Cerita Misteri | Tangan Tangan Setan | by Abdullah Harahap | Tangan Tangan Setan | Cersil Sakti | Tangan Tangan Setan pdf
Mahkota Cinta - Habiburrahman El-Shirazy Josep Sang Mualaf - Fajar Agustanto Namaku Izrail ! - Atmonadi Keluarga Flood - Tetangga Menyebalkan - Colin Thomphson Kumpulan Dongeng Anak
'seekor anjing menghadang jalannya. Anjing itu
berbulu putih dengan bintik-bintik hitam. berekor
pendek. Tubuhnya tidak terlalu besar. tetapi tam-pak kuat dan kokoh. Gonggongannya pun membuat jantung ciut. Apalagi. sambil menggonggong.
sepasang mata anjing itu memandang liar dan
galak ke mata Dumadi.
Anjing, merupakan salah satu makhluk hidup
di dunia ini, yang menempati bagian tersendiri
dalam hidup Dumadi. Waktu ia masih merangkak,
Dumadi menjerit-jerit karena seekor anjing tetangga menggigit mainannya. Seekor anjing lain
merampok pula potongan paha ayam di tangan
Dumadi yang masih bocah ingusan Setelah jadi
remaja tanggung, Dumadi mengganggu beberapa
ekor anak anjing. Lalu induk anjing itu mengejar
dan sempat menggigit betisnya, sebelum si pemilik anjing muncul sebagai dewa penyelamat.
Pada tahun-tahun berikutnya setelah Dumadi
menikah dan punya anak, bibit permusuhan antara
Dumadi dengan jenis makhluk yang satu itu terasa
makin meningkat saja. Mengikuti petunjuk seorang dua kerabat. Dumadi telah berusaha sedapat mungkin untuk bersikap tenang. Diam tak
bergerak. Tidak mengayun tangan dengan sikap
mencurigakan. Tidak pula memperlihatkan pandangan benci, dengan cara 'Dumadi pura-pura
memalingkan ke arah mana saja asal tidak melihat
ke si anjing. Beberapa kali usaha itu mendatangkan hasil juga. la dan anjing yang ditemuinya
dalam perjalanan, dapat berpisah tanpa satu sama
lain bentrok lebih dulu.
Namun banyak kali. Dumadi tidak' tahan dengan suara gonggongan anjing yang menghadang. Lebih-lebih kalau ada anjing yang nekat
menyerangnya. Bila itu tidak dapat dielakkan lagi,
Dumadi lantas menyambit makhluk pengganggu
dimaksud. Mungkin karena terlalu kencang menyambit, sasarannya jitu pula... beberapa ekor dari
anjing itu kemudian sekarat. Mati dengan kepala
retak, bahkan ada yang pecah.
Kalau cuma sekedar anjing kampung biasa
yang berkeliaran tanpa tuan yang jelas. tak apalah
Tetapi kalau kebetulan yang mati itu anjing penjaga rumah, anjing gembala. persoalannya jadi
lain Setelah beradu mulut dengan yang empunya
anjing. Dumadi terpaksa memberi ganti rugi. Sebagian kekayaan Dumadi dihabiskan untuk menebus bangkai seekor anjing. Harga termahal
yang pernah dibayamya, adalah untuk seekor
anjing ras milik pak Camat.
Anjing ras jenis doberman yang gagah itu
tengah berlari-lari pagi bersama tuannya dl alun~alun kecamatan. ketika suatu hari Dumadi berpapasan tidak sengaja. Anjing besar menakutkan
itu. setelah melihat Dumadi langsung menyalak
sedemikian rupa hebatnya, sehingga berdiri bulu
punduk Dumadi. Tak dapat dikuasai tuannya.
anjing itu terlepas dan langsung menyerbu ke arah
Dumadi. Dumadi kebetulan baru membeli golok
baru dari pasar. Reflek, goloknya dikeluarkan dan
dipergunakan membela diri. Dumadi tidak cidera.
Tetapi anjing itu, sekarat di trotoir dengan darah
membanjir dan kepala hampir belah dua.
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
Lawan' Dumadi, seorang Camat. Konon kesayangan pak Bupati pula.
Sedang ia sendiri. hanyalah rakyat kebanyakan. Sialnya pula, pada waktu kejadian ia dituduh
dengan sengaja membawa-bawa senjata tajam,
yang waktu itu dilarang keras
oleh aparat keamanan. Alasan apa pun yang
dikemukakan Dumadi sebagai pembelaan dari, ia
tetap kalah. Tak ada saksi untuk membenarkan
Pembelaannya. kecuali si pemilik anjing sendiri.
Dumadi dipojokkan sedemikian rupa. Seolah~olah
dia telah usil mengganggu anjing yang sedang
tenang-tenang berjalan dengan tuannya, terikat
pula .Anjing itu marah. Tuannya berusaha menenangkannya. Tetapi gagal. sehingga anjing itu
mati. Dumadi terancam masuk penjara karena
membawa-bawa senjata tajam di tempat umum
dan membunuh binatang kesayangan orang lain.
dumadi tidak mau repot-repot. Lagipula waktu itu
ia masih kaya. Maka, terpaksalah dengan tidak
rela ia harus mengorbankan uang jutaan rupiah.
Sebagai ganti rugi pada si pemilik anjing, dan
sebagian untuk menebus hari-hari yang mesti ia
lalui di balik jeruji
_ Dumadi bersikap tenang, manakala anjing
hitam berbintik-bintik putih itu menggeram keras,
memperlihatkan tanda-tanda bahwa binatang itu
tidak rela menyingkir begitu saja. Mulanya Dumadi
akan memaling. agar sorot mata mereka tidak
beradu dan kebencian memancar dl matanya.
Namun setelah melihat anjing hitam itu malah akan
menyerang. Dumadi menjadi kesal. Mana, pikiran
mengenai anak isterinya tengah menggejolaki
jiwa.
'Oke, Bung!” bisik Dumadi pada anjing jantan
itu. "Mari kita bermain-main sebentar..!
la mengambil ancang-ancang. Tak ada senjata di tangannya. Sialnya, tak pula ada batu.
potongan kayu dl sekitar. yang cukup dekat untuk
disambar. Setelah menggeram sekali lagi, anjing
itu tiba-tiba meloncat ke depan. Moncongnya yang
terbuka memperlihatkan taring-taring tajam menakutkan, terarah pada leher calon mangsanya.
secara naiuriah Dumadi mengelak ke samping.
Sambil mengelak, ia ayunkan lengan-lengannya
yang entah mengapa, saat itu terasa ringan dan
gerakannya gesit pula.
Leher Dumadi selamat dari serangan bahaya.
Lain halnya leher sang anjing. Tangkas sekali,
dua telapak tangan Dumadi tahu-tahu saja telah
mendarat di leher makhluk itu, dan menguncinya
dengan cekikan yang kuat. Anjing itu meronta-ronta Suara menyalaknya hilang, digantikan oleh
rintihan kesakitan dan putus asa. Sesaat ketika
mata Dumadi beradu dengan sepasang mata
anjing itu, terjadilah apa yang seharusnya terjadi !
Sang anjing mendadak lemas. sekujur tubuhnya
bergemetaran. Sorot matanya yang tadi tampak
biasa-biasa saja, terbalik-balik sehingga tampak
putihnya. Rlntlhannya pun tambah lenyap.
'Oh, tidak. Jangan keburu mati dulu," bisik
Dumadi berang. "Aku tak punya uang sekarang
ini untuk membayar bangkaimu !"
Lalu leher anjing dilepaskan
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
Binatang itu jatuh berdebuk di tanah. kelojotan sebentar. sementara Dumadi mundur beberapa tindak. Berjaga-jaga pada kemungkinan
anjing itu masih cukup segar dan bertambah
galak. Beberapa detik menegangkan berlalu,sampai perlahan-lahan anjing itu merayap berdiri.
Sempoyongan di atas empat kakinya.
Sedetik. anjing itu menatap ke mata Dumadi..
Kalau tadi yang tampak putih matanya, kini manik~manik mata sang anjing kelihatan menga ndung
cahaya merah berkilauan, Merah saga. Dumadi
sampai tercengang. karena belum pernah ia melihat seekor anjing bermata merah saga. Sebelum
keheranannya hilang, anjing itu, tiba-tiba sudah
melolong. Meiolong panjang dan lirih ke arah
matahari yang hampir terbenam.
Lalu kaki-kakinya menekuk lurus ke depan.
Kepalanya turun merendah. Sejajar dengan kakinya. Seperti sikap menyembah. Pasrah...!
Kemudian. dengan beberapa kali loncatan,
anjing hitam berbintik putih-putih tersebut sudah
menyeruak ke balik semak belukar. Larinya cepat
sekali. menuju rimbunan pepohonan. Kemudian,
lenyap ditelan kegelapan dalam naungan pepohonan rimbun itu.
Sayupsayup, lolongnya terdengar lagi di kejauhan.
Lolong panjang.
Lirih.
TIGA BELAS
MENJELANG magrib kakek Amsar muncul di
rumah dengan wajah letih dan sinar mata gundah.
Begitu pun, ia coba juga tersenyum pada Januar
yang membuka pintu. "Senang melihat kau baik-baik saja. Cucu: ujarnya, membesarkan hati. Lalu
pada isterinya, ia berteriak minta disediakan makan. Buru-buru permintaannya dikabulkan si nenek. la berusaha melayani suaminya sedapat-dapatnya, namun toh masih kena damprat: "Sayurnya kok asin banget! Rupanya. biar sudah
kering dan peot.. kau masih ingin kawin lagi ya?
”Belum” isterinya malah menggoda.
"Kalau masih laku sih. Silahkan saja!"
"Siapa bilang tak laku?"
"Pantatmu !
'Lho, kok....'
"Pantatmu sudah kering. Dan pasti asin seperti
sayur ini'
Dari ingin marah. si nenek justru tersenyum.
la menembak dengan jitu: "Nah Sayurku toh kau
makan. Jadi, kau juga masih suka pantatku...!" Si
nenek lalu tertawa meringkik sambil membereskan
meja karena suaminya sudah selesai makan. Sebelum suaminya_ sempat membalas, ia sudah
keburu ngacir ke belakang
Januar menunggu makian panjang pendek
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
kakek Amsar mereda. Perutnya sampai mules
menahan ketawa. Baru kemudian menegur halus:
"Pitanya sudah habis. Kakek?
'Belum'
'Habiskanlah..!
"Mana bisa. Nenekmu ngacir duluan...."
"Masih ada aku di sini. Kakek.”
'Uh. Perkara apa pula maka aku harus marah-marah padamu, Cucu?”
"Kukira akulah penyebab Kakek letih dan
marah-marah Kalau tak ada aku. Kakek tak perlu
keluyuran seharian ini. Omong-omong, Kakek.
Apa oleh-oleh yang Kakek bawa?
Orangtua itu menghela nafas berat. Berdesah:
"Banyak Namun tetap membingungkan..."
"Misalnya ?
Kakek Amsar melinting sebatang sigaret. la
akan menawarkan pada Januar, tetapi tak jadi.
"Syukur kau tak merokok! katanya "Tembakauku
tak cepat habis. Tidak seperti si Amsar... Eh.
kudengar kabar dia akan kawin. Apa benar?”
"Masih rencana, Kakek."
"Hem Dia sih memang pintar menyusun rencana. Aku tahu betul. dia punya rencana lain.
Karena masih kuliah. belum punya kerja... maka
biaya pernikahannya nanti pasti ditimpakan padaku. Hem... jangan harap ya!'__
Januar diam saia. Sebagaimana pernah dikatakan Arnsar, kakeknya toh bakal menyerah.
Senjata Amsar termasuk ampuh: neneknya. Lagipula, bukan itu pembicaraan yang dikehendaki
Januar. Karena itu dia tidak mengomentari apa-apa Sadar. orangtua di depannya sengaja berputar-putar dengan maksud meredakan kegelisahannya sendiri.
Kakek Amsar menghisap sigaretnya berulang-ulang. isapan kuat, sehingga ia sempat terbatuk-batuk. Setelah nafasnya berjalan normal kembali
ia pun bergumam ;'Bicara soal cucu kelewat di
sayang kakeknya, Saniah adalah contoh paling
tepat. Saniah memperoleh bagian terbesar warisan kakeknya. setelah orangtua yang malang itu
meninggal...,
'Malang, Kakek?”
"Teramat malang, malah. Karena selain menyerahkan harta demi cintanya pada sang cucu
ia juga terpaksa harus menyerahkan jiwanya!”
“Aku... aku tak mengerti."
'Mulanya, aku pun begitu Cucu. Sudah lama
sekali aku tidak memperdulikan lagi kabar burung
mengenai keluarga Saniah. Mereka makin menutup diri saja Tak mau ditawari bantuan. Kalau
didesak, malah balik tak suka. Kami dapat mengurus diri sendiri, demikianlah kata mereka selalu.
Minatku baru tergugah kembali. setelah kau
datang."
"Maafkan, Kakek. Aku telah merepotkan
kalian..."
“Merepotkan?' kakek Amsar membelalak.
"Malah aku senang. Dengan adanya kau, maka
aku punya alasan kuat untuk mendesak mereka
sekali lagi. Silahkan mereka mengurus diri sendiri.
kalau itu yang mereka mau. Tetapi mereka tidak
kuperbolehkan meremehkan jiwa orang lain. Aku
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
Mahkota Cinta - Habiburrahman El-Shirazy Josep Sang Mualaf - Fajar Agustanto Namaku Izrail ! - Atmonadi Keluarga Flood - Tetangga Menyebalkan - Colin Thomphson Kumpulan Dongeng Anak
'seekor anjing menghadang jalannya. Anjing itu
berbulu putih dengan bintik-bintik hitam. berekor
pendek. Tubuhnya tidak terlalu besar. tetapi tam-pak kuat dan kokoh. Gonggongannya pun membuat jantung ciut. Apalagi. sambil menggonggong.
sepasang mata anjing itu memandang liar dan
galak ke mata Dumadi.
Anjing, merupakan salah satu makhluk hidup
di dunia ini, yang menempati bagian tersendiri
dalam hidup Dumadi. Waktu ia masih merangkak,
Dumadi menjerit-jerit karena seekor anjing tetangga menggigit mainannya. Seekor anjing lain
merampok pula potongan paha ayam di tangan
Dumadi yang masih bocah ingusan Setelah jadi
remaja tanggung, Dumadi mengganggu beberapa
ekor anak anjing. Lalu induk anjing itu mengejar
dan sempat menggigit betisnya, sebelum si pemilik anjing muncul sebagai dewa penyelamat.
Pada tahun-tahun berikutnya setelah Dumadi
menikah dan punya anak, bibit permusuhan antara
Dumadi dengan jenis makhluk yang satu itu terasa
makin meningkat saja. Mengikuti petunjuk seorang dua kerabat. Dumadi telah berusaha sedapat mungkin untuk bersikap tenang. Diam tak
bergerak. Tidak mengayun tangan dengan sikap
mencurigakan. Tidak pula memperlihatkan pandangan benci, dengan cara 'Dumadi pura-pura
memalingkan ke arah mana saja asal tidak melihat
ke si anjing. Beberapa kali usaha itu mendatangkan hasil juga. la dan anjing yang ditemuinya
dalam perjalanan, dapat berpisah tanpa satu sama
lain bentrok lebih dulu.
Namun banyak kali. Dumadi tidak' tahan dengan suara gonggongan anjing yang menghadang. Lebih-lebih kalau ada anjing yang nekat
menyerangnya. Bila itu tidak dapat dielakkan lagi,
Dumadi lantas menyambit makhluk pengganggu
dimaksud. Mungkin karena terlalu kencang menyambit, sasarannya jitu pula... beberapa ekor dari
anjing itu kemudian sekarat. Mati dengan kepala
retak, bahkan ada yang pecah.
Kalau cuma sekedar anjing kampung biasa
yang berkeliaran tanpa tuan yang jelas. tak apalah
Tetapi kalau kebetulan yang mati itu anjing penjaga rumah, anjing gembala. persoalannya jadi
lain Setelah beradu mulut dengan yang empunya
anjing. Dumadi terpaksa memberi ganti rugi. Sebagian kekayaan Dumadi dihabiskan untuk menebus bangkai seekor anjing. Harga termahal
yang pernah dibayamya, adalah untuk seekor
anjing ras milik pak Camat.
Anjing ras jenis doberman yang gagah itu
tengah berlari-lari pagi bersama tuannya dl alun~alun kecamatan. ketika suatu hari Dumadi berpapasan tidak sengaja. Anjing besar menakutkan
itu. setelah melihat Dumadi langsung menyalak
sedemikian rupa hebatnya, sehingga berdiri bulu
punduk Dumadi. Tak dapat dikuasai tuannya.
anjing itu terlepas dan langsung menyerbu ke arah
Dumadi. Dumadi kebetulan baru membeli golok
baru dari pasar. Reflek, goloknya dikeluarkan dan
dipergunakan membela diri. Dumadi tidak cidera.
Tetapi anjing itu, sekarat di trotoir dengan darah
membanjir dan kepala hampir belah dua.
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
Lawan' Dumadi, seorang Camat. Konon kesayangan pak Bupati pula.
Sedang ia sendiri. hanyalah rakyat kebanyakan. Sialnya pula, pada waktu kejadian ia dituduh
dengan sengaja membawa-bawa senjata tajam,
yang waktu itu dilarang keras
oleh aparat keamanan. Alasan apa pun yang
dikemukakan Dumadi sebagai pembelaan dari, ia
tetap kalah. Tak ada saksi untuk membenarkan
Pembelaannya. kecuali si pemilik anjing sendiri.
Dumadi dipojokkan sedemikian rupa. Seolah~olah
dia telah usil mengganggu anjing yang sedang
tenang-tenang berjalan dengan tuannya, terikat
pula .Anjing itu marah. Tuannya berusaha menenangkannya. Tetapi gagal. sehingga anjing itu
mati. Dumadi terancam masuk penjara karena
membawa-bawa senjata tajam di tempat umum
dan membunuh binatang kesayangan orang lain.
dumadi tidak mau repot-repot. Lagipula waktu itu
ia masih kaya. Maka, terpaksalah dengan tidak
rela ia harus mengorbankan uang jutaan rupiah.
Sebagai ganti rugi pada si pemilik anjing, dan
sebagian untuk menebus hari-hari yang mesti ia
lalui di balik jeruji
_ Dumadi bersikap tenang, manakala anjing
hitam berbintik-bintik putih itu menggeram keras,
memperlihatkan tanda-tanda bahwa binatang itu
tidak rela menyingkir begitu saja. Mulanya Dumadi
akan memaling. agar sorot mata mereka tidak
beradu dan kebencian memancar dl matanya.
Namun setelah melihat anjing hitam itu malah akan
menyerang. Dumadi menjadi kesal. Mana, pikiran
mengenai anak isterinya tengah menggejolaki
jiwa.
'Oke, Bung!” bisik Dumadi pada anjing jantan
itu. "Mari kita bermain-main sebentar..!
la mengambil ancang-ancang. Tak ada senjata di tangannya. Sialnya, tak pula ada batu.
potongan kayu dl sekitar. yang cukup dekat untuk
disambar. Setelah menggeram sekali lagi, anjing
itu tiba-tiba meloncat ke depan. Moncongnya yang
terbuka memperlihatkan taring-taring tajam menakutkan, terarah pada leher calon mangsanya.
secara naiuriah Dumadi mengelak ke samping.
Sambil mengelak, ia ayunkan lengan-lengannya
yang entah mengapa, saat itu terasa ringan dan
gerakannya gesit pula.
Leher Dumadi selamat dari serangan bahaya.
Lain halnya leher sang anjing. Tangkas sekali,
dua telapak tangan Dumadi tahu-tahu saja telah
mendarat di leher makhluk itu, dan menguncinya
dengan cekikan yang kuat. Anjing itu meronta-ronta Suara menyalaknya hilang, digantikan oleh
rintihan kesakitan dan putus asa. Sesaat ketika
mata Dumadi beradu dengan sepasang mata
anjing itu, terjadilah apa yang seharusnya terjadi !
Sang anjing mendadak lemas. sekujur tubuhnya
bergemetaran. Sorot matanya yang tadi tampak
biasa-biasa saja, terbalik-balik sehingga tampak
putihnya. Rlntlhannya pun tambah lenyap.
'Oh, tidak. Jangan keburu mati dulu," bisik
Dumadi berang. "Aku tak punya uang sekarang
ini untuk membayar bangkaimu !"
Lalu leher anjing dilepaskan
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
Binatang itu jatuh berdebuk di tanah. kelojotan sebentar. sementara Dumadi mundur beberapa tindak. Berjaga-jaga pada kemungkinan
anjing itu masih cukup segar dan bertambah
galak. Beberapa detik menegangkan berlalu,sampai perlahan-lahan anjing itu merayap berdiri.
Sempoyongan di atas empat kakinya.
Sedetik. anjing itu menatap ke mata Dumadi..
Kalau tadi yang tampak putih matanya, kini manik~manik mata sang anjing kelihatan menga ndung
cahaya merah berkilauan, Merah saga. Dumadi
sampai tercengang. karena belum pernah ia melihat seekor anjing bermata merah saga. Sebelum
keheranannya hilang, anjing itu, tiba-tiba sudah
melolong. Meiolong panjang dan lirih ke arah
matahari yang hampir terbenam.
Lalu kaki-kakinya menekuk lurus ke depan.
Kepalanya turun merendah. Sejajar dengan kakinya. Seperti sikap menyembah. Pasrah...!
Kemudian. dengan beberapa kali loncatan,
anjing hitam berbintik putih-putih tersebut sudah
menyeruak ke balik semak belukar. Larinya cepat
sekali. menuju rimbunan pepohonan. Kemudian,
lenyap ditelan kegelapan dalam naungan pepohonan rimbun itu.
Sayupsayup, lolongnya terdengar lagi di kejauhan.
Lolong panjang.
Lirih.
TIGA BELAS
MENJELANG magrib kakek Amsar muncul di
rumah dengan wajah letih dan sinar mata gundah.
Begitu pun, ia coba juga tersenyum pada Januar
yang membuka pintu. "Senang melihat kau baik-baik saja. Cucu: ujarnya, membesarkan hati. Lalu
pada isterinya, ia berteriak minta disediakan makan. Buru-buru permintaannya dikabulkan si nenek. la berusaha melayani suaminya sedapat-dapatnya, namun toh masih kena damprat: "Sayurnya kok asin banget! Rupanya. biar sudah
kering dan peot.. kau masih ingin kawin lagi ya?
”Belum” isterinya malah menggoda.
"Kalau masih laku sih. Silahkan saja!"
"Siapa bilang tak laku?"
"Pantatmu !
'Lho, kok....'
"Pantatmu sudah kering. Dan pasti asin seperti
sayur ini'
Dari ingin marah. si nenek justru tersenyum.
la menembak dengan jitu: "Nah Sayurku toh kau
makan. Jadi, kau juga masih suka pantatku...!" Si
nenek lalu tertawa meringkik sambil membereskan
meja karena suaminya sudah selesai makan. Sebelum suaminya_ sempat membalas, ia sudah
keburu ngacir ke belakang
Januar menunggu makian panjang pendek
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
kakek Amsar mereda. Perutnya sampai mules
menahan ketawa. Baru kemudian menegur halus:
"Pitanya sudah habis. Kakek?
'Belum'
'Habiskanlah..!
"Mana bisa. Nenekmu ngacir duluan...."
"Masih ada aku di sini. Kakek.”
'Uh. Perkara apa pula maka aku harus marah-marah padamu, Cucu?”
"Kukira akulah penyebab Kakek letih dan
marah-marah Kalau tak ada aku. Kakek tak perlu
keluyuran seharian ini. Omong-omong, Kakek.
Apa oleh-oleh yang Kakek bawa?
Orangtua itu menghela nafas berat. Berdesah:
"Banyak Namun tetap membingungkan..."
"Misalnya ?
Kakek Amsar melinting sebatang sigaret. la
akan menawarkan pada Januar, tetapi tak jadi.
"Syukur kau tak merokok! katanya "Tembakauku
tak cepat habis. Tidak seperti si Amsar... Eh.
kudengar kabar dia akan kawin. Apa benar?”
"Masih rencana, Kakek."
"Hem Dia sih memang pintar menyusun rencana. Aku tahu betul. dia punya rencana lain.
Karena masih kuliah. belum punya kerja... maka
biaya pernikahannya nanti pasti ditimpakan padaku. Hem... jangan harap ya!'__
Januar diam saia. Sebagaimana pernah dikatakan Arnsar, kakeknya toh bakal menyerah.
Senjata Amsar termasuk ampuh: neneknya. Lagipula, bukan itu pembicaraan yang dikehendaki
Januar. Karena itu dia tidak mengomentari apa-apa Sadar. orangtua di depannya sengaja berputar-putar dengan maksud meredakan kegelisahannya sendiri.
Kakek Amsar menghisap sigaretnya berulang-ulang. isapan kuat, sehingga ia sempat terbatuk-batuk. Setelah nafasnya berjalan normal kembali
ia pun bergumam ;'Bicara soal cucu kelewat di
sayang kakeknya, Saniah adalah contoh paling
tepat. Saniah memperoleh bagian terbesar warisan kakeknya. setelah orangtua yang malang itu
meninggal...,
'Malang, Kakek?”
"Teramat malang, malah. Karena selain menyerahkan harta demi cintanya pada sang cucu
ia juga terpaksa harus menyerahkan jiwanya!”
“Aku... aku tak mengerti."
'Mulanya, aku pun begitu Cucu. Sudah lama
sekali aku tidak memperdulikan lagi kabar burung
mengenai keluarga Saniah. Mereka makin menutup diri saja Tak mau ditawari bantuan. Kalau
didesak, malah balik tak suka. Kami dapat mengurus diri sendiri, demikianlah kata mereka selalu.
Minatku baru tergugah kembali. setelah kau
datang."
"Maafkan, Kakek. Aku telah merepotkan
kalian..."
“Merepotkan?' kakek Amsar membelalak.
"Malah aku senang. Dengan adanya kau, maka
aku punya alasan kuat untuk mendesak mereka
sekali lagi. Silahkan mereka mengurus diri sendiri.
kalau itu yang mereka mau. Tetapi mereka tidak
kuperbolehkan meremehkan jiwa orang lain. Aku
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN