Cerita Silat | Tarian Liar Naga Sakti | by Marshall | Tarian Liar Naga Sakti | Cersil Sakti | Tarian Liar Naga Sakti pdf
Petualangan Tom Sawyer - Mark Twain Pendekar Rajawali Sakti - 122. Sepasang Pendekar Bertopeng Suara Dari Alam Gaib - Abdullah Harahap Sang Broker - John Grisham Sumpah Berdarah - Abdullah Harahap
ataupun
persiapan awal untuk menghadapi tantangan
Bengkauw Persia yang justru terkesan lebih
berbahaya dan serius. Karena itu, semua, kecuali Ceng
Liong, akhirnya merasa jauh lebih lega untuk makan
malam. Dan apa yang dipikirkan Ceng Liong akhirnya
dipercakapkannya seperti biasanya dengan teman-
temannya, MALAM ITU JUGA.
"Ada hal yang agak mengganggu tetapi harus segera
kita selesaikan malam ini juga. Karena besok, kita
harus mulai bekerja agar punya cukup waktu untuk
mempersiapkan diri kita. Tetapi sebelum mulai, biarlah
kuberitahukan apa dan siapa yang sedang menjadi
lawan kita dalam pibu itu nanti ......."
Sebelum melanjutkan uraiannya, Ceng Liong
memandangi wajah teman-temannya yang
memandangnya dengan antusias. Tetapi, melihat
keadaan Ceng Liong, mereka yang sejak sore tadi
bertanya-tanya dengan Ceng Liong yang seperti tidak
fokus dalam membahas pibu atau tantangan
Bengkauw, menjadi tercekat. Pasti ada sesuatu yang
hebat dan belum mereka tahu:
"Tokoh yang menantang kita kali ini dengan mengatas
namakan Bengkauw Persia, bernama ASHA VAHISTA.
Tokoh mujijat yang konon kepandaiannya setingkat
dengan Kolomoto Ti Lou dan para suhu kita, dan
kelihatannya dia memiliki hubungan yang aneh dan
rumit dengan Bengkauw Persia. Hanya saja,
bagaimana jenis hubungan itu, aku sendiri tidak bisa
menebak ......"
"Liong Koko, yang benar ....."? Mei Lan yang kaget
setengah mati langsung menyela. Dan dia seperti
mewakili kekagetan Tek Hoat dan juga Giok Lian.
Mereka berhadapan dengan tokoh lain yang kini lebih
hebat lagi dari lawan mereka selama ini.
"Jangan menyela ....... malam ini, biarlah kalian
mendengarkan secara lebih jelas, termasuk pibu
beberapa malam lalu dan mengapa kita seperti
dibiarkan menang. Hal ini penting untuk persiapan kita
kedepan ......."
"Baiklah, kami siap mendengarkan ....." Tek Hoat
berkata sambil memandangi Giok Lian dan Mei Lan
mengajak mereka serius mendengarkan.
"Asha Vahista merupakan tokoh dengan bakat mujijat
yang setara para suhu kita dan menurut Kolomoto Ti
Lou locianpwee, kemujijatannya setara dengan orang
tua itu (Kolomoto Ti Lou). Karena itu, kita sedang
berhadapan dengan tokoh mujijat yang bahkan lebih
matang dan lebih berpengalaman dariku. Hal ini sudah
kudiskusikan dengan Nenggala yang menerima
wasiat dari Kolomoto Ti Lou sebelum orang tua itu
kembali ke Nusantara. Bahkan lebih dari itu, konon,
selain Asha Vahista, masih ada tokoh lain di Tibet
yang memiliki kemampuan serupa dan sama
sepuhnya dengan locianpwe Kolomoto Ti Lou. Hanya,
tokoh inipun sudah sangat sepuh. Mengenai
sejelasnya siapa Asha Vihasta, kita masih harus
menunggu lebih lama sebelum dia menampakkan
dirinya kepadaku sesuai janjinya dalam surat.
Pertemuan kami beberapa waktu lalu hanya sangat
sekilas, tetapi biarlah kutegaskan malam ini,
kemampuannya memang sungguh mujijat.
Sejujurnya, aku tidak berani mengatakan mampu
memenangkan pertarungan melawannya. Bukan tidak
mungkin tokoh itu malah masih berada diatasku ......"
Ceng Liong berdiam diri sejenak. Dia memandangi Tek
Hoat bertiga, tetapi saking antusias dan tegangnya,
mereka bertiga tidak mampu lagi bersuara:
"Konon, menurut sesepuh di Siauw Lim Sie, ada
seorang tokoh yang pernah bertarung cukup ketat,
sehari semalam namun kalah menghadapi Asha
Vihasta. Tokoh itu sampai saat ini sudah memeram
diri selama 25 tahun di Siauw Lim Sie setelah
kekalahannya, dan sedang melatih ilmu mujijat yang
baru guna menuntut balas. Tokoh ini adalah seorang
fanatik ilmu silat meski dia seorang Bhiksu. Kuduga,
sesepuh Siauw Lim Sie tidak tahu jika lawan yang
pernah tipis mengalahkan tokoh Siauw Lim Sie itu
adalah Asha Vihasta. Dan tokoh Siauw Lim Sie inilah
yang nampaknya datang memburu Asha Vihasta
sehingga tokoh Persia ini batal memenuhi janjinya
untuk pibu dan menemui kita beberapa hari lalu.
Tapi ..... ini adalah analisaku semata.Meski demikian,
hanya alasan ini yang kulihat, dan sebagaimana juga
dijelaskan dalam s
http://cerita-silat.mywapblog.com
urat tantangannya yang bisa
menjelaskan alasan ketidakmunculannya. Mari kita
berharap, tokoh Siauw Lim Sie yang juga digdaya itu
tidak mendatangkan persoalan baru di Tionggoan,
sebab jika tidak, tanggungjawab kita semakin
besar ......."
Kembali Ceng Liong berhenti sejenak. Tetapi, sampai
pada titik inipun, tidak ada dari Tek Hoat, Mei Lan,
Giok Lian dan yang lainnya yang menyela maupun
bertanya untuk memperjelas. Hanya saja, mendengar
adanya tokoh-tokoh baru yang digdaya serta mujijat
membuat mereka tersentak. Sungguh tepat ujar-ujar
para bijaksanawan: diatas langit masih ada langit.
"Persoalan kemenangan kita di pibu sebelumnya,
dapatlah kujelaskan seperti ini: Beberapa bulan
sebelumnya, di Thian San, kutemukan sebuah cara
yang tidak tertulis tetapi yang diwariskan oleh Koai
Todjin kepadaku. Kemampuan itu adalah menilai,
menganalisis dan mendalami ilmu orang dan
kemudian menemukan tandingannya atau bahkan
ilmu atau jurus untuk memunahkannya. Hal ini sudah
coba kupraktekkan untuk ilmu Thian San Pay dan
Lembah Saldju Bernyanyi dan hasilnya sungguh luar
biasa. Jika kuceritakan, mungkin sulit untuk kalian
percayai. Tapi ringkasnya begini - Kakek Dewa
Pedang hidup ratusan tahun sesudah Kakek Koai
Todjin, tetapi ilmu khas Thian San Pay yang diciptakan
ratusan tahun sesudah Kakek Koai Todjin justru
"dilengkapi" oleh ilmu yang diciptakan ratusan tahun
sebelumnya. Ilmu Thian San Pay yang mujijat
diciptakan lebih kurang 100-120 tahun silam oleh
Kakek Dewa Pedang. Tetapi, ilmu yang
melengkapinya dan menyempurnakannya, justru
diciptakan 50 tahun sebelum Kakek Dewa Pedang.
Ketika Tik Hong Peng Ciangbundjin bertarung
melawan Tham Beng Kui Tocu Lembah Saldju
Bernyanyi, mereka masing-masing seimbang dan
belum mampu melawan Lamkion Li Cu jika maju
masing-masing. Tetapi, ketika mereka maju bersama,
mereka mampu mengusir perempuan yang bahkan
sudah menguasai secara hampir sempurna Cit Sat Sin
Ciang ....... kalian bisa membayangkan bagaimana
gabungan kekuatan itu? Tetapi yang hebat dan aneh,
ilmu yang melengkapi justru diciptakan duluan. Kalian
tahu rahasianya? Rahasianya adalah kemampuan
yang luar biasa menganalisis, menilai dan memetakan
ilmu ini akan berkembang kemana. Dan itulah puncak
kehebatan warisan Koai Todjin itu kepadaku. Sayang,
untuk tiba pada titik tertingginya, masih dibutuhkan
banyak waktu. Tetapi, bahwa untuk menilai dan
mencari celah menaklukkan ilmu tertentu, sudah
sanggup kulakukan. Sekarang, coba kalian sendiri
menjawab pertanyaanku ini, "jika aku mampu
melakukannya, yakni menilai dan menganalisis jurus
lawan, apakah tidak mungkin bagi Asha Vihasta,
tokoh hebat Persia itu melakukan hal yang sama ....."?
"Astaga Liong koko, apakah maksudmu ......
maksudmu, mereka itu ...... mereka kemarin itu hanya
berusaha menilai kemampuan kita dan dengan
demikian memang memberi kesempatan kita untuk
mengeluarkan jurus simpanan......"? bergetar suara
Liang Mei Lan ketika bertanya dan menyadari kemana
arah percakapan dan penjelasan Kiang Ceng Liong
kepada mereka semua. Hal yang sama menyentak
dan membuat Giok Lian dan Tek Hoat juga terkejut
setengah mati.
http://cerita-silat.mywapblog.com
Petualangan Tom Sawyer - Mark Twain Pendekar Rajawali Sakti - 122. Sepasang Pendekar Bertopeng Suara Dari Alam Gaib - Abdullah Harahap Sang Broker - John Grisham Sumpah Berdarah - Abdullah Harahap
ataupun
persiapan awal untuk menghadapi tantangan
Bengkauw Persia yang justru terkesan lebih
berbahaya dan serius. Karena itu, semua, kecuali Ceng
Liong, akhirnya merasa jauh lebih lega untuk makan
malam. Dan apa yang dipikirkan Ceng Liong akhirnya
dipercakapkannya seperti biasanya dengan teman-
temannya, MALAM ITU JUGA.
"Ada hal yang agak mengganggu tetapi harus segera
kita selesaikan malam ini juga. Karena besok, kita
harus mulai bekerja agar punya cukup waktu untuk
mempersiapkan diri kita. Tetapi sebelum mulai, biarlah
kuberitahukan apa dan siapa yang sedang menjadi
lawan kita dalam pibu itu nanti ......."
Sebelum melanjutkan uraiannya, Ceng Liong
memandangi wajah teman-temannya yang
memandangnya dengan antusias. Tetapi, melihat
keadaan Ceng Liong, mereka yang sejak sore tadi
bertanya-tanya dengan Ceng Liong yang seperti tidak
fokus dalam membahas pibu atau tantangan
Bengkauw, menjadi tercekat. Pasti ada sesuatu yang
hebat dan belum mereka tahu:
"Tokoh yang menantang kita kali ini dengan mengatas
namakan Bengkauw Persia, bernama ASHA VAHISTA.
Tokoh mujijat yang konon kepandaiannya setingkat
dengan Kolomoto Ti Lou dan para suhu kita, dan
kelihatannya dia memiliki hubungan yang aneh dan
rumit dengan Bengkauw Persia. Hanya saja,
bagaimana jenis hubungan itu, aku sendiri tidak bisa
menebak ......"
"Liong Koko, yang benar ....."? Mei Lan yang kaget
setengah mati langsung menyela. Dan dia seperti
mewakili kekagetan Tek Hoat dan juga Giok Lian.
Mereka berhadapan dengan tokoh lain yang kini lebih
hebat lagi dari lawan mereka selama ini.
"Jangan menyela ....... malam ini, biarlah kalian
mendengarkan secara lebih jelas, termasuk pibu
beberapa malam lalu dan mengapa kita seperti
dibiarkan menang. Hal ini penting untuk persiapan kita
kedepan ......."
"Baiklah, kami siap mendengarkan ....." Tek Hoat
berkata sambil memandangi Giok Lian dan Mei Lan
mengajak mereka serius mendengarkan.
"Asha Vahista merupakan tokoh dengan bakat mujijat
yang setara para suhu kita dan menurut Kolomoto Ti
Lou locianpwee, kemujijatannya setara dengan orang
tua itu (Kolomoto Ti Lou). Karena itu, kita sedang
berhadapan dengan tokoh mujijat yang bahkan lebih
matang dan lebih berpengalaman dariku. Hal ini sudah
kudiskusikan dengan Nenggala yang menerima
wasiat dari Kolomoto Ti Lou sebelum orang tua itu
kembali ke Nusantara. Bahkan lebih dari itu, konon,
selain Asha Vahista, masih ada tokoh lain di Tibet
yang memiliki kemampuan serupa dan sama
sepuhnya dengan locianpwe Kolomoto Ti Lou. Hanya,
tokoh inipun sudah sangat sepuh. Mengenai
sejelasnya siapa Asha Vihasta, kita masih harus
menunggu lebih lama sebelum dia menampakkan
dirinya kepadaku sesuai janjinya dalam surat.
Pertemuan kami beberapa waktu lalu hanya sangat
sekilas, tetapi biarlah kutegaskan malam ini,
kemampuannya memang sungguh mujijat.
Sejujurnya, aku tidak berani mengatakan mampu
memenangkan pertarungan melawannya. Bukan tidak
mungkin tokoh itu malah masih berada diatasku ......"
Ceng Liong berdiam diri sejenak. Dia memandangi Tek
Hoat bertiga, tetapi saking antusias dan tegangnya,
mereka bertiga tidak mampu lagi bersuara:
"Konon, menurut sesepuh di Siauw Lim Sie, ada
seorang tokoh yang pernah bertarung cukup ketat,
sehari semalam namun kalah menghadapi Asha
Vihasta. Tokoh itu sampai saat ini sudah memeram
diri selama 25 tahun di Siauw Lim Sie setelah
kekalahannya, dan sedang melatih ilmu mujijat yang
baru guna menuntut balas. Tokoh ini adalah seorang
fanatik ilmu silat meski dia seorang Bhiksu. Kuduga,
sesepuh Siauw Lim Sie tidak tahu jika lawan yang
pernah tipis mengalahkan tokoh Siauw Lim Sie itu
adalah Asha Vihasta. Dan tokoh Siauw Lim Sie inilah
yang nampaknya datang memburu Asha Vihasta
sehingga tokoh Persia ini batal memenuhi janjinya
untuk pibu dan menemui kita beberapa hari lalu.
Tapi ..... ini adalah analisaku semata.Meski demikian,
hanya alasan ini yang kulihat, dan sebagaimana juga
dijelaskan dalam s
http://cerita-silat.mywapblog.com
Tarian Liar Naga Sakti - Marshall
urat tantangannya yang bisa
menjelaskan alasan ketidakmunculannya. Mari kita
berharap, tokoh Siauw Lim Sie yang juga digdaya itu
tidak mendatangkan persoalan baru di Tionggoan,
sebab jika tidak, tanggungjawab kita semakin
besar ......."
Kembali Ceng Liong berhenti sejenak. Tetapi, sampai
pada titik inipun, tidak ada dari Tek Hoat, Mei Lan,
Giok Lian dan yang lainnya yang menyela maupun
bertanya untuk memperjelas. Hanya saja, mendengar
adanya tokoh-tokoh baru yang digdaya serta mujijat
membuat mereka tersentak. Sungguh tepat ujar-ujar
para bijaksanawan: diatas langit masih ada langit.
"Persoalan kemenangan kita di pibu sebelumnya,
dapatlah kujelaskan seperti ini: Beberapa bulan
sebelumnya, di Thian San, kutemukan sebuah cara
yang tidak tertulis tetapi yang diwariskan oleh Koai
Todjin kepadaku. Kemampuan itu adalah menilai,
menganalisis dan mendalami ilmu orang dan
kemudian menemukan tandingannya atau bahkan
ilmu atau jurus untuk memunahkannya. Hal ini sudah
coba kupraktekkan untuk ilmu Thian San Pay dan
Lembah Saldju Bernyanyi dan hasilnya sungguh luar
biasa. Jika kuceritakan, mungkin sulit untuk kalian
percayai. Tapi ringkasnya begini - Kakek Dewa
Pedang hidup ratusan tahun sesudah Kakek Koai
Todjin, tetapi ilmu khas Thian San Pay yang diciptakan
ratusan tahun sesudah Kakek Koai Todjin justru
"dilengkapi" oleh ilmu yang diciptakan ratusan tahun
sebelumnya. Ilmu Thian San Pay yang mujijat
diciptakan lebih kurang 100-120 tahun silam oleh
Kakek Dewa Pedang. Tetapi, ilmu yang
melengkapinya dan menyempurnakannya, justru
diciptakan 50 tahun sebelum Kakek Dewa Pedang.
Ketika Tik Hong Peng Ciangbundjin bertarung
melawan Tham Beng Kui Tocu Lembah Saldju
Bernyanyi, mereka masing-masing seimbang dan
belum mampu melawan Lamkion Li Cu jika maju
masing-masing. Tetapi, ketika mereka maju bersama,
mereka mampu mengusir perempuan yang bahkan
sudah menguasai secara hampir sempurna Cit Sat Sin
Ciang ....... kalian bisa membayangkan bagaimana
gabungan kekuatan itu? Tetapi yang hebat dan aneh,
ilmu yang melengkapi justru diciptakan duluan. Kalian
tahu rahasianya? Rahasianya adalah kemampuan
yang luar biasa menganalisis, menilai dan memetakan
ilmu ini akan berkembang kemana. Dan itulah puncak
kehebatan warisan Koai Todjin itu kepadaku. Sayang,
untuk tiba pada titik tertingginya, masih dibutuhkan
banyak waktu. Tetapi, bahwa untuk menilai dan
mencari celah menaklukkan ilmu tertentu, sudah
sanggup kulakukan. Sekarang, coba kalian sendiri
menjawab pertanyaanku ini, "jika aku mampu
melakukannya, yakni menilai dan menganalisis jurus
lawan, apakah tidak mungkin bagi Asha Vihasta,
tokoh hebat Persia itu melakukan hal yang sama ....."?
"Astaga Liong koko, apakah maksudmu ......
maksudmu, mereka itu ...... mereka kemarin itu hanya
berusaha menilai kemampuan kita dan dengan
demikian memang memberi kesempatan kita untuk
mengeluarkan jurus simpanan......"? bergetar suara
Liang Mei Lan ketika bertanya dan menyadari kemana
arah percakapan dan penjelasan Kiang Ceng Liong
kepada mereka semua. Hal yang sama menyentak
dan membuat Giok Lian dan Tek Hoat juga terkejut
setengah mati.
http://cerita-silat.mywapblog.com
Tarian Liar Naga Sakti - Marshall