Cerita Misteri | Tangan Tangan Setan | by Abdullah Harahap | Tangan Tangan Setan | Cersil Sakti | Tangan Tangan Setan pdf
Siapa Ayahku ? - Azizah Attamimi The Wednesday Letters - Surat Cinta di Hari Rabu - Jason F. Wright The Chamber - Kamar Gas - John Grisham Trio Tifa - Tiga Sandera - Bung Smas Kisah Dua Kamar ~ bukanpujangga
kain sarung. lalu menyentak-nyentakkan lutut-lutut Seketika itu juga Santika berteriak keras
mengejutkan meneriakkan semacam perkataan
aneh yang sukar dimengerti Dumadi. Lalu, dengan
menepiskan kedua lengannya yang sebelumnya
bersilang di depan dada, Santika membentak
keras, Untaian kalung tetumbuhan itu pun seketika
itu juga jatuh ke lantai. Diam tak bergerak. Santika
membuka matanya.
Berujar. lirih: 'Hampir saia...!
'Hampir saja apa. Pak Santika?” desah
Dumadi yang telah mampu menahan diri.
"Roh anak-anak itu.”
'Anak-anakku. Pak Santika !'
"Aku tahu..., Aku sengaja memanggil mereka,
untuk ikut membantu keselamatan satu-satunya
saudara mereka yang masih hidup. Kakak mereka,
lsmiaty. Andai kalung... ia menunjuk ke benda
yang tadinya sebagai garis batas: 'Andai ini sampai pecah berantakan di udara, maka roh anak-anakmu akan berbalik melawan kita. Ada roh lain,
yang lebih kuat. menguasai roh anak-anak malang
itu, berusaha mempengaruhi. memperbudak mereka..."
Merinding bulu kuduk Dumadl mendengarnya "Roh apa. Pak Santika?"
Santika menyeka keringat bercampur darah
yang membasahi wajahnya Berujar dengan suara
menahan sakit, dan kali ini terdegar cemas: "Roh
yang pernah memperbudakmu pula, Madi."
'Demi setan..."
"Kau memanggil setan, Madi?" Santika mengerutkan dahi.
'Maafkan. Pak."
"Mengapa kau langgar garis batas itu?"
“Aku... tak tahu. Aku bahkan... tak ingat apakah aku baru melanggar garis batas... Ah. barangkali, aku tak sadar. Rasanya, ingin aku memeluk
anak-anakku...."
"Mereka semua sudah meninggal. Madi'
'Ya. Ya. Mereka semua telah mati." Dumadi
mengiyakan, dengan leher tértekuk, dan air mata
kembali mengambang.
"Sudahlah Santika merrtbuiuk. "Kau dengar
semuanya, Madi?
"Kudengar Pak."
"Dapat kau merangkaikannya?"
'Entahlah. Begitu membingunkan....'
"Aku jarang bertemu anak-anakmu semasa
hidup mereka. Madi .Jadi mana pernah aku ingat
suara-suara mereka. Sebelum ini, aku telah melakukan hal serupa dengan bantuan salah seorang
muridku. Dialah yang menyampaikan apa-apa
yang tidak kusadari terlontar dari mulutku. la juga
tak mengenali anak-anakmu. Tetapi sekarang.
dengan kau sebagai pendamping. aku yakin sudah. Merekalah yang berbisik melalui bathinku..”
Bisikan-bisikan membingungkan. Empat roh sekaligus, Madi. Jadi tak mampu aku menguasai
mereka berlama-lama. Jadi hanya itulah yang
dapat kita dengar. Darah. Suci. Perawan. Cinta.
Satu hal saja yang sama: mereka menyebut kata
'ayah'. Aku kemudian merangkaikan semua yang
kudengar. Cukup sulit, sampai akhirnya aku tiba
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
pada kesimpulan, mereka memaksudkan darah
perawan. yang dialirkan oleh cinta suci. Cinta SUCI
ltu, tak pelak lagi hanyalah dari orangtua pada
anaknya. Cinta suci ayah lsmiaty. Kau. Dumadi
Kau sendirilah yang harus mengalirkan darah
perawan anak gadlsmu...!"
DUA BELAS
DUMADI meninggalkan Clkuda lewat tengah
hari. Sepanjang perjalanan pulang ke rumah,
hatinya diliputi perasaan masygul. la memang
sudah lama tidak memperdulikan bencana apapun yang bakal menimpa dirinya dan Sanlah.
Kapan saja maut datang menjemput. mereka slap
menerima kehadirannya... biar bagaimana pun
menyakitkan atau mangerikannya bentuk kematian itu. Hanya satu hal yang ia dan Saniah harapkan: hendaklah maut itu tidak keburu datang
sebelum mereka yakin bahwa anak mereka selamat dari ancaman kutuk.
Akan tetapi. syarat terakhir yang diharuskan
Santika sungguh teramat berat untuk dilaksanakan Dumadi. Dan syarat ltu agaknya tidak dapat
lagi dihindari. Karena yang menyebutkannya bukan Santika sendirl, melainkan roh-roh putera-
puteri kesayangan Dumadi.
'... yang kita hadapi bukanlah makhluk hidup.
Bukan makhluk nyata' demikian tadi Santika
menjelaskan. "Dia ltu berupa roh dari seseorang.
atau roh makhluk dari masa lampau. Untuk mengetahui kemauan roh itu. maka kita harus bertanya pada roh pula. Lantas, kalau kita akan
mencari kelemahannya. maka kita harus minta
bantuan pada roh-roh yang pernah menjadi kor
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
ban kejahatannya... yang dengan sendirinya. sangat membenci dan menginginkan kematian roh
jahat itu sebagai balasannya. Sebuah kematian
yang setimpal. Menurutkan hukum timbal balik,
hukum alam...."
Meskipun agak aneh kedengarannya, Dumadi
masih dapat mencernanya. Namun. mengapa
anak-anaknya itu menyebutkan syarat begitu
rupa? Tidakkah anak-anak itu mencintai kakak
mereka, lsmiaty? Tidak pulakah mereka s adar.
betapa teramat bejat perbuatan yang dilakukan
seorang ayah kalau sampai tega menyetubuhi
puteri kandungnya sendiri?
'Haruskah melalui cara itu. Pak Santika? Tidak
dapat melalui cara lain? sempat juga Dumadi
berharap.
"Kau maksud. tidak melalui persetubuhan
langsung? Bukankah suatu kontak jasmani?”
'Ya !'
'Mempergunakan sebuah benda sebagai alat?"
'Ya'
'Dumadi.. ujar Santika tak bernafsu. "Cara itu
memang lebih terhormat. Dapat pula diterima
calon suami Mia kelak, andai pada akhirnya Mia
harus menerangkan dengan jujur sebab-sebab ia
tidak perawan lagi sebelum naik ke jenjang pelaminan. Hanya, Madi. Barangkali kau meremehkan
bunyi kalimat syarat itu. Cinta suci, Madi. Cinta
suci seorang ayah, tidak akan pernah dimiliki
orang lain. Konon pula. sebuah benda mati !”
Turun dari bis di pertigaan jalan menuju desanya, Dumadi semakin masygul saja. Ia akan se
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
gera bertemu Ismiaty. dan..., Saniah! Mengapa?
Mengapa roh jahat itu tega memilh raga Saniah
sebagai tempat menyembunyikan diri dari pengetahuan Dumadi? Mengapa bukan orang lain?
Kembali Santika harus membuka pikiran Darnadi
yang kusut, dengan penjelasan:
'Bukankah ia bilang, ia akan selalu mengikutimu? Selalu mendampingimu? Agar ia mengetahui
sepak terjangmu. Mengetahui jalan pikiranmu.
Jadi. rencana atau usaha apa pun yang akan kau
lakukan ia selalu dapat mencegahnya. Roh jahat
itu tidak bodoh, Madi. Dia pun menyadari kenyataan hidup manusia. Siapa pun. Dan di mana
pun juga. Tempat paling tepat seorang suami
mengadu atau mengeluh, hanyalah pada isterinya
seorang...."
Pantas. Pantaslah kematian demi kematian itu
datang juga menimpa putera-puterinya. Tanpa
Dumadi mampu mencegah. Kalau emosi yang
diturutkan. sepatutnyalah Dumadi membenci Saniah. Sampai hati Saniah mengorbankan anak-anak kandungnya sendiri. Membiarkan mereka
semua mati penasaran. Namun kalau dipikir-pikir,
sebenarnya Saniah tidak bersalah la tidak tahu,
bahkan tidak menyadari seujung rambut pun juga.
bahwa melalui tangannya sendirilah anak-anak
kesayangannya mereka menemui ajal. Rupanya,
sebagai imbalan sembuhnya penyakit Saniah dulu
harus ditebus teramat mahal.
"Saniah malang...? desah Dumadi getir selagi
duduk di boncengan ojek sepeda motor yang
ngebut ke alamat yang dituju.
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
ia meneruskan. dengan suara dibuat-buat cemas
"Jangan terlalu cepat. Roy. Pelan-pelan sajalah...!
"Sekarang lagi jamnya marema, Pak Madi. Aku
harus memanfaatkannya. Lumayan deh untuk menutupi kekurangan setoran hari kemarin."
'Yah. Kalau kita celaka, bagaimana....'
'Aku orangnya selalu berhati-hati, Pak Madi."
"Kau iya. Orang lain. belum tentu."
'Nah. Kalau itu terjadi, yang salah bukan aku.
Tetapi orang lain!" dan si pengojek tertawa ngakak
sambil menambah kecepatan sepeda motornya
di antara kendaraan kendaraan lain yang hilir
mudik. Maklum, waktunya bubaran kantor, sekolah, pasar, dan banyak lagi kegiatan lain di
daerah kecamatan yang penduduknya memang
termasuk padat itu. -
Di tanjakan curam berbatu-batu, Dumadi turun
dari' ojek. la membayar ongkos sambil menggerutu
mengatakan bahwa perut dan pantatnya sakit-sakitan dibuat si pengojek. Anak muda itu cuma
ngakak dan ngebut lagi ke arah semula. Dumadi
menarik nafas memperhatikan sepeda motor yang
terbuntang banting di jalan jelek. Kalau kendaraan
itu cepat ringsek, yang rugi bukan si pengojek.
Selalu, si empunya ojek.
Dumadi memutar tubuh. Melanjutkan perjalanan dengan menyeberangi titian bambu yang terayun-ayun. kemudian tlba dijalan setapak menuju
rumahnya. Bagaimana ia harus bersikap pada
Saniah? Mampukah ia berlaku tidak janggal, ber
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
kata tidak semestinya, atau mencuri pandang
tanpa mencurigakan? Untunglah lsmiaty ada di
rumah. Anak manja itu. dari dulu kalau tidur di
rumah selalu ingin ditemani ibunya. Coba. andaikata malam ini dan malam berikutnya. Dumadi
terpaksa tidur di sisi Saniah. sedangkan ia tahu
bahwa dalam tubuh Saniah...,
'Makhluk terkutuk! Haram jadah sialan!” maki
Dumadi. Gusar
Tapi. ah ! Kalau ia emosi, bisa-bisa nanti di
rumah ia bertingkah tak wajar. Lebih baik memikirkan hal-hal lain. Yang lebih bermanfaat. Misalnya. mengenai pemuda bernama Januar itu. Datangkan Januar menemui lsmiaty. sepeninggal
Dumadi tadi pagi? Berhasil pulakah isrniaty mengusirnya sebagaimana dijanjikan anak gadis itu?
Dumadi belum pernah bertemu muka dengan
Januar. meskipun sebenarnya ada keinginan untuk itu. Dari cerita-cerita anak gadisnya baik melalui surat maupun kalau kebetulan pulang kampung, ia dengar Januar itu seorang pemuda baik
serta mau bertanggung jawab. Buktinya, walau ia
masih harus kuliah, Januar toh juga bekerja.
Dengan demikian. Januar tidak menambah beban
orangtuanya di kampung. Bahkan menurut lsmiaty, Januar malah setiap awal bulan setia dan
rajin mengirim sedikit uang untuk adik-adiknya.
Mungkin. Januar memang bakal suami yang
sepadan untuk lsmiaty.
Tetapi kehadirannya di saat-saat kritis begini,...
Dumadi menghentikan langkah ketika ia lihat
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
Siapa Ayahku ? - Azizah Attamimi The Wednesday Letters - Surat Cinta di Hari Rabu - Jason F. Wright The Chamber - Kamar Gas - John Grisham Trio Tifa - Tiga Sandera - Bung Smas Kisah Dua Kamar ~ bukanpujangga
kain sarung. lalu menyentak-nyentakkan lutut-lutut Seketika itu juga Santika berteriak keras
mengejutkan meneriakkan semacam perkataan
aneh yang sukar dimengerti Dumadi. Lalu, dengan
menepiskan kedua lengannya yang sebelumnya
bersilang di depan dada, Santika membentak
keras, Untaian kalung tetumbuhan itu pun seketika
itu juga jatuh ke lantai. Diam tak bergerak. Santika
membuka matanya.
Berujar. lirih: 'Hampir saia...!
'Hampir saja apa. Pak Santika?” desah
Dumadi yang telah mampu menahan diri.
"Roh anak-anak itu.”
'Anak-anakku. Pak Santika !'
"Aku tahu..., Aku sengaja memanggil mereka,
untuk ikut membantu keselamatan satu-satunya
saudara mereka yang masih hidup. Kakak mereka,
lsmiaty. Andai kalung... ia menunjuk ke benda
yang tadinya sebagai garis batas: 'Andai ini sampai pecah berantakan di udara, maka roh anak-anakmu akan berbalik melawan kita. Ada roh lain,
yang lebih kuat. menguasai roh anak-anak malang
itu, berusaha mempengaruhi. memperbudak mereka..."
Merinding bulu kuduk Dumadl mendengarnya "Roh apa. Pak Santika?"
Santika menyeka keringat bercampur darah
yang membasahi wajahnya Berujar dengan suara
menahan sakit, dan kali ini terdegar cemas: "Roh
yang pernah memperbudakmu pula, Madi."
'Demi setan..."
"Kau memanggil setan, Madi?" Santika mengerutkan dahi.
'Maafkan. Pak."
"Mengapa kau langgar garis batas itu?"
“Aku... tak tahu. Aku bahkan... tak ingat apakah aku baru melanggar garis batas... Ah. barangkali, aku tak sadar. Rasanya, ingin aku memeluk
anak-anakku...."
"Mereka semua sudah meninggal. Madi'
'Ya. Ya. Mereka semua telah mati." Dumadi
mengiyakan, dengan leher tértekuk, dan air mata
kembali mengambang.
"Sudahlah Santika merrtbuiuk. "Kau dengar
semuanya, Madi?
"Kudengar Pak."
"Dapat kau merangkaikannya?"
'Entahlah. Begitu membingunkan....'
"Aku jarang bertemu anak-anakmu semasa
hidup mereka. Madi .Jadi mana pernah aku ingat
suara-suara mereka. Sebelum ini, aku telah melakukan hal serupa dengan bantuan salah seorang
muridku. Dialah yang menyampaikan apa-apa
yang tidak kusadari terlontar dari mulutku. la juga
tak mengenali anak-anakmu. Tetapi sekarang.
dengan kau sebagai pendamping. aku yakin sudah. Merekalah yang berbisik melalui bathinku..”
Bisikan-bisikan membingungkan. Empat roh sekaligus, Madi. Jadi tak mampu aku menguasai
mereka berlama-lama. Jadi hanya itulah yang
dapat kita dengar. Darah. Suci. Perawan. Cinta.
Satu hal saja yang sama: mereka menyebut kata
'ayah'. Aku kemudian merangkaikan semua yang
kudengar. Cukup sulit, sampai akhirnya aku tiba
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
pada kesimpulan, mereka memaksudkan darah
perawan. yang dialirkan oleh cinta suci. Cinta SUCI
ltu, tak pelak lagi hanyalah dari orangtua pada
anaknya. Cinta suci ayah lsmiaty. Kau. Dumadi
Kau sendirilah yang harus mengalirkan darah
perawan anak gadlsmu...!"
DUA BELAS
DUMADI meninggalkan Clkuda lewat tengah
hari. Sepanjang perjalanan pulang ke rumah,
hatinya diliputi perasaan masygul. la memang
sudah lama tidak memperdulikan bencana apapun yang bakal menimpa dirinya dan Sanlah.
Kapan saja maut datang menjemput. mereka slap
menerima kehadirannya... biar bagaimana pun
menyakitkan atau mangerikannya bentuk kematian itu. Hanya satu hal yang ia dan Saniah harapkan: hendaklah maut itu tidak keburu datang
sebelum mereka yakin bahwa anak mereka selamat dari ancaman kutuk.
Akan tetapi. syarat terakhir yang diharuskan
Santika sungguh teramat berat untuk dilaksanakan Dumadi. Dan syarat ltu agaknya tidak dapat
lagi dihindari. Karena yang menyebutkannya bukan Santika sendirl, melainkan roh-roh putera-
puteri kesayangan Dumadi.
'... yang kita hadapi bukanlah makhluk hidup.
Bukan makhluk nyata' demikian tadi Santika
menjelaskan. "Dia ltu berupa roh dari seseorang.
atau roh makhluk dari masa lampau. Untuk mengetahui kemauan roh itu. maka kita harus bertanya pada roh pula. Lantas, kalau kita akan
mencari kelemahannya. maka kita harus minta
bantuan pada roh-roh yang pernah menjadi kor
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
ban kejahatannya... yang dengan sendirinya. sangat membenci dan menginginkan kematian roh
jahat itu sebagai balasannya. Sebuah kematian
yang setimpal. Menurutkan hukum timbal balik,
hukum alam...."
Meskipun agak aneh kedengarannya, Dumadi
masih dapat mencernanya. Namun. mengapa
anak-anaknya itu menyebutkan syarat begitu
rupa? Tidakkah anak-anak itu mencintai kakak
mereka, lsmiaty? Tidak pulakah mereka s adar.
betapa teramat bejat perbuatan yang dilakukan
seorang ayah kalau sampai tega menyetubuhi
puteri kandungnya sendiri?
'Haruskah melalui cara itu. Pak Santika? Tidak
dapat melalui cara lain? sempat juga Dumadi
berharap.
"Kau maksud. tidak melalui persetubuhan
langsung? Bukankah suatu kontak jasmani?”
'Ya !'
'Mempergunakan sebuah benda sebagai alat?"
'Ya'
'Dumadi.. ujar Santika tak bernafsu. "Cara itu
memang lebih terhormat. Dapat pula diterima
calon suami Mia kelak, andai pada akhirnya Mia
harus menerangkan dengan jujur sebab-sebab ia
tidak perawan lagi sebelum naik ke jenjang pelaminan. Hanya, Madi. Barangkali kau meremehkan
bunyi kalimat syarat itu. Cinta suci, Madi. Cinta
suci seorang ayah, tidak akan pernah dimiliki
orang lain. Konon pula. sebuah benda mati !”
Turun dari bis di pertigaan jalan menuju desanya, Dumadi semakin masygul saja. Ia akan se
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
gera bertemu Ismiaty. dan..., Saniah! Mengapa?
Mengapa roh jahat itu tega memilh raga Saniah
sebagai tempat menyembunyikan diri dari pengetahuan Dumadi? Mengapa bukan orang lain?
Kembali Santika harus membuka pikiran Darnadi
yang kusut, dengan penjelasan:
'Bukankah ia bilang, ia akan selalu mengikutimu? Selalu mendampingimu? Agar ia mengetahui
sepak terjangmu. Mengetahui jalan pikiranmu.
Jadi. rencana atau usaha apa pun yang akan kau
lakukan ia selalu dapat mencegahnya. Roh jahat
itu tidak bodoh, Madi. Dia pun menyadari kenyataan hidup manusia. Siapa pun. Dan di mana
pun juga. Tempat paling tepat seorang suami
mengadu atau mengeluh, hanyalah pada isterinya
seorang...."
Pantas. Pantaslah kematian demi kematian itu
datang juga menimpa putera-puterinya. Tanpa
Dumadi mampu mencegah. Kalau emosi yang
diturutkan. sepatutnyalah Dumadi membenci Saniah. Sampai hati Saniah mengorbankan anak-anak kandungnya sendiri. Membiarkan mereka
semua mati penasaran. Namun kalau dipikir-pikir,
sebenarnya Saniah tidak bersalah la tidak tahu,
bahkan tidak menyadari seujung rambut pun juga.
bahwa melalui tangannya sendirilah anak-anak
kesayangannya mereka menemui ajal. Rupanya,
sebagai imbalan sembuhnya penyakit Saniah dulu
harus ditebus teramat mahal.
"Saniah malang...? desah Dumadi getir selagi
duduk di boncengan ojek sepeda motor yang
ngebut ke alamat yang dituju.
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
ia meneruskan. dengan suara dibuat-buat cemas
"Jangan terlalu cepat. Roy. Pelan-pelan sajalah...!
"Sekarang lagi jamnya marema, Pak Madi. Aku
harus memanfaatkannya. Lumayan deh untuk menutupi kekurangan setoran hari kemarin."
'Yah. Kalau kita celaka, bagaimana....'
'Aku orangnya selalu berhati-hati, Pak Madi."
"Kau iya. Orang lain. belum tentu."
'Nah. Kalau itu terjadi, yang salah bukan aku.
Tetapi orang lain!" dan si pengojek tertawa ngakak
sambil menambah kecepatan sepeda motornya
di antara kendaraan kendaraan lain yang hilir
mudik. Maklum, waktunya bubaran kantor, sekolah, pasar, dan banyak lagi kegiatan lain di
daerah kecamatan yang penduduknya memang
termasuk padat itu. -
Di tanjakan curam berbatu-batu, Dumadi turun
dari' ojek. la membayar ongkos sambil menggerutu
mengatakan bahwa perut dan pantatnya sakit-sakitan dibuat si pengojek. Anak muda itu cuma
ngakak dan ngebut lagi ke arah semula. Dumadi
menarik nafas memperhatikan sepeda motor yang
terbuntang banting di jalan jelek. Kalau kendaraan
itu cepat ringsek, yang rugi bukan si pengojek.
Selalu, si empunya ojek.
Dumadi memutar tubuh. Melanjutkan perjalanan dengan menyeberangi titian bambu yang terayun-ayun. kemudian tlba dijalan setapak menuju
rumahnya. Bagaimana ia harus bersikap pada
Saniah? Mampukah ia berlaku tidak janggal, ber
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
kata tidak semestinya, atau mencuri pandang
tanpa mencurigakan? Untunglah lsmiaty ada di
rumah. Anak manja itu. dari dulu kalau tidur di
rumah selalu ingin ditemani ibunya. Coba. andaikata malam ini dan malam berikutnya. Dumadi
terpaksa tidur di sisi Saniah. sedangkan ia tahu
bahwa dalam tubuh Saniah...,
'Makhluk terkutuk! Haram jadah sialan!” maki
Dumadi. Gusar
Tapi. ah ! Kalau ia emosi, bisa-bisa nanti di
rumah ia bertingkah tak wajar. Lebih baik memikirkan hal-hal lain. Yang lebih bermanfaat. Misalnya. mengenai pemuda bernama Januar itu. Datangkan Januar menemui lsmiaty. sepeninggal
Dumadi tadi pagi? Berhasil pulakah isrniaty mengusirnya sebagaimana dijanjikan anak gadis itu?
Dumadi belum pernah bertemu muka dengan
Januar. meskipun sebenarnya ada keinginan untuk itu. Dari cerita-cerita anak gadisnya baik melalui surat maupun kalau kebetulan pulang kampung, ia dengar Januar itu seorang pemuda baik
serta mau bertanggung jawab. Buktinya, walau ia
masih harus kuliah, Januar toh juga bekerja.
Dengan demikian. Januar tidak menambah beban
orangtuanya di kampung. Bahkan menurut lsmiaty, Januar malah setiap awal bulan setia dan
rajin mengirim sedikit uang untuk adik-adiknya.
Mungkin. Januar memang bakal suami yang
sepadan untuk lsmiaty.
Tetapi kehadirannya di saat-saat kritis begini,...
Dumadi menghentikan langkah ketika ia lihat
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN