Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - 8

$
0
0
Cerita Silat | Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat | by Hong San Khek | Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat | Cersil Sakti | Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat pdf

Petualangan Tom Sawyer - Mark Twain Pendekar Rajawali Sakti - 122. Sepasang Pendekar Bertopeng Suara Dari Alam Gaib - Abdullah Harahap Sang Broker - John Grisham Sumpah Berdarah - Abdullah Harahap

ketika tadi ia
  menyerang kepadanya.
  „Beruntung juga saudara Kok Ciang belum belajar
  terlalu lama di bawah pimpinannya An Chun San,” ia
  melanjutkan, „hingga dengan begitu masih tidak
  begitu sukar untuk memperbaiki apa-apa yang telah
  keliru dipelajarinya.”
  Disamping mengunjukkan bagian-bagian yang keliru
  dalam pelajaran-pelajaran yang Poan Thian telah
  pelajari dari An Chun San itu, In Liong pun tidak lupa
  memberikan petunjuk-petunjuk cara bagaimana Poan
  Thian harus merubah kekeliruan-kekeliruan itu
  sehingga jadi benar dan dapat dipergunakan sebaik-
  baiknya.
  “Dari hal kau suka mencipta ilmu-ilmu pukulan baru
  dari apa yang memangnya sudah ada,” In Liong kata
  pula, „itu sudah tentu saja ada juga kebaikannya,
  tetapi cara itu bukannya mesti dilakukan olehmu
  sekarang, dimana ilmu kepandaianmu masih belum
  cukup mateng. Karena dengan mengambil cara yang
  melampaui kemampuanmu itu, dikuatir cara
  penciptaanmu itu akan jadi lebih kacau dan tidak
  keruan macam, sehingga itu lebih banyak
  mendatangkan kerugian daripada keuntungan yang
  diharapkan olehmu dari di muka.”
  „Itu betul, itu betul,” menimbrung Tek Hoat, walaupun
  ia kurang mengerti kemana maksudnya omongan itu.
  Poan Thian jadi sangat berterima kasih atas
  pengunjukan-pengunjukan berharga dari Hoa In Liong,
  yang telah membentangkan semua itu dengan
  sejujur-jujurnya.
  Maka buat melaksanakan bakat baik yang dipunyai
  oleh si pemuda itu, In Liong memberi nasehat supaya
  sedapat mungkin Poan Thian berangkat ke kelenteng
  Liong-tam-sie, buat coba berguru pada Kak Seng
  Siang-jin yang menjadi kepala kelenteng tersebut.
  Poan Thian berjanji akan berbuat begitu, tetapi Tek
  Hoat merasa tidak mufakat, walaupun ia tidak
  menyatakan itu dengan secara terang-terangan.
  Orang tua ini tampaknya berkeberatan, akan anaknya
  belajar ilmu silat di suatu tempat yang terpisah dari
  rumahnya sendiri, tetapi buat melarang dengan
  kekerasan di hadapan tamunya, iapun merasa
  sungkan dan tak berani.
  Begitulah tatkala matahari hampir selam ke barat In
  Liong lalu pamitan pada Tek Hoat dan Poan Thian
  sambil berkata: „Hari untuk kita saling bertemu masih
  banyak, tetapi sekarang kiranya sudah cukup kita
  mengobrol sampai di sini saja dahulu.”
  Tek Hoat dan Poan Thian coba menahan supaya ia
  suka berdiam di rumah mereka sampai beberapa hari
  lamanya, tetapi In Liong cuma bisa menyatakan
  menyesalnya, tidak dapat mengabulkan permintaan
  mereka itu, berhubung ia masih ada urusan penting
  yang katanya perlu diurus selekasnya. Maka
  disamping mengucapkan diperbanyak terima kasih
  atas kebaikannya kedua orang ayah dan anak itu,
  iapun tidak lupa bantu berdoa, agar supaya Poan
  Thian bisa diterima sebagai murid oleh Kak Seng
  Siang-jin di Liong-tam-sie. Dan jikalau di suatu tahun
  ia kembali lagi dan mengunjungi mereka, ia percaya
  akan dapat menjumpai Poan Thian dengan sudah
  menjadi salah seorang ahli silat yang pandai dan
  termasyhur di kalangan Kang-ouw.
  Pujian itu telah membikin Poan Thian jadi semakin
  besar hati dan bernapsu akan berguru pada Kak Seng
  Siang-jin di Liong-tam-sie.
  Tetapi sebegitu lekas In Liong berlalu, Tek Hoat lalu
  menyatakan ketidak setujuannya akan sang anak
  mempelajari ilmu silat di Liong-tam-sie.
  Karena jikalau semula ia telah mengundang An Chun
  San untuk mengajari ilmu silat kepadanya, bukanlah
  mengingini supaya Poan Thian menjadi ahli silat yang
  jempolan, hanyalah sekedar buat melatih diri sang
  anak sehingga menjadi seorang yang kuat dan sehat.
  Maka setelah sekarang ia berhasil memperoleh
  kesehatan dan kekuatan yang diharapkan itu, perlu
  apakah mesti capaikan hati lagi untuk memperdalam
  ilmu itu dengan meninggalkan rumah tangga sendiri?
  Tetapi Poan Thian tetap pada pendiriannya dan
  hendak pergi juga, hingga kedua orang ayah anak itu
  akhirnya jadi bercekcokan dan berdeging untuk
  membelakan pendirian masing-masing.
  Syukur juga selagi percekcokan itu hampir sampai di
  puncaknya ketegangan, tiba-tiba ada seorang tetamu
  yang dat
  http://cerita-silat.mywapblog.com
Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - Hong San Khek

  ang berkunjung dan lalu memisahkan
  kepada mereka sambil berkata: „Sabar, sabar! Kamu
  berdua ada soal apakah sehingga mesti bercekcokan
  satu sama lain?”
  Tek Hoat merasa tidak enak buat bercekcokan lebih
  jauh dengan anaknya sendiri, karena orang yang baru
  datang itupun bukan lain daripada sahabat karibnya
  sendiri Cek Kong Giok, yang telah sekian tahun
  lamanya tidak tahu bertemu.
  Maka orang tua itu yang melihat kunjungan
  sahabatnya yang sangat sekonyong-konyong itu
  sudah tentu saja lantas mengunjukkan roman yang
  girang sekali dan berkata: „Eh, eh, angin manakah ini
  yang telah meniup kau datang ke Cee-lam?”
  „Itulah sebab aku dari kejauhan telah petang-petangi
  akan menonton pertunjukkan bapak dan anak
  berebut pepesan kosong!” kata Cek Kong Giok sambil
  tertawa terbahak-bahak.
  Sementara Tek Hoat yang kenal baik Kong Giok
  seperti saudara sekandung, bukan saja tidak menjadi
  gusar malah sebaliknya lantas jabat tangan sang
  sahabat buat dipersilahkan duduk.
  Kemudian ia panggil Poan Thian buat memberi hormat
  pada Kong Giok yang memang dikenal baik oleh
  segenap keluarga Lie.
  “Kau ini memang sedari masih anak-anak mempunyai
  kenakalan seperti Sun Go Kong,” kata Kong Giok pada
  pemuda itu sambil tertawa. „Belum tahu hari ini ada
  soal apa yang telah membikin kau mengacau di
  Keraton Langit?” (Kong Giok yang suka memain sering
  menamakan Tek Hoat: Lie Thian-ong, karena pada
  dahi orang tua itu tampak bekas luka yang hampir
  menyerupai sebuah mata tambahan seperti matanya
  Tok-tha Lie Thian-ong yang ada tiga buah. Sedang Tek
  Hoat membalas „memoyoki” Kong Giok: Bie Lek Hud,
  berhubung perawakannya Kong Giok tromok dan
  suka tertawa).
  Poan Thian jadi tertawa geli, karena dengan tiada
  angin atau hujan mendadak telah dinaikkan
  “pangkat” dengan gelaran Sun Gouw Kong. Kemudian
  ia tuturkan apa sebabnya ia telah bercekcok tadi.
  „Ah, itulah ternyata ada suatu perkara kecil saja,” kata
  Cek Kong Giok, „buat apakah mesti tarik urat sampai
  begitu? Engkau sebagai anak sebenarnya tidak patut
  berbantahan kepada perintah orang tua. Engkau
  belum kenal banyak tentang asam garam dunia,
  sehingga engkau belum bisa menjajaki bagaimana
  kesukarannya orang memelihara dan mendidik anak
  sebagai ayahmu ini. Ia sebenarnya sangat mencintai
  kau, maka dari itu ia kuatir kau mendapat kesusahan
  apa-apa jikalau mesti berdiam jauh dari rumah
  sendiri.”
  „Itu benar, itu benar,” mencampuri Tek Hoat, „tetapi
  dia tak mau dengar omonganku. Dia mau bawa
  kehendaknya sendiri!”
  „Bukan begitu,” akhirnya Poan Thian pun mencampuri
  bicara juga, „bukan aku hendak membantah perintah
  orang tua. Aku cintai ayahku lebih besar daripada
  diriku sendiri. Tetapi orang jangan lupa, bahwa jaman
  pemerintahan Boan-ciu sekarang ini agak berlainan
  dengan pemerintah-pemerintah di jaman lalu. Aku
  bukan ahli nujum atau seorang yang pan dai melihat
  gelagat, tetapi kenyataan mengunjukkan tegas sekali,
  bahwa barang siapa yang hidup di jaman ini dengan
  berada di pihak lemah, tidak mustahil ia akan ditindas
  oleh pihak yang kuat. Oleh sebab itu, aku telah
  mengambil suatu ketetapan untuk menjadikan diriku
  seorang kuat yang tak akan menyerah mentah-
  mentah ditindas orang! Sie-siok ada seorang yang
  sudah kenyang mencicipi asam garam dunia, maka
  dari itu tentu bisa menimbang dengan sebaik-baiknya
  omonganku ini.”
  Tetapi Tek Hoat lantas membantah dengan
  mengatakan: „Salah, salah! Itu aku tidak mufakat. Kita
  orang baik-baik selalu memperlakukan orang lain
  dengan baik pula, cara bagaimanakah orang bisa
  menindas pada kita? Kau jangan lupa, bahwa di atas
  kita masih ada Thian yang melindungi kita, sedangkan
  di muka bumi ada pengadilan negeri yang akan
  menjamin dan mengurus urusan kita, apabila nanti
  kita sampai ditindas atau diperlakukan sewenang-
  wenang oleh orang lain!”
  Mendengar omongan ini, Poan Thian jadi tersenyum.
  Tetapi pada sebelum ia membuka mulut buat
  membantah omongan itu, Kong Giok telah menyelak
  sambil berkata: „Sudah, sudah
  http://cerita-silat.mywapblog.com
Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - Hong San Khek

 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>