan Dumadi. ayahnya. Ayahnya tertawa ngakak, dari mulutnya keluar buih berbusa-busa,
  baunya busuk memualkan. Wajah ayahnya berubah seperti anjing. Lidahnya terjulur panjang. .merah menjijikkan, berusaha menjilati tubuh
  Ismiaty sampai ke bagian yang terlarang.
  Ismiaty menjerit lalu tersentak bangun.
  sekujur tubuhnya bermandikanpeluh dingin.
  Lembab.
  Menusuk sampai ke sumsum.
  "Ya Allah!” bisiknya. terengah-engah. "Tolonglah hambamu yang malang ini...!"
  Sampai pagi mendatang. matanya tidak lagi
  mau terpicing. Dadanya semakin sesak dan kering
  kerontang. karena sepanjang sisa malam itu ia
  diganggu oleh bayangan peristiwa beberapa
  bulan sebelumnya.
  Waktu itu, Ismiaty baru saja meninggalkan
  pacarnya yang kesekian, ketika jatuh cinta pada
  Januar. Semakin intim dengan pemuda itu, semakin ia merasa bahwa lelaki mana pun selain
  Januar tidaklah punya arti apa-apa dalam dirinya.
  Dan. bahwa pacar-pacar nya sebelum Januar hanyalah sekedar iseng belaka. Pengisi waktu senggang dl luar jam-jam sekolah yang kadang-kadang
  menjemukan.
  Lantas suatu hari. Januar lupa daratan. Setelah cumbuan yang memabukkan Januar bahkan
  lsmiaty sendiri, pemuda itu mulai menggerayangl
  pakaian dalam Ismiaty, berusaha menanggalkannya. Ismiaty segera ingat diri dan buru-buru melepaskah pelukan Januar seraya memperingatkan
  pemuda itu agar mawas diri. Saat itulah Januar
  berkata: "Bukankah engkau telah memberikannya
  juga pada lelaki lain sebelum aku?"
  Ismiaty menampar Januar sedemikian keras.
  sampai pipi Januar berbalur merah bekas sengatan telapak tangan Ismiaty. Satu minggu lsmiaty tidak mau ditemui Januar. Seminggu berikutnya, ia bersedia ditemui. Tetapi menolak dicumbu, dan bicara pun hanya seperlunya. Januar
  demikian menderita. sehingga akhirnya pemuda
  itu jengkel lalu berkata dengan emosional: "Aku
  telah berulangkali minta maaf. Aku pun telah '
  bersumpah, tidak lagi lancang mulut menuduh
  yang bukan-bukan. Apalagi yang harus kuperbuat,
  Mia. Supaya kau bisa diyakinkan, bahwa aku
  benar-benar telah berlaku tolol?" Sembari menceracau demikian, Januar menumbukkan tinjunya
  ke batang pohon tempatnya menyandar. Buku
  jarinya sampai mengucurkan darah.
  Ismiaty terkejut. ia ambil tangan Januar. memperhatikan darah yang terus menetes. "Kau berdarah," katanya. "Aku pun harus berdarah!” Lalu
  Ismiaty melepaskan satu peniti bajunya. la tusukkan ke jari telunjuk, sampai mengucurkan darah
  pula. Kemudian. telunjuknya yang berdarah itu ia
  usapkan ke buku jari Januar yang berdarah. "Inilah
  lambang janji setia kita. Sayangku," ia berbisik.
  lembut dan bahagia.
  Januar langsung merahup Ismiaty dalam pelukan mesra dan hangat. 'Aku lemah, Mia. Aku
  tak berani berjanji apa-apa !' ia mengakui terus
 
  http://cerita-silat.mywapblog.com
 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>