Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Sunshine Becomes You - 23

$
0
0
Cerita Remaja | Sunshine Becomes You | by Ilana Tan | Sunshine Becomes You | Cersil Sakti | Sunshine Becomes You pdf

Petualangan Tom Sawyer - Mark Twain Pendekar Rajawali Sakti - 122. Sepasang Pendekar Bertopeng Suara Dari Alam Gaib - Abdullah Harahap Sang Broker - John Grisham Sumpah Berdarah - Abdullah Harahap

gar Mia yang terkesiap pelan ketika tangan Alex menyentuh tangannya. "Mereka baru tiba dari Tokyo dan mereka hanya ingin melihat keadaanku. Tidak ada acara resmi."
 
  "Ini suamiku," kata ibu Alex kepada Mia ketika Mia dan Alex masuk ke ruang duduk. Alex melepaskan tangan Mia dan Mia mendapati dirinya bisa bernapas kembali dengan normal. Ia memaksakan seulas senyum kepada pria berwajah serius namun memiliki senyum ramah yang sedang duduk di depan piano Alex.
 
  Sementara berjabat tangan dengan Mr. Hirano, Mia mendengar Mrs. Hirano berkata kepada Alex, "Sebaiknya kau menelepon adikmu dan suruh dia datang ke sini untuk sarapan bersama kalau dia mau. Dan kau boleh pergi mandi. Biar aku yang menemani Mia."
 
  "Tapi." Alex terlihat enggan.
 
  Ibunya memukul bahu Alex dan mengomel, "Tidak ada tapi-tapi. Pergi mandi sekarang. Setelah itu kita akan sarapan."
 
  Mia tersenyum melihat adegan kecil itu. Ia melihat Alex menghampirinya dan bertanya dengan suara pelan, "Sebaiknya aku mandi dulu. Kau... kau tidak apa-apa, bukan?"
 
  Tidak mengerti kenapa laki-laki itu bertanya seperti itu, Mia hanya tersenyum dan menggeleng. "Tidak apa-apa. Aku akan membantu ibumu di dapur."
 
  Tiba-tiba Alex Hirano tersenyum, membuat Mia terpaku sasaat. "Baiklah," kata Alex. "Aku tidak tahu kenapa aku sempat ragu meninggalkanmu bersama orangtuaku. Seharusnya aku tahu kau pasti bisa menghadapi mereka dengan baik. Seperti biasa."
 
  Kemudian Alex berbalik dan berjalan ke kamar tidurnya, meninggalkan Mia yang masih berdiri mematung di tempat. Sungguh, bukan hanya sentuhan laki-laki itu yang berakibat buruk bagi jantung Mia, tetapi senyumnya juga. Bagaimana ini?
 
  *****
 
  Alex mandi secepat mungkin. Sebenarnya ia memang agak ragu meninggalkan Mia sendirian bersama orangtuanya, terutama ibunya, karena itu ibunya akan mulai menginterogasi Mia. Tetapi ia merasa Mia bisa menghadapi ibunya. Mia sepertinya selalu bisa bergaul baik dengan siapa pun juga.
 
  Walaupun begitu Alex tetap mandi dan berganti pakaian dengan cepat, secepat yang bisa dilakukannya dengan satu tangan.
 
  Ketika ia kembali ke ruang duduk, ia tidak menemukan siapa pun di sana. Orangtuanya sedang duduk di bangku tinggi dan Mia sedang menuangkan kopi untuk mereka. Mereka bertiga terlihat seperti teman lama yang sedang minum kopi sambil bercakap-cakap. Melihat Mia dan orangtuanya di dapur membuat Alex merasakan sesuatu yang aneh yang sulit dijelaskan.
 
  Mia-lah yang pertama kali merasakan kehadiran Alex. Gadis itu menoleh dan tersenyum lebar kepadanya. Dan perasaan aneh di dada Alex semakin nyata. Apa yang terjadi padanya?
 
  "Aku sudah menyiapkan kopimu," kata Mia ketika Alex masuk ke dapur dan duduk di bangku tinggi di samping ayahnya.
 
  "Kau tahu? Mia bisa membuat kopi yang sangat enak," kata ayahnya.
 
  "Aku tahu, Dad," gumam Alex semntara Mia meletakkan secangkir kopi dihdapannya.
 
  Sementara ayahnya bercerita kepada Mia tentang pertunjukan orkestra yang akan digelarnya bulan depan, Alex melihat ibunya turun dari bangku tinggi dan berjalan ke arahnya.
 
  "Kau tidak pernah memberitahuku bahwa Mia-lah yang menyebabkan tanganmu cedera," kata ibunya dengan suara rendah setelah ia berdiri di samping Alex. Suaranya tidak terdengar marah, malah Alex menangkap seberkas nada geli di sana.
 
  "Oh, ya?" gumam Alex berpura-pura bodoh.
 
  "Mia yang memberitahuku. Katanya itulah sebabnya dia memutuskan membantumu sampai tanganmu sembuh," kata ibunya lagi.
 
  Alex tidak berkomentar.
 
  "Kenapa? Kenapa tidak memberitahu soal itu? Takut aku marah-marah padanya? Takut aku melakukan sesuatu padanya atau melakukan yang buruk padanya?"
 
  "Tidak," sahut Alex cepat. lalu ia menatap ibunya dengan tatapan menyelidik. "Apakah Mom akan marah-marah padanya atau melakukan sesuatu yang buruk padanya?"
 
  Ibunya mendengus pelan dan tersenyum. "Sepertinya kita agak protektif, bukan?"
 
  Alex tahu maksud ibunya dengan "kita" adalah Alex sendiri.
 
  "Tenang saja. Aku tidak marah." Ibunya tersenyum penuh arti. "Sepertinya dia gadis yang baik. Ray beruntung punya teman seperti dia."
 
  "Apa?" Alex menatap ibunya tidak m
  http://cerita-silat.mywapblog.com
Sunshine Becomes You - Ilana Tan

  engerti.
 
  "Katamu di teman Ray, bukan? Dan dari apa yang kau katakan tadi, aku mendapat kesan Ray menyukai gadis itu."
 
  "Yah. Yah, begitulah," sahut Alex agak ragu.
 
  "Makanya kubilang Ray beruntung."
 
  Alex menoleh menatap Mia yang sedang tertawa karena sesuatu yang dikatakan ayah Alex. Menyadari tatapan Alex, gadis itu enoleh ke arahnya, masih tersenyum.
 
  "Omong-omong," kata ibunya tiba-tiba dengan suara yang lebih keras, "aku sudah meminta Mia menelepon Ray ketika kau mandi tadi. Kata Ray, dia akan segera datang. Mia dan aku sudah membuat panekuk. Kalian mau makan dulu atau mau menunggu Ray?"
 
  "Aku mau makan dulu," sahut ayahnya cepat. "Aku tidak yakin bisa menunggu sampai anak itu datang."
 
  "Hei, ada apa?"
 
  Alex mengangkat wajah dan melihat Mia sudah berdiri di hadapannya dan menatapnya dengan tatapan bertanya. Ia tidak mungkin memberitahu gadis itu bahwa ia merasa terusik dengan kata-kata ibunya tadi, jadi ia hanya tersenyum kecil dan menggeleng. "Tidak apa-apa."
 
  "Kau mau makan sekarang?" tanya Mia.
 
  "Tentu."
 
  Mia tersenyum. "Aku akan memotong-motong panekuknya jadi kau bisa langsung memakannya dengan satu tangan."
 
  "Kulihat kau sudah berteman baik dengan orangtuaku," gumam Alex, masih heran melihat bagaimana gadis itu bisa dengan mudahnya mendekatkan diri dengan orang-orang.
 
  "Orangtuamu sangat menyenangkan," kata Mia sambil mengangkat bahu.
 
  Alex baru membuka mulut hendak mengatakan sesuatu ketika bel interkom berbunyi.
 
  Mia menoleh ke arah pintu dan berkata, "Ah, Ray sudah datang."
 
 
 
  Bab Lima Belas
 
 
  KIM HIRANO diam-diam mengamati kedua putranya selama sarapan. Ray jelas-jelas menyukai Mia Clark. Semua itu terlihat dari caranya memandang, caranya berbicara, dan caranya tersenyum kepada gadis itu. Astaga, Ray bahkan tidak berusaha menyembunyikannya. Gadis itu pastilah buta atau benar-benar bodoh kalau tidak menyadari Ray menyukainya.
 
  Sedangkan Alex. Kim tidak tahu apa yang dipikirkan putra sulungnya. Anak itu lebih sulit dibaca daripada adiknya. Alex lebih pendiam daripada Ray, lebih tenang dan lebih pandai menyembunyikan perasaan. Tetapi sesekali Kim melihat Alex memandang ke arah Mia Clark ketika gadis itu tidak menyadarinya. Kim tidak bisa mengartikan pandangan itu, tetapi ia yakin ada sesuatu di sana. Ada sesuatu yang terjadi antara Alex dan gadis itu. Sesuatu yang masih belum jelas.
 
  Menurut pengamatan Kim, di antara kedua putranya, Ray-lah yang terlihat lebih akrab dengan Mia. Ray-lah yang lebih sering mengobrol dengan Mia dan melibatkan Mia dalam percakapan di meja makan. Tetapi anehnya, kelihatannya Alex-lah yang lebih mengenal gadis itu. Kim melihat bagaimana Alex mengambil serbet dan mengulurkannya kepada Mia ketika melihat gadis itu mencari-cari sesuatu. Kim juga melihat bagaimana Alex otomastis mendorong mangkuk kecil berisi potongan lemon di atas meja di hadapannya ke arah Mia ketika gadis itu keluar dari dapur sambil membawa cangkir teh dan duduk di antara Alex dan Ray di meja makan.
 
  Ini menarik, pikir Kim. Ray lebih akrab dengan Mia, tetapi Alex-lah yang lebih mengenal kebiasaan-kebiasaan Mia. Bagaimana dengan gadis itu sendiri? Kim penasaran dengan apa yang ada dalam pikiran Mia Clark.
 
  Mia sepertinya memperlakukan Ray dan Alex dengan cara yang sama. Sepertinya ia tidak memiliki ketertarikan khusus pada salah satu putra Kim. Gadis itu menatap mereka dengan cara yang sama, berbicara dengan mereka dengan cara yang sama, dan tersenyum kepada mereka dengan cara yang sama.
 
  Alis Kim berkerut samar. Apakah gadis itu tidak tertarik pada kedua laki-laki tersebut? Lebih buruk lagi, apakah gadis itu hanya mempermainkan mereka? Tidak, tidak mungkin. Sikapnya tidak seperti sikap wanita yang suka mempermainkan dua pria sekaligus. Kim cukup yakin tentang hal itu. Ia percaya pada nalurinya. Naluri wanita tidak boleh diremehkan. Kali ini naluri Kim berkata bahwa Mia Clark tidak sedang mempermainkan kedua putranya. Mungkin Mia memang tidak tertarik pada mereka berdua.
 
  Anak-anakku yang malang, desah Kim dalam hati.
 
  Saat itu Mia berdiri dan mengangkat piringnya y
  http://cerita-silat.mywapblog.com
Sunshine Becomes You - Ilana Tan

 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>